Peran Pengganti – Chapter 16

Author : Keyikarus

Publish at Kenzterjemahan.

[Chapter 16]

 

Zino berjongkok menyamai tinggi gadis kecil yang sedang melonjak senang itu.

“Di mana mamamu?”

Sebagai jawaban, Mio memanyunkan bibirnya menunjuk ke belakang Zino. Di sana, di dalam sebuah toko pakaian Kamilla sedang memilih pakaian dengan riang. Di sisinya ada seorang pramuniaga dan seorang pria yang diajaknya bicara.

“Lalu kenapa kau disini? Bagaimana kalau kau hilang? Atau diculik?”

“Aku selalu melakukannya. Dan aku tidak hilang. Tidak ada yang mau menculikku.” Mio membiarkan camilannya jatuh begitu saja dan bergelayut pada Zino.

“….” Apa anak kecil ini sedang berharap ingin diculik? “Kenapa tidak menunggu di dalam sana saja? Bayi kecil sepertimu sangat mudah hilang.”

Mio menggeleng. Jika tadi tangannya yang mengait dileher Zino. Kali ini kakinya yang naik  mengait pinggang Zino.

Ini anak orang apa anak monyet?

“Aku takut pada Paman itu. Dia selalu memelototiku jika aku dekat dengan mama.”

Zino terenyuh dengan nada sedih Mio. Dengan lembut Dia menahan pantat gadis kecil itu sementara satu tangannya menepuk-nepuk punggungnya.

Dia menoleh melihat Kamilla yang masih dengan senang memilih pakaian. Bahkan beberapa prilakunya terlihat intim.

Bagaimana bisa seorang ibu melupakan putrinya saat berada bersama seorang pria?

“Kalau begitu kenapa tidak ikut papa saja?”

Lagi-lagi Mio menggeleng. Dengan cemberut gadis kecil itu menjawab: “Papa tidak pernah dirumah, bibi tidak suka padaku, Kakek dan nenek sangat menyeramkan. Tapi, tapi bibi sekarang sangat baik. Aku suka.” Mio cepat-cepat memuji bibinya agar bibinya tidak menjatuhkannya ke lantai.

Apa boleh Zino bersorak? Ternyata menjadi anak orang kaya tidak selalu menyenangkan.

Tapi dia tidak bisa bersorak saat wajah Mio terlihat sedih. Karna Mio adalah keponakan favoritnya, maka Zino akan menghiburnya.

“Bagaimana jika aku membelikanmu es krim?”

“Ya. Aku ingin rasa pisang.”

“Kenapa pisang? Bagaimana dengan nanas?”

“Bibi pisang itu enak. Jadi, nanas itu tidak enak?”

“….” kenapa Zino merasa ada yang salah dengan ucapan Mio.

Sebelum Zino bisa membawa Mio pergi, Kamilla sudah menyadari keberadaannya. Dengan cepat wanita itu keluar dari toko dan menghampirinya.

“Apa yang kau lakukan disini?”

Zino dan Mio menoleh saat mendengar suara galak Kamilla.

Mio mengkerut ke pelukan Zino. Merasakan reaksi Mio, Zino menggelengkan kepalanya.

“Aku hanya berjalan-jalan. Karna bertemu Mio, aku berencana membelikannya es krim. Bukankah itu baik-baik saja?” Zino tersenyum ramah.

Sejujurnya melihat bagaimana Kamilla membiarkan Mio begitu saja selagi dia asyik berbelanja sudah membuat Zino menilai Kamilla buruk.

“Kau tidak bisa. Tinggalkan Mio dan kau pergilah mengurusi urusanmu.”

Zino mengernyit mendengar betapa kasar ucapan Kamilla. Bagaimana bisa dia memperlakukan Vivian seperti ini? Bukankah Vivian kesayangan semua keluarga Zigan?

“Lalu kau akan membiarkannya berkeliaran sendirian sementara kau sibuk dengan pria itu? Bagaimana kau bisa tidak memiliki kecemasan?”

Ekspresi Kamilla tercengang. Sejak kapan Vivian bisa membalas kata-katanya. Betapa beraninya!

“Apa kau merasa semakin pintar? Aku yang paling mengenal putriku. Turunkan dia dan pergilah. Sebelum aku memanggil petugas keamanan.”

Zino menarik nafas. Dia paling tidak menyukai petugas keamanan!

Dia terpaksa menurunkan Mio. Mengeraskan hatinya melihat wajah memelas gadis kecil itu.

“Kita akan membeli es krim lain kali, oke?”

Mio dengan enggan mengangguk. Sedangkan Kamilla mendengus lalu menarik lengan Mio masuk ke toko.

Zino cemberut melihat Kamilla kembali sibuk berbicara dengan pria itu. Sepertinya dia meminta maaf dan mengatakan entah apa, lalu pria itu mengangguk dan mencium bibirnya sekilas.

Itu bukan pemandangan untuk anak-anak!

Zino melihat Mio yang perlahan bergeser ke arah pintu selagi ibunya dan pria itu berdiri di depan kasir.

Melihat aksi nakal Mio, Zino segera merentangkan tangannya menangkap tubuh gadis kecil yang berlari ke arahnya.

Karna Mio nakal, maka Zino juga akan melengkapi kenakalannya. Dia membawa Mio pergi. Bergabung di kerumunan. Dengan was-was menuruni eskalator hingga Mio terbahak.

Gadis kecil ini senang melihatnya yang takut terjatuh.

Zino tidak tahu Kamilla sudah mencarinya atau tidak. Dia berhenti setelah berlari cukup lama, melewati lorong, trotoar dan menyeberang jalan.

Zino yang terengah-engah menurunkan Mio. Dia melemparkan heels-nya sembarangan. Benda itu sungguh menyiksa. Sekarang kaki mulusnya sudah lecet.

“Itu menyenangkan. Ayo lagi bibi!”

“….” Ayo lagi apanya! Itu tadi tindak kriminal! Bahkan menyakiti kakinya!

Zino tidak bisa memarahi Mio yang terlihat sangat senang. Jadi dia menggandeng Mio dan memasuki kedai es krim di dekatnya. Siapa yang menyangka satu tangan Mio akan menenteng heels-nya. Gadis kecil ini begitu perhatian.

Di tempat yang tak jauh dari situ, Kamilla menggeram marah. Dia berlari ke sana kemari untuk mencari gadis sialan yang membawa putrinya.

“Biarkan saja. Apa masalahmu jika anak itu dibawa pergi.” Pria yang bersamanya mulai terasa menjengkelkan karna bukannya membantunya tapi justru merecokinya.

“Bagaimana bisa aku membiarkannya pergi! Tanpa Mio, Zigan tak akan memberiku fasilitas lagi. Bahkan saham dua persenku bisa diambil alih!” Kamilla meraung.

Dia hanyalah anak haram dari pemilik Press Corp. Selagi ayahnya hidup, dia bisa memiliki sedikit kemewahan. Namun setelah ayahnya meninggal dia sama sekali tidak bisa mendapatkan apapun dari Press Corp.

Ayahnya memiliki tiga anak sah dan lusinan anak haram. Tentu saja para anak sah itu menyisihkan waktu mengesampingkan perseteruan mereka demi menyingkirkan para anak haram. Kamilla adalah salah satu yang tersingkir tanpa apapun.

Beruntung sebelum ayahnya meninggal, dia sudah dinikahkan dengan putra Zigan. Masalahnya setelah berita bahwa dia adalah anak haram bocor, Zigan menendangnya keluar dari keluarga itu.

Kamilla bukan gadis naif yang tak mengetahui betapa genting statusnya. Karna itu setelah melahirkan, dia memastikan Mio hanya dekat dengannya. Hingga Zigan tak bisa begitu semena-mena mengusirnya suatu saat nanti.

Dan saat Mio berusia dua tahun, ayahnya meninggal. Berita dirinya anak haram bocor dan Zigan bersiap mendepaknya. Dan Mio melakukan perannya dengan baik.

Gadis kecil itu tak menginginkan orang lain selain Kamilla. Hingga Zigan tak bisa berbuat terlalu keras padanya.

Akhirnya Kamilla tetap diceraikan, namun dia akan mendapat hak dua persen saham perusahaan Jean dengan catatan selama Mio bersamanya.

Jadi kehilangan Mio tentu saja menjadi hal terburuk baginya.

Kamilla melirik pria disisinya yang terdiam. Pria ini hanyalah seorang karyawan di sebuah kantor surat kabar kecil. Uangnya tentu saja tak akan bisa mencukupi kebutuhan Kamilla. Hanya saja dia mencintainya. Jika bisa dia ingin hidup bersama ini dengan harta Zigan.

Kamilla sangat membenci para anak sah ayahnya juga keluarga Zigan yang berkontribusi pada penderitaannya. Bahkan dia terkadang memiliki rasa benci saat melihat Mio yang begitu mirip dengan Jean. Hanya saja dia tidak begitu munafik untuk tidak mengakui bahwa dia menyukai hal-hal yang diterimanya karna mengasuh Mio.

Untuk Vivian, Kamilla hanya mengatakan dan menekannya agar tidak mendekati Mio. Dia menggunakan alasan statusnya sebagai anak haram yang tak berbeda jauh dengan status Vivian sebagai anak angkat untuk membuat gadis itu menyetujuinya.

Toh hasil akhir mereka berdua akan sama. Sama-sama tidak akan mendapatkan apapun dari keluarga kaya yang semena-mena.

Tapi setelah dia melihat Vivian begitu akrab dengan Mio saat terakhir kali mereka bertemu, Kamilla menjadi membencinya.

Bagaimana bisa anak manja itu mengabaikan posisi sulitnya. Dia membutuhkan Mio. Dan anak manja itu justru mengambilnya!

Dengan kesal Kamilla mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Jean.

“Bagaimana bisa Vivian membawa Mio pergi begitu saja! Apa dia tidak memikirkan jika Mio sama sekali tidak bisa jauh dariku? Anak itu terlalu kau manja. Apa kau menunggu Mio terluka baru akan memperingatinya?!” Raung Kamilla begitu Jean menjawab panggilan.

Diseberang sana Jean yang baru selesai meeting langsung sakit kepala mendengar teriakan Kamilla.

Dengan kesal dia berkata: “Kau bicara seolah-olah Vivian sudah melakukannya berulang kali. Mereka adalah bibi dan keponakan, jadi berhentilah berlebihan.”

“Kau! Kau yang tak pernah mengurus Mio tahu apa tentang kekhawatiran ku?!” Teriakan Kamilla membuat emosi Jean melonjak.

“Karna aku khawatir kau tak mampu merawatnya, aku membiarkanmu menikmati dua persen saham perusahaan ku. Karna aku khawatir dengan psikologinya aku membiarkannya memilih dengan siapa yang disukainya. Karna aku khawatir dengannya aku menempatkan bodyguard untuk selalu memantaunya. Kau pikir aku tidak tahu bagaimana kau menghabiskan waktu dengan pria itu dan mengabaikannya?! Jadi duduk diam dan nikmati harimu selagi Mio masih menyukaimu!”

Jean membanting ponselnya ke lantai hingga hancur. Sekretaris dan para staf yang berjalan dibelakangnya mengerut tak berani bergerak.

Akhir-akhir ini bos mereka seperti berevolusi menjadi monster pemarah.

Mengacuhkan semua orang, Jean memasuki lift. Matanya dengan nyalang menatap orang-orang yang bahkan takut untuk bernafas.

“Kenapa kalian tidak kembali bekerja?! Kalian sudah bosan kerja disini?!” Tandas Jean sebelum pintu lift tertutup yang membuat para stafnya kalang kabut.

Memasuki ruangannya, Jean segera mengambil ponsel lainnya dari laci mejanya. Dia menghubungi salah satu bodyguard yang ditugaskan mengawasi Mio.

“Nona Mio sedang makan es krim bersama nona Vivian. Mereka baik-baik saja.”

Jawaban itu membuat Jean lega. Tapi dia tetap harus menegur anak nakal itu. Mau sampai kapan dia menciptakan masalah untuk Jean.

Pria itu menatap foto Mio yang sedang memeluk Teddy bear pertamanya. Senyum manisnya terlihat begitu memukau.

Jean menghela nafas. Bagaimana bisa putrinya menyukai anak nakal pembuat masalah itu.

*****

Recommended Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!