His Majesty Hostage – Chapter 1

Mari kita meluncur bab 1 ~ wooshhh ~

“Ah, ada kebakaran, tolong ah!” Teriakan keras yang ketakutan menghantam keheningan di tengah malam, dan membangunkan orang-orang yang menghuni di bangunan perumahan. Setelah mengklarifikasi situasi, semua orang segera membuat kekacauan, mereka bergegas meninggalkan rumah dan berbondong-bondonh melarikan diri ke jalan.

“Cepat lari ah.”

“Telepon 119.”

“Ada asap. Ambil handuk basah dan tutup hidungmu.”

“Um – mama.”

“Saluran untuk keluar diblokir, naiklah ah.”

“…………”

Kerumunan orang yang tertegun itu terjerat di lorong-lorong sempit. Api yang mengamuk telah menyebar dari lantai tiga ke lantai lima. Asap tebal dengan cepat mengepul ke setiap sudut ruangan yang bisa dijangkau. Dengan meningkatnya suhu secara bertahap, kerumunan orang-orang banyak terbang seperti lalat tanpa kepala [1] dari enam Dewa tidak memiliki Tuhan [2].

[1] terbang seperti lalat tanpa kepala : berlari kemana-mana (mengalami gangguan atau kekacauan).

[2] 六神无主 Enam Dewa tidak memiliki Tuhan : digambarkan kepanikan atau keragu-raguan.

“Uhuk uhuk.” Su Zili menutup mulut dan hidungnya dengan lengan bajunya, dan masih tidak bisa berhenti menghirup asap tebal itu.

Dia belum ingin mati, dia baru berumur 17 tahun, dia masih sangat muda. Sepatu yang baru saja dia beli kemarin belum sempat dipakai, buku Qing yang ditulis untuk bunga sekolah masih ada di atas meja, bahkan novel yang dia baca diam-diam jam pelajaran guru kelas belum sempat menulis review, bagaimana dia bisa dimakamkan dalam lautan api dengan begitu banyak keinginan yang tidak terpenuhi?

Api melanda segala sesuatu di sekitarnya seperti cakar hantu yang menyeramkan, tetapi sekarang dia hanya bisa menunggu kematian datang, karena dia baru saja menuruni tangga dan kakinya terkilir.

Su Zili merangkak ke depan dengan sulit di lantai yang panas tempat dimana mulai terbakar, pandangan suram yang remang-remang san udara yang panas membuat Su Zili merasa lebih putus asa dari sebelumnya.

Benar-benar akan mati! Dada-nya seperti tercekik oleh benda berat yang tak terlihat, dan Su Ziliu, dengan tubuh yang tidak berdaya, mencoba menghirup sedikit oksigen tipis di udara. Pada saat ini, Su Zili sangat menyadari kehidupan yang kecil dan rapuh.

Ditemani oleh ledakan keras “Bang,” Su Zili merasakan tubuh yang kosong dan kemudian jatuh ke dalam angin puyuh yang gelap…….

***

#Chapter 1

Kabut pagi belum tersebar, dan hutan yang telah terpapar dan menggantung rendah menjadi lembab dan tebal. Terkadang, beberapa jeritan melengking membuat hutan yang tenang menjadi lebih mengerikan!

Di hutan yang terpencil dan tidak biasa ini, ada jalan yang menghubungkan jalan pemerintahan, meskipun ini merupakan jalan pintas, hanya sedikit orang yang tahu tentang hal itu karena sangat terpencil, tetapi pada saat ini, ada sekelompok pasukan kecil yang melintasi jalan ini untuk mempercepat perjalanan mereka, sambil menunggang kuda dengan hati-hati menjadi gerbong kereta yang tidak terlalu luas tapi mewah.

‘Sha Sha’ suara gemerisik berdengung keras di hutan di depan, sekelompok burung hitam yang bertengger di cabang-cabang terbang menjauh karena ketakutan.

Para penjaga segera menghentikan kuda-kuda mereka, dan menarik keluar pisau mereka dengan waspada menatap hutan di depan mereka.

“Hei, kalian sekelompok pelayan anjing, kenapa tiba-tiba berhenti? Mau membunuh Yang Mulia?” Seorang pria muda sekitar 17-18 tahun membuka pintu kereta sambil menyentuh dahi yang kemerahan, matanya terbuka lebar, wajah murah, dan berteriak dengan kebencian.

Hanya untuk melihat kepalanya dihiasi dengan mahkota dari batu giok berwarna emas, mengenakan ditubuhnya sebuah jubah sutra berwarna coklat muda, pinggang mengikat sabuk ungu kemerahan gelap, sepatu boot Jinlin di kakinya, seorang pemuda yang kaya, hanya saja wajah arogan yang mengintimidasi membuat orang lain tidak berani menyanjungnya.

“Yang Mulia, di depan sana, aku takut ada penyergapan.” Kepala penjaga menjawab dengan penuh hormat.

“Omong kosong, kamu telah mengatakan hal yang sama sepuluh kali tidak kurang, waktu mana yang bener-benar penyergapan.” Pria muda itu menegur dengan marah.

“Itu sangat buruk.” Para penjaga panik atas kejahatan itu.

“Tentu saja kamu harus dihukum, jika kamu mau, Yang Mulia akan segera memenggal-mu. Masih tidak pergi dengan cepat?”

“Ya, Yang Mulia, kamu harus berhati-hati juga …” Para penjaga berbicara dengan terbata-bata.

“Betul, Yang Mulia.” Penjaga lain juga ikut bergabung.

“Keberanian yang besar, apakah kamu semua ingin menjadi tidak taat?” Pria muda itu marah.

“Aku memerintahkan kalian untuk segera pergi.” Pria muda itu berbicara lagi dengan nada mengancam.

Pria muda di depannya adalah pangeran dari dinasti saat ini, dan dia mungkin akan menjadi Kaisar di masa depan. Jika ada sedikit pemberontakan, itu akan mendatangkan kematian. Selain itu, rute perjalanan mereka juga ditentukan oleh para jenderal, para penjaga dengan tak berdaya harus pergi menunggang kuda dan terus melanjutkan perjalanan.

……

Situasi terjadi antara percikan bunga api di antara bebatuan, dan beberapa rantai panjang dengan kail menjentik dari kedua sisi. “Neigh~” Kuda-kuda yang ketakutan mengangkat kaki depan mereka dan berdiri mundur,

Sekelompok tentara Kerajaan Chu Jing yang bersenjata lengkap melompat keluar dari balik hutan dan mengepung mereka.

Para penjaga segera memamerkan senjata mereka dan memindahkan kuda-kuda untuk menjaga gerbong kereta di tengah.

“Bajingan, Yang Mulia ini pasti akan memotong kalian…..” Pria muda itu mengulurkan kepalanya keluar sambil bersumpah, hanya untuk melihat situasi mengerikan dimana semua pedang ditarik, dia takut setengah mati, segera menyusut kepalanya kembali, setelah itu dia berbicara ambil gemetar, “Penjaga, lindungi kereta, dan kalian cepat bunuh mereka semua, Yang Mulia ini akan memberikan kalian banyak uang, tapi juga wanita cantik……….”

“Clang” pertempuran telah dimulai, para penjaga tidak punya waktu untuk mendengarkannya omong kosong.

Kepala Penjaga, memegang bahu kanan pria muda itu, tidak peduli terlepas dari kejahatan apa yang telah dia lakukan, dia menempatkan pria muda itu di atas punggung kuda, sambil menahan serangan empat pedang, dia memanggil rekannya dan berkata, “Saudara-semua, bunuh ah! -“

Adegan itu benar-benar kacau, pria muda itu begitu ketakutan hingga wajahnya berwajah pucat, tebasan tajam udara datang di belakang kepalanya, bagaimana bisa seorang pangeran yang selalu dimanjakan dan dilindungi dengan baik tidak gemetar ketakutan?

Meskipun penjaga ini bukan seni bela diri yang lemah, tetapi jumlah orang yang terlalu berlainan (kalah jumlah) dengan cepat membiarkan mereka jatuh dalam ketidakberuntungan.

Segera setelah itu, para penjaga di belakang remaja itu menderita luka baru yang lain. Ketika beberapa pedang ditempatkan di leher mereka, mereka juga menyatakan – misi penyelamatan gagal!

Meski telah tertangkap, pria muda itu tidak begitu takut. Dia memanjat dan berkata tanpa malu-malu, “Ini bukan urusanku ah. Merekalah yang mencoba mengambilku dengan paksa. Kembalilah dan beri tahu Raja-mu, Chu Jing. Aku tidak pernah berpikir untuk melarikan diri.”

Para jenderal Chu Jing memancarkan sinar penghinaan di mata mereka, segera setelah itu berkata tanpa ekspresi: “Dengan rendah hati meminta Yang Mulia Pangeran Bei Ling untuk mengizinkan kamu membawamu kembali ke Istana.”

Pria muda itu mendesah putus asa, berdiri sambil menepuk debu dari tubuhnya.

Beberapa orang mengatakan bahwa “mudah untuk memblokir senjata, panah gelap sulit untuk dicegah” [3]

[3] 明枪易挡, 暗箭难防 : yang berarti – sangat mudah untuk menangkis tusukan tombak di tempat terbuka, tetapi sulit untuk menghindari tembakan panah dalam gelap atau tersembunyi.

Kata-kata ini tidak bohong sama sekali, secara khusus semua orang sedang dalam keadaan tenang. Sebuah panah yang ditarik dari semak-semak terbang di atas kerumunan lebih dari sepuluh langkah, langsung mengarah ke dada pria muda itu, dalam situasi yang tidak dipersiapkan, pada saat mereka berbalik, panah telah menusuk dada pangeran yang lemah dan rapuh dengan fatal.

Suara jeritan menyiksa dengan jelas terdengar, darah merah gelap segera dicelupkan melalui pakaiannya, pria muda itu terperangah saat dia perlahan menatap ekor panah di dadanya, beberapa kali dengan cemas sampai dia lumpuh dan terjatuh……….

<< Daftar Isi

Recommended Articles

0 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!