PROLOG
Aduh, kepalaku sakit! Sangat berisik.. Siapa yang membuat kebisingan ini tepat di sebelah telingaku? Sangat menganggu! Sekelompok orang kasar itu!
Dia berguling dan menutupi kepalanya, menarik selimut brokatnya lebih dekat.
“Pangeran? Anda sudah bangun?” Seseorang bertanya dengan heran.
Biarkan saya tidur..
“Pangeran? Apakah anda sudah bangun? Pangeran? Pangeran?”
Biarkan saya tidur lagi..
“Pangeran? Apakah anda sudah bangun? Pangeran? Anda……”
“Belum bangun! Saya katakan saya belum bangun! Jangan ganggu saya!” Pangeran akhirnya tidak bisa menahan diri dan berteriak keras dan langsung duduk tegak.
Siapa yang mengira bahwa amarahnya akan mematikan kebisingan semua orang, bahkan teriakkannya lebih menarik banyak perhatian semua orang.
“Pangeran sudah bangun! Pangeran sudah bangun!”
Baiklah! Bagaimana bisa begitu berisik? Tidak tahan, pangeran memutar matanya dan berteriak lagi, “Semua orang tutup mulut kalian!”
Semua orang di ruangan seketika terdiam, menatapnya.
Pangeran melihat ke sekeliling. Di dalam ruangan, ada yang tua, yang muda, yang besar dan yang kecil semua di satu tempat.
“Pangeran, anda akhirnya terjaga”
Kata seorang pelayan tua bergegas ke arahnya sambil menangis, “Jika sesuatu terjadi pada anda, bagaimana pelayan tua ini bisa menghadapi Raja pertama? Huhu.. Ini semua kesalahan pelayan tua ini, tidak merawat pangeran dengan baik.. Huhu..”
Pangeran menatapnya, menggali telinganya dan bertanya, “Siapa anda?”
“Ah..” Pelayan tua itu sepertinya tersedak dan langsung menatapnya.
“Siapa anda?” Pangeran bertanya lagi.
Kata-katanya berhasil membuat pelayan tua itu menutup mulutnya. Semua orang tersentak dan menatapnya dengan mata terbuka lebar.
“Pangeran , anda tidak lagi mengenal pelayan tua ini? Saya adalah pelayanmu, Liu Bo. Sejak kelahiran anda, Liu Bo telah melayani anda” Mata Liu Bo berkedip mengeluarkan air mata saat dia menatapnya dengan heran.
Pangeran menatap wajah pelayan tua yang keriput dan berkerut dengan hati-hati. Dia tidak memiliki ingatan apapun.
Namun dia teringat sesuatu yang lebih penting, dan bertanya, “Siapa saya?”
Semua orang di ruangan itu menatapnya seolah mereka sedang melihat hantu.
“Pangeran……” Liu Bo adalah orang pertama yang bereaksi, dengan sebilah jeritan yang bisa membunuh seekor babi, “Panggil tabib kerajaan!”
Sesaat kemudian seorang tabib kerajaan datang dan dibawake tempat tidur. Dia memeriksa denyut nadi Pangeran dan mulai mendiagnosa.
Setelah beberapa lama, tabib kerajaan bertanya, “Pangeran, dimana anda merasa tidak nyaman?”
“Kepala saya sakit!” Ini benar-benar sakit seperti dia akan mati.
Pangeran mengetuk kepalanya.
Tabib kerajaan segera mengatakan, “Jangan diketuk! Anda tidak boleh mengetuknya!”
Liu Bo segera menarik tangannya.
Tabib bertanya lagi, “Selain sakit kepala, apakah ada hal lain yang anda ingat?”
Pangeran berpikir sejenak, pikirannya kosong, “Tidak ingat, saya tidak ingat apapun”
“Apakah anda ingat bagaimana anda bisa jatuh ke kolam teratai?” Liu Bo bertanya.
“Kolam teratai?” Sang pangeran berkedip tampak bingung, “Saya jatuh ke kolam teratai? Saya tidak ingat”
“Kalau begitu, apakah anda ingat siapa anda?”
“Bukankah saya pangeran?”
“Ah!” Semua orang yang mendengarnya terkejut dan merasa bahagia.
“Pangeran, setidaknya anda ingat siapa diri anda” Liu Bo berkata dengan gembira.
“Omong kosong! Kalian semua daritadi memanggil saya Pangeran, bagaimana mungkin saya tidak tahu?”
Apakah mereka menganggap saya sebagai orang idiot?
Pangeran menatapnya tajam.
Telah duduk di samping seorang pelayan tampan dengan hati-hati bertanya, “Pangeran apakah anda ingat nama anda sendiri?”
Nama saya? Ini benar-benar masalah.
Pangeran menurunkan kepalanya, merenung, merenung, dan merenung lagi. Kepala semua orang mengikuti arah sudut pandangannya.
Pada akhirnya, dia menyerah.
“Siapa nama saya?” Semua orang menarik napas sementara Liu Bo pingsan.
Next : Chapter 1
[…] Prolog […]
[…] Prolog […]