Author : Keyikarus
[Chapter 34]
“Bibi, apa kita bisa menangkap burung itu?” Mio mendongak bertanya pada Zino sembari menunjuk burung-burung yang terbang rendah.
Setelah mereka melewati laut luas, sekarang Zino melihat beberapa pulau yang nampak hijau. Bahkan dia juga bisa melihat bagaimana hijaunya bagian bawah laut.
“Kapal ini terlalu lambat. Lain kali kita akan gunakan kapal yang cepat untuk menangkapnya.”
Zinan tertawa.
“Kau tidak bisa selalu memberikan jawaban bodoh untuk anak kecil. Bisa-bisa itu merusak pola pikirnya.” Bisik Zinan tepat ditelinga Zino.
Saat inilah Zino baru sadar jika Zinan terlalu menempel padanya. Bahkan tangan pria itu melingkari pinggangnya.
Wajah Zino memanas sampai ke telinga. Dalam hati dia tak bisa berhenti mengumpat betapa sesatnya pria ini. Terlalu pintar mengambil kesempatan disaat Zino lengah karna terpukau oleh pemandangan indah.
“Kau! Kau sedikit menjauh!” Bisik Zino.
Dia tidak mau Mio menganggap mereka bertengkar. Pemuda malang itu tidak menyangka jika Zinan akan memanfaatkan hal ini dengan sangat baik.
“Ssst. Lain kali kita hanya akan pergi berdua, oke.” Bisik Zinan sembari meninggalkan satu kecupan singkat di pipi Zino setelah melirik Mio yang menatap burung di kejauhan sana.
Menurutnya Vivian sangat menyayangi bocah ini, jadi dia tidak mau melakukan hal yang tidak boleh dilihat anak kecil. Tapi tidak apa-apa jika anak itu tidak melihat. Zinan tidak mau bertengkar dengan Vivian disaat seperti ini.
“Apa… apa… apa yang kau lakukan?! Kau…” Zino gemetaran menahan amarah dan alasan lainnya.
Zinan ini berani melakukan hal seperti itu bahkan saat ada Mio. Bagaimana nasibnya jika tidak ada Mio?
“Sssst. Mau berenang?”
Tubuh Zino meremang merasakan hembusan nafas Zinan disisi wajahnya. Dia merasa jika ini terus berlanjut maka dia akan pingsan. Detak jantungnya terlalu kuat!
“Mio, ayo berenang!” Ucap Zino cepat-cepat mendorong Zinan menjauh darinya.
“Aku belum bisa berenang. Bibi bisa berenang?”
“Ah?… tidak bisa.” Sahut Zino dengan lesu.
Bagaimana dia bisa melupakan hal ini. Selama ini dia hanya hidup di darat. Melihat laut saja hanya dari tv. Melihat kolam renang juga hanya dari tv. Memikirkan ini, Zino tidak bisa tidak merasa hidupnya sangat menyedihkan. Syukurlah Zinan mengajaknya ke laut. Jadi dia bisa mati dengan bahagia. Tapi tidak sekarang, oke. Itu masih seratus tahun lagi.
Melihat wajah konyol bibi dan keponakan itu, Zinan tertawa lebar. Bagaimana bisa mereka begitu lucu.
“Jangan khawatir, di sini tidak terlalu dalam. Tapi Mio tetap saja akan tenggelam.” Zinan tertawa lagi.
Zino dan Mio merengut kesal mendengar lelucon tidak lucu Zinan.
“Apa aku bisa berdiri?” Tanya Zino. Itu akan lebih aman untuknya.
“Kita akan berperahu ke bagian paling dangkal dulu agar nona Zigan ini tidak khawatir tenggelam. Oke?”
Zino mengangguk setuju. Ini adalah pengalaman pertamanya berenang, apalagi dilaut. Jadi dia sangat antusias.
Dia harus beruntung karna berita tentang Vivian tidak terekspos kecuali dia seorang putri Zigan dan tidak sehat hingga melakukan segalanya dirumah. Jika tidak, maka kebohongannya akan terpapar dalam waktu satu detik setelah mengungkapkan kekhawatiran akan tenggelam.
Sayangnya Nona Zigan palsu ini langsung pucat saat Zinan menyodorkan bikini yang dimatanya sama saja dengan pakaian dalam itu.
“Apa ini?” Tanya Zino dengan linglung.
“Bikini tentu saja. Melihatmu mempertanyakan barang ini sungguh membuatku kecewa.” Ucap Zinan main-main.
Zino sesak nafas. Dia tahu. Jadi inilah tujuan manusia sesat bernama Zinan mengajaknya ke laut. Dia hanya ingin melihatnya berpakaian dalam seperti bule saat berenang. Seharusnya Zino menduga sejak awal jika pria ini akan melakukan hal sesat.
“Aku akan memakai pakaian lengkap. Tidak ada berenang tanpa pakaian lengkap.” Ucap Zino dengan keras kepala. Siapa yang mau dilecehkan begitu saja oleh pria ini. Dia masih pria, oke.
Zinan memasang ekspresi menyesal yang membuat Zino ingin menonjok wajahnya. “Aku tidak mau bertengkar. Baiklah, aku akan memberimu kaosku dan celana pendek ku.”
“Kenapa milikmu?!” Zino mengernyit jijik.
“Kenapa? Apa kau ingin memakai milik bodyguardku? Itu tidak boleh!!”
Zino semakin mengernyit jijik melihat Zinan bersikap seperti anak kecil. “Aku bisa memakai milikku sendiri.”
“Apa kau membawa pakaian selain yang kau pakai?” Zinan tersenyum manis.
Itu karna kau tidak mengatakan apapun. Kau bahkan menyiapkan pakaian dalam untukku. Pikiran sesatmu sungguh mengerikan. Zino menggerutu dalam hati.
Ditengah keributan itu, Mio dengan manis memanggil bibinya. Zinan menugaskan bodyguardnya membawa Mio ke ruang ganti lain dan membantunya memakai pakaian renang anak-anak. Tadinya dia berniat membantu Vivian memakai bikini dan sedikit mengambil keuntungan.
Siapa yang menyangka tunangannya itu akan dengan keras kepala menolak. Sungguh mengecewakan.
Akhirnya Zinan memberi Zino kaos dan celana renangnya. Sedangkan dia dengan sangat percaya diri memamerkan tubuh bagian atasnya.
Sayang sekali, Zino adalah pria yang tidak akan memerah hanya karena melihat tubuh pria lain. Lagi-lagi reaksi Zino itu membuat Zinan kecewa. Gadis ini sulit dimenangkan.
Zino terkejut melihat tiga orang bodyguard, padahal saat akan berangkat tadi dia hanya melihat satu. Lalu saat berkeliling tadi dia tidak melihat satupun. Tapi Zino mengabaikan itu, dia pikir mereka memiliki ruangan sendiri atau yang sejenisnya.
Mereka berperahu bersama satu bodyguard, sedangkan yang dua menunggu di kapal.
Zino menatap ke belakang dan melihat kapal semakin jauh. Mio sibuk menunjuk ikan-ikan kecil yang berseliweran dengan riang saat dasar dibawah mereka semakin terlihat.
Pemandangan warna-warni dasar laut, biru air laut dibelakang mereka dan pasir putih didepan. Melihat jarak yang luas terbentang antara pulau kecil didepan mereka dan kapal dibelakang mereka membuat Zino merasa jika dirinya seperti titik kecil dilautan yang bisa menghilang kapan saja.
Zinan memasangkan pelampung untuk Mio yang begitu semangat untuk masuk ke air. Jika anak kecil ini hilang, Jean pasti akan mencekiknya sampai mati.
“Bibi. Bibi. Lihat!” Mio masuk ke air dengan cara menggulingkan kepalanya dulu. Membuat Zino terpekik ketakutan. Dia saja merasa hanya titik kecil dilautan, bagaimana dengan gadis kecil ini?
“Zinan selamatkan Mio!” Dengan panik Zino mendorong Zinan hingga tercebur.
Saat muncul ke permukaan, Zinan menatap gadisnya dengan tajam. Sementara Mio yang sudah stabil mengapung tertawa ceria.
“Tolong jangan menjadi begitu kasar. Atau aku akan kasar saat malam pertama kita.” Ancam Zinan.
“Apa?! Bagaimana bisa kau bicara begitu tak tahu malu?!”
Zinan mendesah melihat wajah memerah gadis itu. Dia bahkan tak terpengaruh saat melihat tubuhnya namun mudah memerah hanya karena kata-kata omong kosong seperti itu.
“Bibi, ayo…” Mungkin karna terlalu senang, Mio bertingkah begitu aktif. Lebih daripada yang Zino lihat selama ini.
Itu mempengaruhinya, jadi dia berdiri dan membuat ancang-ancang terjun. Ketinggian air laut hingga tepi perahu tidak sampai dua puluh centi. Dengan gaya yang menurutnya paling oke, Zino terjun.
Zinan menatap malas gadis yang sekarang gelagapan menggapai-gapai permukaan berusaha agar tidak tenggelam. Sedangkan Mio, gadis kecil itu sedang rajin tertawa lebar sejak bersama Zino.
Dengan tak sabar Zinan menarik tangan Zino yang mulai meminta tolong. Tadinya dia berniat menstabilkan pijakan gadis itu saja, tapi reaksi Zino yang langsung memeluknya membuatnya mengambil kesempatan meraba-raba punggung dan bokongnya.
Setelah nafasnya tenang, Zino menyadari jika kakinya menginjak dasar. Ternyata airnya hanya setinggi dadanya saja.
Mata pemuda itu melotot ganas merasakan dua telapak tangan meremas-remas bokongnya. Sungguh pria sesat kurang ajar.
“Dasar sesat! Menjauh dariku! Kau tidak boleh mendekatiku kurang dari lima meter!” Zino dengan kasar mendorong pria sesat yang hanya tersenyum dan mengangguk patuh.
Zinan merasa dia sudah cukup mengambil cicilannya untuk saat ini. Tidak akan menguntungkannya jika gadis itu semakin marah. Jadi dia dengan teratur mundur, membiarkan bibi dan keponakan itu bermain dengan ceria.
Melihat senyum itu saja sudah membuatnya puas.
“Tuan.”
Zinan menoleh saat mendengar panggilan bodyguardnya yang diam di perahu.
“Ada telepon dari ayah Anda.”
Zinan mendekati perahu dan meraih ponsel yang diulurkan pria besar itu. Dengan tenang dia bersandar di perahu, mendengarkan ucapan ayahnya sambil menatap dua sosok besar dan kecil yang tertawa ceria.
*****
[…] Chapter 34 […]
[…] PP 34 >> […]
Zinan bisa mesyum??? *plakk*😂
Bukankah meski pakai kaos dan celana tapi kalo basah trus naik ke permukaan , atas dan bawahnya bakalan keliatan ya? 😅😅😅
Hahaha mesum kamu yah Zinan aduh kasian Zino digrepe-grepe kalo emang mau jangan di depan Mio dong Zinan kan Mio masih kecil gak baik
[…] << Peran Pengganti – 34 […]