Author : Keyikarus
[Chapter 28]
Petra berjongkok di dekat pintu perpustakaan rumah dengan bingung. Dia tahu apa yang terjadi di dalam dengan suara seribut itu. Sekarang dia tidak tahu harus pulang atau menunggu tuannya selesai. Mendengar suara erotis tuannya, membuat dia menginginkan hal yang sama.
Dia menjilat sudut bibirnya dengan gelisah. Sebelum dia memutuskan apa yang harus dia lakukan, suara itu telah berhenti. Sekarang dia menjadi lebih bingung lagi, haruskah dia menghampiri tuannya seolah tidak tahu yang terjadi? Atau dia menunggu sedikit lebih lama lagi?
Petra cemberut, berharap saat ini ada salah satu dari teman-temannya.
“Apa yang kau lakukan?”
Pria tampan itu terlonjak kaget hingga terjungkal ke samping. Wajahnya pias dengan jantung yang seperti mau copot. Dia menoleh ganas dan melotot pada sosok yang membuatnya nyaris lenyap.
“Kenapa seterkejut itu? Tugasmu itu mengejutkan seseorang, bukan dikejutkan. Bagaimana sih.” Kekeh Banaspati prihatin melihat tampang horor Petra.
“Kau. Diamlah. Tidak tahu tuan dengan….” belum selesai Petra bicara, pintu yang tepat berada dibalik punggungnya terbuka.
Dia mendongak dan menemukan tuannya digendong dengan kaki melingkari pinggang Yanzi. Sementara pria yang akhir-akhir ini paling sering mengunjungi tuannya itu menahan bokongnya dengan satu tangan sementara tangan lain berada dipunggung tuannya.
Tanpa memberi Petra kesempatan bicara, Juena sedikit membungkuk dan memukul kepala Petra tanpa ampun.
“Siapa yang menyuruhmu menguping bang Pet.” Desis Juena.
Sekarang tambahkan kondisi dimana Juena akan berubah galak, yaitu saat tidurnya terganggu dan saat bercintanya ada yang menguping.
Petra memegang belakang kepalanya yang berdenyut nyeri. Jangan melihat betapa mungilnya Juena, lihat kekuatannya yang bahkan melebihi monster di alam para hantu sekalipun.
“Maaf.” Gumam Petra penuh keluhan.
“Aku akan menginap di rumah Yanzi.” Gumam Juena sebelum meletakkan kepalanya di bahu Yanzi. Dia menguap malas dan memejamkan matanya. Tidak peduli lagi pada hal-hal selain tidur.
Yanzi menatap dua hantu yang hanya mengangguk menyahuti Juena. Lalu tatapannya berfokus pada Petra. Yang ditatap justru merinding. Sekarang pria ini sedang menggendong Juena. Sebisa mungkin jangan mencari masalah atau Juena akan memukulnya lagi.
“Apa?” Gumam Petra tak sabar melihat Yanzi menatapnya terlalu intens. Jangan bilang pria itu berniat berguling dengannya? Dia bisa dibunuh Juena jika tidur dengan orang yang baru saja mengerang bersama tuannya.
“Kau menghalangi jalan.” Gumam Yanzi acuh tak acuh.
Petra bergeser dengan cemberut. Dia mencibir. Bahkan orang yang tidur dengan tuannya dulu lebih sopan.
Mengabaikan pemikiran dua hantu itu, Yanzi membawa Juena ke mobilnya. Dia dengan hati-hati mengatur posisi yang nyaman di kursi agar tak mengganggu tidur Juena.
Sementara itu Banaspati terbahak menertawakan wajah cemberut Petra. Dia bukannya tak tahu khayalan apa yang sempat bertengger di otak absurd Petra.
“Ingin mengerang seperti tuan? Aku bisa membantumu.” Tawar Banaspati. Dia menjulurkan jari telunjuknya dan berniat menggoda Petra dengan menelusuri kulit leher hantu itu.
Sayangnya itu tidak sesuai harapan. Petra memekik kepanasan dan mengutuk ke arahnya.
“Mengerang pantatmu! Ini panas! Panas! Kendalikan apimu dengan benar.”
Petra melangkah cepat meninggalkan Banaspati yang dengan sedih menatap ujung jarinya.
“Dia benar. Aku harus mengurus apiku dulu sebelum bermimpi mengerang.” Gumamnya lemah.
Dia ke sini menggantikan tuyul sialan yang sedang asik menunggangi Regalih sekaligus ditunggangi pocong. Dia tahu jika pocong dan tuyul terkadang melakukan kegiatan saling tusuk bergantian disembarang tempat. Mungkin itu gunanya tuyul hanya memakai celana dalam, mempersingkat waktu jika si pocong ingin menusuknya kapan saja dan di mana saja.
Di antara tuyul dan pocong, tuyul adalah yang paling banyak bagian ditusuk. Tidak perlu tanya bagaimana Banaspati tahu, dua hantu itu selalu melakukannya disembarang tempat. Secara harfiah.
Sedikit mengejutkan sekarang mereka membuat rangkaian tusukan, Tuyul menusuk Regalih, dan tuyul ditusuk pocong.
Dia ingat bagaimana nyaris tak sanggup melihat goyangan pinggul seirama tiga orang itu. Sungguh pemandangan aneh .
Seharusnya tuannya melihat niat baiknya membiarkan tuyul mengumpulkan energi disalah gunakan untuk mencoba berbagai variasi posisi.
Banaspati merasa area Juena mungkin akan menjadi lahan prostitusi hantu terbesar suatu saat nanti. Jika dihitung saat ini, dua pertiga dari jumlah hantu Juena melakukan kegiatan vulgar itu dengan rutin.
Padahal, hantu adalah makhluk individu. Mereka akan melakukan hal seperti itu dengan alasan kewajiban menghasilkan keturunan, bukan kesenangan. Tidak ada ayah, ibu, anak, Kakek dan lainnya. Tidak ada keluarga. Yang ada hanya individu baru.
Setiap bayi yang menjadi individu baru harus mampu bertahan hidup sendiri sedari baru dilahirkan. Mereka ditinggalkan, mengenali kekuatan bawaan dan bertahan.
Namun sejak Juena melakukan kegiatan itu nyaris setiap hari dengan orang yang dulu, entah bagaimana para hantunya mulai melirik manusia untuk melakukan hal yang mereka anggap hanya kewajiban -namun mampu membuat Juena mengerang setiap hari- menjadi kesenangan.
Yang memulai? Tentu saja Mbah Gen. Dia memilih laki-laki untuk menghilangkan resiko keturunan campuran antara manusia dan hantu.
Itu adalah peristiwa hantu milik Juena tidur dengan manusia pertama kalinya. Manusia malang itu nyaris mati setelah hampir tujuh hari tujuh malam dihentak penis raksasa Mbah Gen.
Mulanya tidak banyak yang tertarik. Namun setelah Mbah Gen menyatakan dua manfaatnya yang bisa didapat, banyak hantu milik Juena mulai tertarik melakukannya.
Tanpa mendiskusikannya dengan Juena, mereka berusaha mendapatkan manfaat yang dikatakan mbah Gen. Pertama rasa kesenangan, dan kedua energi manusia.
Di antara para hantu Juena hanya sedikit yang belum melakukannya. Dan yang paling sering melakukannya bahkan dibanding mbah Gen yang memulainya adalah mas Kun.
Banaspati termasuk dari sedikit yang belum melakukannya. Jangan tanya kenapa. Masalahnya dia belum bisa mengendalikan apinya agar hanya membakar hal yang dimaksud saja.
Tolong maklumi, usianya baru sepertiga usia Juena. Tidak seperti hantu lainnya yang kebanyakan dua, tiga atau beberapa kali lipat dari usia Juena.
Dia bisa memiliki wujud dewasa lebih cepat daripada umumnya karna tuannya membiarkannya mengkonsumsi lebih banyak energinya diawal-awal.
Alasannya sangat jelas, Juena yang kecil tidak telaten mengurus hantu kecil.
Dirumah Yanzi, tepat tengah malam
Marina terbangun karna rasa haus. Dia keluar kamar menuju dapur. Menuangkan air di gelas, dia meneguknya dan mendesah lega. Bunyi saat dia meletakkan gelas dimeja bergaung ke seluruh ruangan. Membuat Marina menghentikan gerakannya.
Dia menoleh ke belakang. Suara gaung tentu saja tidak bisa dilihat. Hanya saja dia memiliki perasaan jika tidak selayaknyaB hanya meletakkan gelas menimbulkan gaung berlebihan.
Marina kembali menatap gelas yang masih dipegangnya. Dia terdiam merasakan hawa dingin yang mendekat dan melingkupinya dari belakang. Itu seperti berusaha menyusup melalui pori-porinya, terasa menusuk dan membuatnya menggigil tanpa sadar.
Dia dengan cepat beranjak menaiki tangga, meninggalkan asap hitam yang terlepas dari tubuhnya. Perlahan itu membentuk siluet tubuh manusia. Setiap kali memadat, bentuk solidnya semakin terlihat. Sosok cantik yang seharusnya baru saja naik ke lantai dua telah terwujud.
Menjulurkan lidahnya, wajah cantik itu menampilkan ekspresi menggoda dan penuh kesan riang. Dia menaiki tangga dengan santai, menyentuh setiap benda yang dilewatinya dengan ujung jarinya. Seolah sedang meninggalkan jejak pada wilayahnya.
Marina mengetuk pintu kamar Yanzi, namun tidak mendapatkan jawaban setelah beberapa kali panggilan. Merasa semakin gelisah, Marina mendorong pintu kamar hingga terbuka.
Kosong.
Tidak ada Yanzi yang seharusnya sedang tidur di atas ranjangnya. Marina mengerjap cemas. Bukankah seharusnya putranya itu sudah pulang? Dia menutup pintu, berbalik bermaksud mencari Elsa.
Namun jantungnya nyaris berhenti melihat sosok yang berjalan santai sembari mengamati jajaran kaca jendela. Bahkan jari lentiknya mengukir garis samar pada kaca itu. Gerakannya lembut dan penuh godaan.
Sosok itu…. jelas dirinya.
Marina membuka tutup mulutnya dengan shock. Tidak tahu harus mengatakan apa. Matanya membulat terlihat nyaris keluar dari tempatnya. Tubuhnya yang gemetar mundur hingga merosot jatuh dilantai.
“Apa kau takut?” Gumam sosok itu dengan suaranya. Saat keluar dari mulut sosok didepannya, suaranya terdengar lebih manis dan menggoda. Dia tak pernah terpikir jika suaranya bisa dikeluarkan dengan cara seperti itu.
Marina menangis dalam kebisuannya. Dia ketakutan hingga nyawanya nyaris melayang. Yang mengejutkan, dia tidak bisa pingsan. Tepatnya sosok itu yang sudah memaksakan kesadarannya tetap bertahan.
“Karna aku akan menggantikanmu, maka sudah sewajarnya kau tidak perlu ada.” Sosok itu dengan manis tersenyum saat menghampiri Marina.
Kuku telunjuknya tumbuh memanjang dengan kecepatan yang bisa dilihat mata telanjang. Warnanya yang alami berubah menjadi merah menyala. warna yang paling dihindari Marina saat menggunakan cat kuku.
Perlahan dia menyentuh dahi Marina dengan ujung kukunya, membuat jalur ke hidung hingga dagu. Meninggalkan jejak merah seperti membelah kepala Marina.
Tubuh Marina mengejang beberapa kali. Matanya membeliak menakutkan, bibirnya terbuka berusaha mengungkapkan rasa sakitnya dengan teriakan. Namun tidak ada yang keluar. Semuanya masih hening dan tenang.
“Pai Pai.” Gumamnya sedetik sebelum tubuh Marina lunglai. Berubah menjadi debu yang bertebaran dilantai. Lalu entah dari mana angin datang bertiup menyebarkan debu-debu itu hingga menghilang di udara.
********
<< Oh! Juena 27 [Private]
[…] Chapter 28 […]
[[ Sekarang tambahkan kondisi dimana Juena akan berubah galak, yaitu saat tidurnya terganggu dan saat bercintanya ada yang menguping. ]]
~ ber .. ber .. apaaa ?? kenapa saya ngg tau ini ?? Chapter berapa ?? diprivate yakk ???
[[ Petra bergeser dengan cemberut. Dia mencibir. Bahkan orang yang tidur dengan tuannya dulu lebih sopan. ]]
~ aaaaah .. jadi Juena tidak sevolos yang kubayangkan ughh
[…] << Oh Juena 28 […]