PERAN PENGGANTI – CHAPTER 06

Author : Keyikarus
Publish at Kenzterjemahan.com

 


 

Zino bersandar nyaman dipelukan ibu Vivian dan Jean.

Sejam yang lalu, Jean menemukannya berdiri cantik di trotoar cukup jauh dari tempat parkir mobil.

Tentu saja Jean mengomelinya dan menyeretnya kembali ke mobil dimana orangtuanya menunggu.

Beruntung suasana hati Zino sedang senang karena akhirnya mendapatkan uang setelah beberapa hari hanya melihat wajah Jean. Jadi tidak ada perdebatan berarti.

Lebih beruntung lagi, ibu Jean dan Vivian…. oke, untuk sementara anggap saja ibunya juga, adalah seorang wanita yang baik hati dan lembut.

Melihat Zino cemberut diomeli oleh Jean, dia langsung menariknya kepelukannya. Dan ganti memarahi Jean sepanjang jalan menuju rumah.

Sedangkan ayahnya baru akan tiba besok.

Zino pikir menjadi keluarga kaya tidak selalu menyenangkan. Untuk acara sepenting pertunangan putrinya, tuan Zigan bahkan tidak meluangkan waktu.

Bahkan semua persiapan diserahkan pada orang lain.

Sebagai orang miskin, Zino terbiasa melihat keluarga yang saling berkumpul setiap ada acara penting. Itu sangat amat membuatnya iri.

Tapi pada keluarga Zigan, satu-satunya hal yang membuat Zino iri adalah kekayaannya.

“Apa yang kau lakukan hingga membuat abangmu marah?” Tanya Loraine mengusap kepala Zino lembut.

“Aku hanya merasa tubuhku tidak enak dan pergi mencari tempat yang tidak sesak.” Ucap Zino dengan nada manja ala Vivian yang sudah dipelajarinya dengan sungguh-sungguh dibawah tekanan Jean.

“Anak nakal, kau bisa demam jika terlalu lama dibawah matahari. Berhentilah membuat abangmu khawatir.”

“Tapi mama…”

“Kita sampai.” Jean memotong ucapan Zino. Semakin banyak ibunya bicara, semakin pintar Zino menjadi pembantah.

Itu sama sekali bukan Vivian. Adiknya adalah gadis yang penurut.

Ibunya adalah orang pintar. Jean tak bisa menjamin Zino tidak akan ketahuan mengingat betapa prilaku Zino sangat sulit diatur.

Dan Jean Benar.

Loraine sesungguhnya merasa aneh saat mendengar suara Vivian yang lebih riang. Tidak selembut biasanya.

Bentuk tubuhnya pun agak keras dan kaku saat dipeluk. Tidak selembut sebulan yang lalu.

Namun, setelah berkali-kali mengamati wajah manis putrinya, Loraine tak bisa lagi memikirkan keanehan itu. Dia pikir itu hanya perasaannya saja.

Wanita itu tidak tahu saja bagaimana gugupnya Zino dipelukannya.

Ini adalah pertama kalinya dia dipeluk wanita dengan judul ibu. Rasanya sangat menyenangkan. Pelukan ibu itu lembut dan hangat. Belum lagi belaian sayangnya. Zino menyukai pelukan ini.

Malam harinya mereka bertiga makan bersama.

Sebelum ini, Jean hanya sibuk memerintahnya menghapalkan ini itu. Cara melakukan ini dan melakukan itu. Bahkan saat makan dia masih harus membaca beberapa hal. Menonton beberapa hal.

Namun kali ini mereka bertiga makan dengan harmonis dimeja makan. Zino merasakan dorongan ingin menangis.

Meski nakal, Zino juga sensitif dengan hal-hal lembut seperti ini.

Memikirkan ini, dia jadi merasa bersalah karna menipu ibu yang baik hati seperti Loraine.

“Anak nakal, kamu tidak bisa makan begitu banyak. Nanti sakit.”

“…..”

Zino dengan mata tak berdaya menatap Loraine yang mengeluarkan beberapa lauk dari piringnya. Dia benci menjadi Vivian yang serba terbatas. Dipaksa mengabaikan berbagai makanan enak sementara dia benar-benar ingin memakannya.

“Mama…”

“Vivian, jadilah patuh.”

Zino menahan diri dari keinginannya membantah Jean. Pria itu berkali-kali mengingatkannya bahwa Vivian adalah gadis yang selalu patuh. Menjadi Vivian sungguh sulit.

Selesai makan malam, Loraine mencium pipi Zino dan pergi beristirahat.

Sekarang hanya ada Zino dan Jean.

Pemuda itu dengan semangat mengulurkan tangannya siap meraih ayam kecap. Sayangnya tangan Jean lebih cepat memukulnya.

“Kau Vivian dirumah ini. Vivian tidak makan seperti orang kelaparan.”

“Aku memang kelaparan. Mama sudah masuk ke kamar. Sekarang aku ingin makan.” Zino dengan keras kepala mengulurkan tangannya lagi. Tentu saja Jean memukul tangannya lagi.

“Kau menjadi Vivian dua puluh empat jam dirumah ini. Tidak ada bantahan. Tidak boleh ada masalah seperti dengan Zinan tadi siang. Kau mengerti?”

Sudah sedari tadi Jean sangat ingin memukul kepala Zino. Terlebih saat asisten keluarga Arkanda menghubunginya atas nama Zinan. Bagaimana mungkin pemuda itu membuat masalah dengan calon tunangannya. Dia seperti anjing liar, setiap lepas dari pengawasan selalu membuat masalah.

“Itu bukan salahku…”

“Berhentilah membantah. Kau dan Zinan akan bertunangan besok. Jadi tolong bina hubungan yang baik demi masa depan Vivian.”

“Apa kau sungguh memberikan ganti rugi pada pria itu?” Zino tak percaya jika Vivian akan bertunangan dengan pria tak masuk akal.

Bagaimana mungkin setelah dia tahu mereka akan bertunangan tetap tidak membatalkan permintaan ganti ruginya. Bagaimana jika mereka menikah dan masalah ganti rugi tetap berlaku?

Oke, jangan mengkhawatirkan gadis itu. Karna setengah tahun pertama, Zinolah yang akan menderita sebagai tunangannya!

“Tentu saja. Zinan memang seperti itu. Karna itu, jangan selalu membuat masalah. Zinan bukan orang yang mudah diatasi. Berprilaku baik agar tidak menyusahkan Vivian dimasa depan.” Sebenarnya Jean juga merasa bahwa Zinan tidak masuk akal. Tapi tidak ada yang bisa dilakukannya, bagaimanapun Zinan akan menjadi pasangan adiknya.

Sedangkan Zino mendengus dan cemberut. Maaf saja ya, semakin Jean mengingatkan tugas Zino, semakin Zino ingin mengacaukannya.

Zino tahu jika dia dan Vivian sama-sama egois. Asal tahu saja. Orang egois adalah yang paling lama bertahan hidup.

Karna tidak bisa memakan apapun, Zino bersungut-sungut memutuskan masuk ke kamarnya. Atau lebih tepatnya kamar Vivian.

Dia dengan jengkel menyingkirkan semua boneka besar dari kasur. Biar bagaimanapun dia masih seorang lelaki jantan yang menghindari hal-hal manis seperti boneka.

Baiklah, dia akan tidur nyenyak dan menyimpan energi untuk acara pertunangannya besok.

****

Recommended Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!