Bab 6 (Permulaan)

Seruan dari penjaga istana, terdengar menggema! Suara lantang yang terasa seperti kicauan burung hantu yang menyeramkan itu mengumumkan kedatangan kaisar yang mereka agung-agungkan itu. Memberitakan bahwa sang kaisar akan segera memasuki kediaman selir Changyi bersama rombongannya.

Dengan perasaan gelisah, Changyi segera menghentikan apapun kegiatannya dan menghampiri pintu masuk untuk memberi salam pada kaisar Xianfeng yang sangat gemar mendatanginya dengan tiba-tiba seperti ini.

Merasa diperlakukan seperti mainan baru yang begitu digemari, Changyi mulai kembali mengeluh dalam hati. ‘bagaimana bisa seorang kaisar yang seharusnya mengurusi banyak masalah negara, punya banyak waktu untuk mengunjunginya sesering ini?’

“Changyi menghadap pada kaisar Xianfeng. Semoga kaisar diberi umur yang panjang.” hormat Changyi enggan, mengahadap Xianfeng, begitu pria bertubuh tinggi dan gagah itu melangkah memasuki ruangannya.

Keempat pelayan Changyi juga tampil menghadap Xianfeng saat itu.

Xianfeng menghentikan langkahnya sejenak, memandang Changyi dari ujung kepala hingga ujung kaki.

“Kau terlihat cantik.” komentar Xianfeng dingin, dengan seringai mengejek di wajahnya.

Tentu saja itu adalah komentar yang jujur keluar dari mulut Xianfeng. Dengan jubah indah yang membungkus tubuh indahnya, Changyi selalu terlihat cantik dari pada tampan, sejak dahulu. Namun itu bukanlah sebuah pujian ketika lawan bicaramu memandangmu dengan raut yang merendahkan seperti itu.

Tidak ingin terpancing, Changyi hanya menunduk dalam dan lagi-lagi hanya mampu mengeluh dalam hati. Ia sudah mulai mengenal perangai Xianfeng yang seperti anak kecil yang keras kepala. Semakin kau membantahnya, semakin itu akan merugikan dirimu sendiri.

“Ada apa? Kau terlihat tak senang?” tanya Xianfeng datar, ketika telah mendudukkan dirinya pada kursi kayu berukir yang tersedia di dalam kediaman Changyi.

Tentu saja saat ini dia merasa tak senang! Lagipula, pria macam apa yang akan merasa senang ketika dipuji dengan kata ‘cantik’? Seperti seorang perempuan saja!

“Tidak seperti itu yang mulia. Changyi hanya merasa sedikit tak enak badan saat ini.” jawab Changyi sedikit berbohong.

Disebut ‘sedikit berbohong’ karna sebenarnya yang merasa tak enak, adalah batinnya! Bukan fisiknya.

Raut wajah Xianfeng berubah, namun tak bisa diartikan. “Apa kau sedang berusaha mencari perhatianku?” tuduhnya kemudian, membuat Changyi menggeleng cepat.

“Changyi tidak berani meminta perhatian yang mulia Kaisar, lebih dari ini.” tutur Changyi, semakin menyiratkan keengganannya. Yang benar saja? Changyi bahkan rela menjual jiwanya sendiri, jika itu memang bisa membuat Xianfeng menjauh darinya.

“Aku baru saja selesai menemui tabib yang menanganimu, dan dia mengatakan bahwa selir Changyi dalam kondisi yang sangat baik saat ini. Lalu alasan apa lagi yang membuatmu berbohong, selain meminta perhatian dariku?”

Merasa tercekat, tubuh Changyi mundur selangkah dengan sendirinya. Sepertinya cara ‘berpura-pura sakit’ tidak akan mempan di hadapan serigala pandai di hadapannya ini. Tidakkah ia sadar bahwa Changyi sedang memberinya sinyal untuk menjauhinya?! Bagaimana bisa tindakannya malah diartikan sebaliknya?

Selanjutnya, Changyi bahkan harus benar-benar berhati-hati dalam mengambil langkah jika tak ingin dirugikan seperti ini lagi.

“Itu… Ada keperluan apa… Yang mulia datang kemari selarut ini?” tanya Changyi tergeragap, mencoba mengalihkan pembicaraan.

Xianfeng menyipitkan matanya jahat, ke arah Changyi. “Menurutmu? Apa keperluan seorang kaisar, jika mendatangi selirnya di malam hari?”

Melihat tatapan yang seakan mengulitinya itu, tubuh Changyi segera gemetar hebat, ketakutan. Apalagi yang harus dilakukannya untuk menghindari mala petaka ini? Apa yang harus dilakukannya untuk tetap menjaga harga dirinya yang masih dianggapnya sebagai seorang pangeran ini?

Pikiran polos Changyi bahkan belum pernah terlintas melakukan hal tak senonoh dengan perempuan cantik sekalipun. Bagaimana ia bisa bertahan, ketika tubuh lelakinya dilecehkan oleh sesama pria?

Tawa khas yang merendahkan segera menyambar telinga Changyi, membuyarkan pemikirannya yang sudah bermil-mil jauhnya.

Ini pertama kalinya Changyi menyaksikan tawa dari kaisar Xianfeng. Bukan sebuah seringai. Namun bukannya merasa tenang, Changyi malah semakin merasa bulu kuduknya meremang ngeri.

“Apa yang sebenarnya sedang kau fikirkan?” Xianfeng menghentikan tawanya, memberi isyarat agar para pelayan meninggalkan mereka.

Xianfeng mulai bangkit menghampiri Changyi, ketika semua pelayannya sudah meninggalkan mereka berdua dalam keheningan beberapa saat kemudian.

Sepertinya, inilah permulaan dari pembalasan dendam Xianfeng yang sesungguhnya.

“Aku… Yang mulia… Changyi memohon pada yang mulia. Tolong jangan melakukan apapun yang saat ini ada di dalam kepala anda.” gugup Changyi, melangkahkan kakinya mundur untuk menghindari Xianfeng yang semakin memperkecil jarak antara mereka.

“Ah! Jadi kau merasa tau apa yang ada di fikiranku saat ini?” tantang Xianfeng menyipitkan matanya, begitu jarak mereka tinggal selangkah lagi.

Changyi menggeleng cepat.

“Katakan apa yang ada difikiranku saat ini?!” bentak Xianfeng keras, membuat Changyi tidak menyadari vas bunga yang terbuat dari besi yang terletak di belakangnya itu membuatnya tersungkur saat kembali mundur kebelakang.

Changyi meringis kesakitan saat pantatnya berhasil mencium lantai yang dingin, dengan keras.

Xianfeng kembali tertawa keras, menyaksikan cara jatuh Changyi yang menurutnya tak biasa itu.

Changyi hanya mampu mengerjap ditempatnya. Sungguh tak menyangka bahwa kaisar Xianfeng yang selalu bersikap dingin dan menakutkan di hadapannya itu, juga bisa tertawa seramah ini? Kali ini tawanya bahkan mampu membuat Changyi sedikit merasa kagum dalam lubuk hatinya yang terdalam.

“Apa yang kau lihat?!” bentak Xianfeng lagi, mengembalikan wajah tampan dingin diktatornya.

Ya Tuhan! Apakah orang ini mempunyai kepribadian ganda? Bagaimana bisa ekspresinya berubah-ubah secepat itu? Batin Changyi mengeluh keras. Changyi bahkan mulai khawatir dengan kesehatan jantungnya sendiri, jika terus diperlakukan seperti ini.

Saat Changyi mulai lengah dan sibuk dengan pemikirannya sendiri. Tiba-tiba saja dirinya tersadar oleh sebuah tangan yang merenggut wajahnya keras dan melumat bibirnya dengan kasar.

Mata Changyi terbelalak lebar, saat menyadari Xianfeng sudah ikut berlutut dengan satu kaki di sampingnya dan memerangkap wajahnya dengan ciuman tanpa peringatan seperti sebelumnya.

Ini kali kedua Xianfeng berani memperlakukannya seperti ini! Dan lagi-lagi berhasil membuat jiwanya seakan hampir lepas dari raganya!

Seumur hidupnya, tidak ada seorangpun yang berani menyentuh tubuhnya sembarangan seperti ini! Selama 18 tahun ia menghembuskan nafasnya, tidak ada seorangpun yang pernah berani memperlakukan tubuh polosnya seintens ini!

“Yang mulia! Tolong kendalikan diri anda!” seru Changyi diantara nafasnya yang memburu. “Bagaimana bisa yang mulia berlaku seperti itu di tempat seperti ini?! Benar-benar tidak sepantasnya!” tidakkah Xianfeng sadar bahwa mereka tidak sedang berada dalam kamar tidur?

Xianfeng berdecak kesal dan menatap Changyi meneliti. “Jadi masalahnya ada pada tempatnya?”

Menyadari kebodohan yang lagi-lagi berhasil lolos dari mulut tak becusnya, Changyi segera menggeleng keras. “Tidak yang mulia! Maksud Changyi adalah… Changyi adalah seorang laki-laki sama seperti anda. Tidakkah yang mulia takut pada rumor yang akan menyebar di masyarakat?! Mereka bisa saja mencemooh kaisar mereka yang memiliki ketersimpangan atas perilakunya!”

“Sekarang kau mengatakan bahwa aku punya perilaku yang menyimpang?!” Xianfeng menggertakkan giginya penuh kemarahan. “Biar aku tunjukkan, siapa yang akan lebih ‘menyimpang’ ketika aku berhasil melucuti pakaianmu!”

Setelah selesai dengan pernyataannya, Xianfeng kembali menarik Changyi dalam ciuman kasarnya. Xianfeng bahkan mulai memainkan lidahnya di dalam mulut Changyi yang masih saja terpaku di tempatnya saat itu.

“Apa yang kau lakukan?!” bentak Changyi tersadar! Melupakan hal sopan santunnya, ketika berhasil membuat tubuh Xianfeng sedikit terdorong kebelakang.

Jangan tanya lagi tentang perasaannya saat ini! Nafasnya tentu terasa memburu, jantungnya hampir keluar saking kencangnya memompa, kepalanya hampir meledak . Entah perasaan apa yang ia rasakan, namun ini lebih menyiksa jika dibandingkan ketika penyakit sejak kecil yang dideritanya sedang kambuh.

“Apa yang aku lakukan?” Xianfeng mengulang pertanyaan Changyi dengan kepala yang sedikit dimiringkan. Seakan pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh Changyi adalah hal yang paling bodoh untuk didengarkan. “Tentu saja aku sedang ‘merendahkan atau melecehkanmu’, seperti apa yang telah kujanjikan! Apakah kau sudah lupa tentang tujuanmu berada di tempat ini? Kau hanya obyek balas dendamku!” tuturnya, masih dengan nada dinginnya.

“Tolong bunuh saja aku! Bunuh saja aku dengan cara tersadis yang kau inginkan, untuk melampiaskan dendammu. Tapi aku mohon… Jangan perlakukan aku seperti itu.” pinta Changyi memelas, dengan air mata yang tak lagi bisa dibendungnya. Keputus asaan lagi-lagi menggerogoti jiwanya. Jika seorang kesatria lebih memilih mati daripada direndahkan, maka Changyipun akan memilih hal yang sama meskipun ia bukanlah seorang kesatria.

“Jika kematianmu cukup untuk meredam amarahku, maka sudah lama kau terbaring di dalam tanah saat ini.” desis Xianfeng tanpa ampun. Menarik leher jubah Changyi lebih dekat ke wajahnya dalam sekali hentakan.

Changyi memejamkan matanya pasrah, bersiap mengambil belati pelindung yang selalu dibawanya kemanapun. Ukuran belati itu memang kecil, namun Changyi yakin, bahwa benda itu mampu mengakhiri hidupnya yang menyedihkan ini.

Tanpa diduga oleh keduanya, pintu tiba-tiba saja terbuka dan seorang pengawal menerobos masuk.

“Cepat katakan hal mendesak apa yang membuatmu berlaku tidak sopan seperti ini, Tuoli?” geram Xianfeng kesal, menghardik tangan kanannya yang setia.

Tuoli yang telah menjatuhkan salah satu lututnya di atas lantai, segera menunduk dalam di hadapan Xianfeng. “Maafkan kelancangan hamba, yang mulia. Tapi keadaan saat ini sangat mendesak.”

Xianfeng bangkit berdiri dari tempatnya. “Katakanlah!” katanya, memberi izin.

“Lapor yang mulia! Tuan putri Xiangyu berhasil menyelinap keluar dari istananya lagi. Hamba sudah mengerahkan para pengawal untuk mencarinya, namun kami belum bisa menemukannya.” lapor Tuoli, dengan ekspresi datarnya yang seperti biasa.

Xianfeng menggeram marah, dengan aura yang mengerikan. Membuat Changyi bahkan tak berani bergerak dari posisinya saat ini. Pernyataan selanjutnya, bahkan berhasil membuat Changyi bergidik ngeri.

“Hukum pancung semua pelayan dan penjaga yang telah lalai menjaga kakakku! Bagaimana bisa mereka bertindak semberono seperti itu, lebih dari satu kali?!” perintah Xianfeng mutlak. Yang langsung disanggupi oleh Tuoli.

“Aku akan turun tangan sendiri mencarinya.” putus Xianfeng akhirnya, sebelun kembali berbalik menatap Changyi yang masih terduduk di tanah. “Dan kau! Aku peringatkan agar kau tidak melakukan hal yang akan membuatku lebih murka lagi! Atau aku akan pastikan, kedua matamu itu akan menyaksikan pertumpahan darah dari orang yang kau kasihi sekali lagi. Apa kau mengerti?!”

Tanpa perlu menunggu, Changyi segera mengangguk berulang kali dengan ketakutan yang menghantuinya lebih dalam lagi saat ini. Sepasang mata tajam itu berulah lagi! Ia memamerkan kekejamannya hingga membuat lawan bicaranya hampir saja terlepas dari nyawanya sendiri.


Bab 7 (Darah Dan Air Mata)

Hari melelahkan yang benar-benar menguras tenaga serta banyak fikiran, membuat Changyi tidak mampu memejamkan mata dan tetap terjaga hingga tengah malam tiba.

Kegelisahan dan kecemasan menghantuinya. Hatinya terasa tak tenang hingga membuatnya membolak-balikkan tubuhnya beberapa kali di atas ranjangnya.

Fei zi yang bertugas menjaganya malam itu, menyadari kegelisahan tuannya dan menyarankannya berendam air hangat agar tubuhnya dapat lebih relaks.

***

Changyi mulai membuka lapisan luar pakaiannya saat Fei zi baru saja meninggalkannya dalam ruangan yang terdapat kolam besar dengan pancuran air yang sepertinya langsung terhubung dengan air alam itu.

Semoga saja kesunyian di sekelilingnya mampu membantunya menemukan solusi dari masalah yang sedang dihadapinya!

Changyi mulai menatap genangan air hangat di hadapannya dengan tatapan kosong.

Fikirannya mulai mencari cara, bagaimana agar dirinya bisa lolos dari jeratan Xianfeng tanpa harus mengakhiri hidupnya sendiri dan memilih melarikan diri dari masalah yang dihadapinya saat ini. Mengingat sifat Xianfeng, tentu saja pilihan untuk mengakhiri hidupnya bukanlah solusi terbaik jika Changyi tidak ingin menyakiti kakaknya yang masih dijadikan seorang tawanan dan orang-orang di sampingnya yang begitu setia mendampinginya.

Hari ini mungkin dirinya bisa meloloskan diri dari keputusasaannya. Namun bagaimana jika hari esok tiba? Bagaimana jika tiba waktu Xianfeng mendesaknya lagi seperti apa yang baru saja dilakukannya?

Changyi bahkan yakin, dirinya pasti tidak akan mampu mengontrol tindakannya sendiri saat waktu itu tiba. Mungkin tubuhnya akan bergerak sendiri, untuk mempertahankan kehormatannya sebagai seorang pria bangsawan yang terlahir dari kerajaan Shu!

Terbenam dalam pemikirannya, Changyi berdiri mematung di tepi kolam dengan tubuh polos tanpa busana. Dirinya bahkan baru menyadari bahwa seseorang sedang mengamatinya dari ambang pintu saat orang itu berdecak kagum dan membuat Changyi menoleh seketika.

Suara gemerincik air yang beradu dengan tubuh polos Changyi, langsung terdengar menghiasi ruang permandian pribadi milik Changyi.

Tubuh mulus Changyi terpeleset jatuh kedalam kolam, dalam keterkejutannya mendapati sosok Xianfeng yang saat ini sedang mengamatinya dengan sorot mata tajamnya.

“Pertunjukan yang menarik.” komentar Xianfeng dengan seringai dinginnya, saat Changyi masih tampak berusaha menyeimbangkan tubuhnya di dalam air.

“Bagaimana… Apa yang anda lakukan yang mulia?! Bagaimana yang mulia bisa masuk kemari?!” tanya Changyi penuh kemarahan, mendapati perilaku Xianfeng yang sangat tak sopan.

Hanya orang yang benar-benar tak tahu malu yang akan memasuki ruanganmu, meskipun ia tahu bahwa ada seseorang yang sedang mandi di dalamnya saat itu.

Xianfeng kembali menyeringai. “Apakah menurutmu, aku harus memiliki izin terlebih dahulu, untuk memasuki bagian istanaku yang manapun yang ingin kudatangi?” tanyanya kemudian, menatap Changyi mendekat, dengan senyum sinis yang menghiasi wajahnya.

Dengan tubuh yang gemetar dalam kemarahan, ketakutan, dan rasa malu yang menguasai, Changyi berusaha meraih salah satu lapisan jubah luarnya dan segera mengenakannya. Tidak perduli bahwa jubah berwarna merah itu, bisa basah terendam air bersama dengan dirinya.

Ingin segera melarikan diri dari situasi yang sama sekali tidak menguntungkannya, Changyi segera beranjak dari kolam. Berniat ingin melewati Xianfeng, sama sekali tidak menghiraukan penampilan kacaunya dengan rambut panjangnya yang basah dan berantakan kemana-mana.

Changyi benar-benar tidak dalam sikap siaga, saat sepasang tangan kuat itu menarik tubuhnya dan membuatnya limbung dalam pelukan Xianfeng. Saat itu, rambutnya yang basah, masih tampak meneteskan titik-titik air yang ikut membasahi pakaian yang dikenakan Xianfeng.

“Apa yang kau lakukan?! Cepat lepaskan aku!” seru Changyi penuh kemarahan. Dengan perlawanan yang tampak sia-sia.

Xianfeng tak bergeming. Malah semakin mempererat pelukannya dan kali ini mulai menggerakkan salah satu tangannya memasuki celah pakaian Changyi hingga menyentuh kulit dingin di bagaian dadanya.

Changyi merasakan sekujur tubuhnya meremang ketakutan, dalam dekapan Xianfeng.

“Tolong lepaskan aku… Aku memohon padamu yang mulia! Tolong… Aku mohon jangan seperti ini terhadapku.” mohon Changyi mulai memelas, dengan air mata kekalutan.

“Menangis dan memohonlah sebanyak yang kau bisa, karna hal itulah yang memang kubutuhkan saat ini.” desis Xianfeng tajam, kali ini mencoba memaksa melepaskan sehelai kain yang masih menempel menutupi tubuh Changyi.

“Salahkan ayahmu itu, atas apa yang menimpamu saat ini! Dia telah menghancurkan segalanya tanpa perasaan dan membuat kakak perempuanku satu-satunya menjadi seperti itu!” Xianfeng mempererat cengkraman salah satu tangannya yang menahan tubuh Changyi, hingga pria malang itu meringis kesakitan. “Tahukah kau sebesar apa kemarahan yang kurasakan setiap kali menyaksikan kondisi kakakku yang seperti itu?!”

Bayangan kakak perempuan Xianfeng yang baru saja telah ditemukannya, kembali terputar di dalam kepalanya. “Bahkan menyiksa tubuhmu seumur hiduppun tidak akan mampu membendung kemarahanku! Aku menunggu dalam kesengsaraan selama bertahun-tahun, untuk datangnya hari seperti ini! Menyaksikan semua musuh-musuhku menderita dalam genggaman tanganku!” seru Xianfeng membentak, merobek kain merah yang masih melekat pada tubuh Changyi dengan sekali hentakan.

Tanpa diketahui oleh Xianfeng, Changyi yang sejak tadi mencoba berontak, telah berhasil memindahkan belati emas miliknya yang berada pada jubahnya kedalam genggamannya.

Awalnya Changyi hanya bermaksud mengancam Xianfeng agar segera menjauh darinya.

Namun begitu pria itu mulai sedikit merusak pakaian terakhirnya dan membuatnya hampir setengah telanjang, tangan Changyi tiba-tiba saja seperti bergerak atas kemauannya sendiri dan menghunuskan belatinya ke arah Xianfeng.

Merobek jubah hijau yang dikenakannya dan membuat luka goresan, pada lengan kanan Xianfeng.

Tetesan cairan kental berwarna merah, mulai tampak jatuh ke lantai.

“Beraninya kau… Melukai seorang Kaisar!” bentak Xianfeng menahan luapan kemarahan, dalam keterkejutannya.

Changyi yang diselimuti kepanikan atas tindakannya sendiri, hanya mampu menggelengkan kepalanya dan menjauhi Xianfeng.

“Aku… Tidak bermaksud… melukaimu… Aku… Hanya…” tutur Changyi terbata dengan belati kecil- yang masih terarah pada Xianfeng-dalam genggaman tangannya.

Tepat saat itu, Fei zi dan Tuoli yang mendengar keributan ketika sedang berjaga di luar ruangan, menghambur memasuki ruang permandian tersebut.

Seketika kedua wajah itu langsung memucat, kala menyaksikan situasi di hadapan mereka.

“Yang mulia! Tuanku! Apa yang sebenarnya terjadi?!” pekik Fei zi ketakutan, seakan telah kehilangan separuh nyawanya. “Anda telah melukai yang mulia kaisar!” lanjutnya panik, menatap Changyi tak percaya.

Sementara Tuoli menatap Changyi dengan sikap siaga.

Changyi kembali menggeleng berulang kali. “Tidak. Tidak. Aku tidak bermaksud melukainya… Aku bersungguh-sungguh.” tangis Changyi mulai pecah. Akal sehatnya bahkan mulai tak bekerja saat ini.

“Hamba mohon yang mulia. Tolong lepaskan belati di tangan anda dan segera memohon pengampunan.” pinta Fei zi penuh harap, berlutut di hadapan Changyi.

“Tidak… Ukh… Dia… Akan… Melecehkanku… Lagi… Aku… Benar-benar… Tidak ingin…” tangis Changyi kalut, mengarahkan belati di tangannya tepat menyentuh lapisan kulit lehernya.

Darah segar milik Changyi, juga mulai tampak menghiasi belati tersebut.

“Dari mana kau mendapatkan belati itu?!” bentakan menggelegar dari Xianfeng, langsung memenuhi setiap penjuru istana Changyi.

Changyi hanya menanggapi dengan tangisan, dan terus menekankan belati di lehernya.

“Yang mulia Changyi! Apa yang anda lakukan?!” pekikan tertahan Chang dan Cong yang baru saja muncul secara tiba-tiba, menghentikan aktifitas Changyi.

“Chang… Cong… Zhaoyang…” Changyi meratap, menatap ketiga pelayan sekaligus sahabat sejak kecilnya dengan sedih.

Changyi tidak mengetahui bahwa kelengahannya saat itu memberi peluang bagi Tuoli, untuk segera bertindak dan merebut belati milik Changyi dengan tangan kosong.

Dalam sekali gerakan beladirinya, Tuoli berhasil merebut belati milik Changyi meskipun akhirnya melukai telapak tangannya sendiri.

Xianfeng segera menghambur ke arah Changyi. Mencengkeram kedua pundak pria yang lebih kecil darinya itu, dengan kasar. “Dari mana kau mendapatkan belati itu?!” tanya Xianfeng tajam, mulai mengintrogasi.

Changyi kembali hanya terisak, menahan sakit pada kedua bahunya.

Jangan pernah katakan bahwa Changyi adalah seorang pria yang cengeng.

Selama hidupnya, dalam ingatan Changyi, dirinya bahkan baru mengeluarkan air matanya sejak kemunculan Xianfeng. Kaisar kejam itu telah merubah kehidupan Changyi yang begitu dimanjakan, menjadi sangat menderita.

“Sekali lagi aku tanyakan! Dimana kau temukan belati itu?!” ulang Xianfeng, tidak lagi menahan kemurkaannya.

“Fei zi! Dari mana dia menemukan benda itu?” tanya Xianfeng beruntun, menatap pelayannya Fei zi, begitu dirinya tidak juga mendapat jawaban dari Changyi.

Tubuh Fei zi seketika gemetar ketakutan. “Lapor yang mulia… Selir Changyi… meminta Zhaoyang menemukan benda itu untuknya! Yang mulia selir Changyi mengatakan… bahwa benda-benda tersebut adalah peninggalan orang tuanya yang harus selalu berada bersamanya, yang mulia.” terang Fei zi terdengar gugup.

Mata elang Xianfeng kali ini menatap tajam pada Changyi. “Oh… Sungguh para pelayan yang harus diberi pelajaran.” desis Xianfeng dingin, membuat siapapun yang berada di dekat Xianfeng jadi bergidik dalam kengerian.

“Tidak yang mulia! Ini semua adalah kesalahanku! Tolong hukum aku saja!” sambar Changyi cepat, tidak lagi perduli pada dirinya.

“Tuoli! Bawakan pedangku kemari!” perintah Xianfeng tegas, tak memperdulikan permohonan Changyi.

Tangis Changyi berubah jadi sebuah raungan keputusasaan, begitu Tuoli dengan patuh melaksanakan perintah kaisarnya dan kembali dengan membawa pedang Xianfeng yang telah menghabisi nyawa orang-orang yang dikasihi Changyi.

“Pengawal! Seret pelayan itu ke hadapanku!” perintah Xianfeng lagi, menyuruh para pengawal yang baru saja mengekor di belakang Tuoli bersama pedang milik Xianfeng.

Beberapa saat kemudian, tubuh Zhaoyang yang dikunci oleh para pengawal, sudah berlutut di hadapan Xianfeng.

Teriakan dan tangisan Chang dan Cong juga mulai menghiasi tempat mereka.

Bayangan tubuh tak berdaya para saudara dan orang tuanya yang diperlakukan persis seperti itu juga, kembali terbayang menyeramkan dalam benak Changyi.

“Tidak!” tangis Changyi semakin terdengar memilukan. Tubuhnya merosot berlutut, memegangi kedua kaki Xianfeng. “Jangan lakukan itu yang mulia! Aku mohon padamu! Aku mohon! Hukum aku saja! Aku yang bersalah! Aku tidak akan membantahmu lagi! Aku berjanji! Aku sungguh! Berjanji! Tidak… Jangan lakukan… Aku mohon… Ukh…” teriak Changyi, dengan nafas sesenggukan.

Mata Xianfeng menyipit tajam menatap Changyi yang mendongak menatapnya. “Apa kau bersungguh-sungguh dengan ucapanmu?”

Changyi segera menganggukkan wajahnya yang terlihat basah berulang-ulang. “Aku berjanji! Aku berjanji!” meskipun bola matanya menampakkan kesedihan yang teramat sangat, kesungguhan juga terdapat di sana.

Xianfeng terdengar menghela nafas, sedikit menghilangkan kemarahan dalam hatinya. “Baiklah, aku mengampuni nyawa pelayanmu yang tak berguna ini.”

“Terima…”

“Tapi bukan berarti bahwa para pelayanmu bisa bebas dari hukuman atas kelalaian mereka!” potong Xianfeng cepat, mengibaskan jubahnya hingga terlepas dari tangan Changyi.

Seketika hati Changyi kembali mencelos.

“Pengawal! Bawa Chang, Cong dan Fei zi yang telah gagal menjaga tuan mereka! Beri pukulan sepuluh kali, untuk masing-masing dari mereka!” lanjut Xianfeng, kemudian.

“Siap laksanakan!” para pengawal berlutut, sebelum menyeret ketiga perempuan itu untuk dijatuhi hukuman.

“Lalu hukuman untukmu Zhaoyang!” suara dingin Xianfeng kembali terdengar. “Potong satu persatu semua jari dari tangan kananmu sendiri, di hadapan Selir Changyi dengan belati miliknya. Biar dia mendapat pelajaran berharga, atas perbuatan bodoh yang telah dilakukannya!” desis Xianfeng tanpa ampun, membuat Changyi tak mampu berbuat apapun lagi.

“Zhaoyang… Zhaoyang… Jangan lakukan itu… Aku mohon…” Changyi terduduk tak berdaya di tempatnya.

Rasanya ingin segera lari dari tempatnya mematung. Tapi kedua kakinya seakan lumpuh dan memakunya di sana. Hanya air mata yang mampu mempertahankannya saat ini.

“Tidak! Tidak!” jeritan pilu Changyi kembali menggema, saat salah satu jari milik Zhaoyang mulai terjatuh ke tanah.

Darah segar milik Zhaoyang bahkan mulai merembes kemana-mana!

Saat jari kedua milik Zhaoyang berhasil diputuskannya sendiri, darah segarnya terciprat ke wajah putih Changyi yang di penuhi air mata.

Darah dan air mata tampak bercampur jadi satu!

Saat jeritan penderitaan Changyi tak lagi mampu keluar dari mulutnya, pandangannya menjadi gelap. Nafasnya terasa sesak. Kesadarannya perlahan mulai menghilang digantikan oleh kabut kesengsaraan.

Semua terjadi karna dirinya! Kekeras kepalaannya dan harga dirinya yang tak lagi berguna jika dibandingkan dengan nyawa-nyawa mereka yang telah mengabdi padanya.

Semua hal lagi-lagi terasa melelahkan, hingga tubuhnya memilih beristirahat. Hari ini… Benar-benar melelahkannya.


Bab 8 (Putri Xiangyu)

Beberapa hari telah berlalu…

Semenjak kejadian mengerikan itu, Changyi mulai bertingkah seperti boneka yang hanya bergerak atas kehendak Xianfeng.

Tidur atas perintah Xianfeng, makan atas perintah Xianfeng, bertingkah atas perintah Xianfeng, bahkan hiduppun atas perintah Xianfeng. Pokoknya, perintah Xianfeng adalah mutlak adanya!

Changyi bertekad tidak akan berani lagi menentang perintah kaisar berdarah dingin itu.

Untung saja saat itu dirinya cepat tidak sadarkan diri setelah jari kedua milik Zhaoyang terputus, sehingga yang mulia kejam itu memutuskan menghentikan hukumannya dengan hanya meminta tumbal jari telunjuk dan jari tengah milik Zhaoyang saja. Jika tidak, mungkin saat ini penjaga sekaligus sahabatnya itu sudah kehilangan kelima jari kanannya saat ini.

Zhaoyang memang telah berkata berulang kali bahwa dirinya baik-baik saja, dan semua yang terjadi bukanlah kesalahan dari Changyi. Namun setiap kali melihat luka-luka yang telah ia sisakan pada para pelayannya yang setia, Changyi merasa dirinya tidak boleh mengulangi kesalahan yang sama lagi.

Xianfeng telah menyita belati pelindungnya, bahkan Fei zi yang baru beberapa waktu bertugas melayaninyapun, mendapatkan imbas dari kekeras kepalaannya saat itu.

Jadi meskipun tubuh atau jiwanya menolak atas semua perlakuan buruk Xianfeng selanjutnya, Changyi tidak akan pernah lagi berani untuk bahkan mencoba melawan perintah dan ucapan Xianfeng.

Beruntungnya akhir-akhir ini Xianfeng sedang sibuk dengan masalah negaranya, sehingga ia tidak punya banyak waktu untuk lebih menyiksa Changyi. Ia hanya datang di saat malam telah larut, memaksa Changyi berbaring di sampingnya dan memeluk tubuh gemetar Changyi yang ketakutan setiap malamnya hingga pagi menjelang. Mungkin itu sebuah hiburan baginya. Melihat musuhnya gemetar ketakutan setiap malamnya, sepertinya adalah sebuah kesenangan tertentu baginya.

***

Changyi menghela nafas lega setelah mengantarkan kepergian Xianfeng dari kediamannya saat itu.

Setelah punggung kaisar Xianfeng dan para pengikutnya itu telah menghilang dari pandangan Changyi, Changyi segera mendudukkan dirinya dengan gontai ke atas kursi yang terletak di sudut ruang utama kediamannya.

Lagi-lagi dirinya tidak bisa tidur dengan nyenyak, karna keberadaan Xianfeng di sampingnya satiap malam.

Terkadang Changyi merasa bingung sendiri. Bukankah Xianfeng punya banyak selir wanita dan seorang permaisuri yang hampir semuanya punya rupa yang indah? Apa yang ada dalam kepala Xianfeng, hingga memilih menghabiskan malam-malam melelahkannya sehabis bekerja dengan seorang pria sepertinya? Bagaimana bisa dendam di hatinya segitu besarnya, sehingga ia menyia-nyiakan waktu berharganya bersama wanita-wanitanya dan memilih menyengsarakan Changyi setiap malamnya? Bahkan berangkat ke ruang sidang kerajaannyapun, harus dari kediaman Changyi setiap paginya.

“Yang mulia! Yang mulia! Apa yang anda lamunkan?” tanya Chang-yang sejak tadi mendampingi Changyi bersama Cong-membuyarkan lamunan Changyi.

“Sejak tadi kami memanggil anda, tapi yang mulia hanya melamun saja di sana. Apa yang ada dalam fikiran anda yang mulia?” Cong menambahkan dengan raut wajah khawatir.

Changyi kembali menghela nafas berat. “Apa yang dilakukan Zhaoyang saat ini?” merasa tak ingin membahas hal yang melelahkannya, Changyi memilih mengalihkan pembicaraan.

“Lapor yang mulia… Seperti perintah anda, Zhaoyang sedang beristirahat di kamarnya saat ini.” Chang terdengar menuturkan laporannya.

“Ah… Baguslah.” Changyi tampak sedikit lega. “Lalu bagaimana dengan luka di jarinya?”

Fei zi tampak menunduk hormat. “Yang mulia selir tidak perlu khawatir, Kaisar Xianfeng sudah memerintahkan tabib istana untuk merawatnya dengan baik.”

Changyi mengernyit dalam, menatap Fei zi tak senang. “Sudah berapa kali kukatakan?! Jangan memanggilku dengan sebutan itu, ketika iblis itu tidak sedang bersama kita!”

Fei zi tersentak, kemudian jatuh berlutut di sebelah Changyi. “Maafkan hamba, yang mulia! Hamba benar-benar tidak sengaja!”

Changyi berdecak kesal. “Sudahlah. Yang penting, jangan sampai kau mengulanginya lagi. Aku sudah cukup tidak berdaya di hadapan laki-laki mengerikan itu. Setidaknya, tolong biarkan aku sedikit bernafas ketika ia tidak sedang berada di sini.” lanjutnya memperingati.

“Tapi… Yang mulia… Anda tetap tidak boleh menyebut yang mulia kaisar dengan sebutan yang tidak pantas seperti itu. Bagaimanapun, Kaisar Xianfeng adalah penguasa dari banyak negara. Menghinanya, tentu saja akan mendapatkan hukuman yang sangat berat. Banyak rakyat yang mengagungkan dan menghormatinya. Jika salah satu dari mereka mendengarkan anda, maka hal itu akan merugikan diri anda sendiri.” Fei zi malah balik memperingati.

“Fei zi benar yang mulia.” Chang menambahkan, saat Changyi baru saja akan kembali dengan protesnya. “Hamba mendengar, bahwa banyak selir lain sudah mulai menaruh matanya pada kediaman anda. Mereka yang merasa iri atas kedekatan anda dengan yang mulia kaisar, akan berusaha mencari celah untuk menemukan kesalahan anda. Bahkan… Desas-desus mengatakan… Permaisuri juga sudah memandang kemari dengan mata merahnya.” Chang merendahkan volume suaranya.

“Orang normal mana yang akan merasa iri dengan siksaan yang kuterima?!” sambar Changyi frustasi, menatap ketiga pelayannya bergantian. “Kalian tidak akan mengerti ketakutan seperti apa yang kualami setiap malamnya! ‘Kedekatan’ apanya?! Dia hanya memikirkan pembalasan dendamnya saja! Tolong beritahu pada para selir wanitanya itu!” Changyi mengomel tak karuan.

“Tolong jangan marah seperti itu, yang mulia. Apa yang bisa kami lakukan untuk membantu anda?” tanya Cong kemudian, menampakkan wajah polos murungnya.

Meskipun Chang dan Cong terlahir menjadi saudari kembar, jelas keduanya memiliki karakter yang berbeda. Chang dengan kepintaran dan kecerdasannya, sedangkan Cong punya sifat yang lemah lembut dan polos.

“Bagaimana jika aku dan Cong, memainkan permainan kecapi untuk menghibur anda?” usul Chang tiba-tiba.

Changyi tampak berfikir sejenak, namun langsung mengiyakan dengan senyum di wajahnya.

Jika berperang atau berpedang bukanlah keahliannya, maka musik adalah hal yang paling dikuasai dan disenanginya sejak kecil. Bahkan Changyi pernah memenangkan hati seorang teman, dengan permainan seruling kesayangannya.

“Hamba akan menyuruh para pengawal untuk membawakan kecapinya kemari.” Fei zi menawarkan diri dan baru saja akan bersiap beranjak ketika Changyi langsung menahannya.

“Tidak perlu Fei zi. Kau istirahat saja, aku tahu kau sudah terjaga selama hampir 24 jam. Aku mengerti tugasmu adalah mengawasiku, tapi kau juga butuh istirahat untuk kesehatan tubuhmu sendiri.” tutur Changyi tulus. “Tidurlah dan beristirahatlah, aku berjanji tidak akan melakukan sesuatu yang akan merugikan kalian lagi.”

“Baiklah yang mulia. Terimakasih atas kebaikan hati anda.” setelah terdiam sejenak, akhirnya Fei zi setuju juga.

***

Beberapa menit kemudian, suara petikan merdu dari kecapi sudah mengalun lembut dalam kediaman Changyi. Sesekali, Changyi menggabungkannya dengan suara serulingnya dan membuatnya menjadi sebuah lagu yang mengalun dengan indahnya.

Untuk beberapa lama, ketiganya sangat menikmati dengan apa yang sedang mereka lakukan. Sedikit melupakan beban di hati mereka dan teringat akan masa-masa bahagia mereka di kerajaan Changyi yang dahulu. Dulu, mereka sering bermain musik bersama untuk mengisi waktu kosong mereka.

Beberapa menit kemudian, Changyi mulai mengalunkan nada yang cukup tinggi dari serulingnya. Berniat mengakhiri lantunan mereka, dengan ujung yang luar biasa.

Setelah Changyi berhasil. Sebuah suara tepukan tangan yang heboh, langsung terdengar dari sepasang tangan milik seseorang yang tiba-tiba saja memasuki ruangan milik Changyi tanpa izin.

“Wow! Hebat! Hebat!” seru suara wanita itu, melewati ambang pintu dan berdiri tepat dua langkah dari hadapan Changyi.

Changyi yang merasa heran dengan kemunculan tiba-tiba wanita misterius itu, langsung berdiri dari tempatnya, dan mengamati wanita itu dari atas ke bawah.

Dari penampilannya, dia sepertinya bukanlah seorang pelayan ataupun orang biasa. Perempuan itu juga punya wajah indah, dengan tatapan kosong yang mengarah ke depan.

“Siapa kau?” tegur Changyi akhirnya, setelah tidak berhasil menemukan apapun dari tebakannya sendiri.

“Musiknya sangat indah! Sangat indah! Siapa kau?” yang ditanya, malah balik bertanya.

Changyi menatap bergantian kedua pelayannya penuh tanya. Keduanya hanya menggeleng bersamaan, pertanda bahwa keduanya juga tak tahu apa-apa.

“Aku… Changyi. Dan… Siapa kau?” Changyi mengulangi pertanyaannya.

“Changyi! Ah… Changyi! Kau hebat! Ayo kita berteman!” serunya kegirangan, lagi-lagi seakan tak memperdulikan pertanyaan Changyi. Ia menghampiri Changyi dengan langkah aneh.

Changyi mengernyit kebingungan dengan tingkah aneh wanita di hadapannya. Tubuhnya tampak dewasa, namun sifatnya benar-benar menyerupai seorang anak kecil. Lalu… Cara jalannya juga aneh, ia juga… Menunjukkan gaya beraba-raba angin, sebelum akhirnya berhasil meraih salah satu pergelangan tangan Changyi dengan kedua tangannya. Bahkan pandangannyapun tampak tak fokus.

“Siapa kau? Dan… Bagaimana kau bisa ada disini?!” Changyi kembali bertanya.

Wanita itu tampak tersentak. Seakan baru saja teringat sesuatu, ia mempererat pegangannya pada Changyi. “Ia benar! Orang-orang itu! Mereka… Mengejarku! Mereka mengejarku!” raut wajahnya berubah ketakutan.

“Apa yang terjadi? Siapa yang mengejarmu?” Changyi ikut merasa khawatir.

“Orang-orang jahat! Mereka mengejarku! Tolong bantu aku… Tolong… Carikan saudara laki-lakiku! Kami harus lari bersama!” wanita itu semakin terlihat panik.

Keringat dingin tiba-tiba saja seakan membanjiri sekujur tubuh Changyi. Dalam hatinya, Changyi mulai merasa perasaan buruk menggerogoti hatinya.

“Siapa… Nama… Saudaramu… itu?” tanya Changyi ragu, mulai bisa sedikit mengerti situasinya saat ini.

“Xianfeng! Tolong cepat temukan dia! Jika tidak, orang-orang jahat itu akan menemukannya.” kata wanita tersebut.

Saat itu, Changyi telah yakin bahwa wanita di hadapannya ini punya masalah dalam penglihatannya.

“Tuan putri… Xiangyu?” tanya Changyi dengan raut wajah tegang.

Wanita berumur dua tahun lebih tua dari Xianfeng tersebut, mengangguk mengiyakan pertanyaan Changyi. “Xiangyu! Aku Xiangyu! Kau Changyi! Benar?!” jawab tuan putri Xiangyu, seperti orang yang kehilangan kewarasannya. Atau… Mungkinkah… Wanita cantik ini memang telah kehilangan kewarasannya setelah apa yang telah diperbuat oleh ayah Changyi sendiri?

Bukan hanya penglihatannya?! Tapi ayah tercintanya juga telah merenggut kewarasan gadis malang di hadapannya ini?!

Changyi menjatuhkan seruling di tangannya tanpa sadar!

Dengan tubuh gemetar, ia menatap wanita bernama Xiangyu itu dengan hati yang terasa dingin dan ketakutan.

Saat ini… Ia seakan tengah berhadapan dengan dosa besar yang telah diperbuat oleh ayah tercintanya!

Apa yang harus ia lakukan? Bagaimana… Ia bisa menebus kesalahan seburuk ini?!


Bab 9 (Sisi Lain)

Setelah Changyi mendudukkan putri Xiangyu pada kursi yang terletak di kediamannya, ia segera memerintahkan Cong untuk memanggil kaisar Xianfeng dan memberitahukan keberadaan putri Xiangyu di kediamannya.

Sepertinya putri Xiangyu telah berhasil kabur dari para pelayannya lagi, seperti apa yang telah Changyi dengar sebelumnya.

Entah bagaimana cara seorang gadis buta bisa mengecoh mereka? Yang jelas, Changyi tahu bahwa saat ini pasti para pelayan putri Xiangyu sedang kelabakan dan menangis meraung-raung mencari keberadaan majikan mereka dengan keterancaman pada hidup mereka.

Bahkan Changyi mulai merasa ngeri, ketika mengingat hukuman apa yang akan dijatuhkan Xianfeng pada para pelayan putri Xiangyu yang bernasib malang tersebut.

Menjadi seorang pelayan memanglah sangat menyedihkan. Mereka akan selalu terancam dihukum atas kesalahan yang sebenarnya bukan milik mereka.

Bagaimana para pelayan itu bisa menahan putri Xiangyu yang lari dari mereka yang dianggapnya para penjahat? Para pelayan tidak akan bisa menahan putri Xiangyu yang berontak, tanpa melukainya. Sementara, mereka tentu saja sama sekali tidak berani melukai saudari kandung dari yang mulia kaisar sendiri.

Keserba salahan para pelayan itu, membuat Changyi merasa prihatin, namun tak mampu berbuat apa-apa.

Apa yang bisa ia lakukan, Agar mereka tak dijatuhi hukuman seperti para pelayan putri Xiangyu yang sebelumnya?

“Benarkah kau akan mencarikan adikku, Changyi?!” tanya putri Xiangyu, membuyarkan lamunan Changyi yang saat ini tengah duduk di kursi sebelahnya.

Sejak tadi, putri Xiangyu sama sekali tidak ingin melepaskan genggamannya pada lengan kanan Changyi.

“Kaisar Xianfeng akan segera tiba, tuan putri.” jawab Changyi gugup dan tak nyaman dengan kondisi tuan putri cantik yang menyedihkan.

Sepertinya kejadian buruk yang telah menimpa gadis malang ini telah menorehkan luka trauma yang sangat-sangat dalam, hingga membuat keadaannya jadi seperti ini. Dan jelas… Changyi sangat tahu, siapa penyebab dari kemalangan itu! “Lalu apa lagi yang anda perlukan, putri?”

“Ayo kita bermain Changyi! Bermain seruling dan kecapi! Ajari aku!” seru tuan putri Xiangyu antusias, namun bertepatan dengan selesainya ia berkata, perutnya terdengar bergemuruh kelaparan.

“Apakah putri merasa lapar? Kami bisa menyediakan makanan untuk putri.” tawar Changyi.

Putri Xiangyu menggeleng tak rela. “Tidak tidak! Aku hanya ingin diajari main seruling dan kecapi.” rengeknya.

Changyi menatap Chang kebingungan sesaat. “Bagaimana jika… Putri makan terlebih dahulu? Kami berjanji kami akan mengajari anda bermain seruling dan kecapi setelahnya!” Changyi mulai membujuk. “Chang sangat pandai memasak. Putri pasti akan menyukai makanan yang ia siapkan.”

Putri Xiangyu tampak terdiam. Berfikir.

“Kau janji akan mengajariku setelah aku makan?” tanyanya akhirnya.

Changyi mengangguk cepat. Seakan putri Xiangyu bisa melihat gerakannya. “Aku berjanji putri!”

Putri Xiangyu berdiri dari tempatnya dan melompat dengan girang! “Terima kasih Changyi! Kau adalah temanku yang baik hati!” serunya gembira, membuat Changyi hanya bisa memperhatikannya dalam diam dan perasaan yang campur aduk.

***

Seperti kata orang, jika kau kehilangan salah satu inderamu, maka indra yang lain pasti akan lebih tajam.

Itulah apa yang disaksikan oleh Changyi saat ini.

Tepat setelah putri Xiangyu menghabiskan makanannya, para pengawal mengumumkan kedatangan kaisar Xianfeng yang memasuki kediaman Changyi. Tanpa terduga, putri Xiangyu Tampak langsung bergegas menghampiri adik laki-lakinya dan memeluknya dengan benar, seolah putri Xiangyu bisa mengenali kaisar Xianfeng entah dari bau ataukah dari langkah kakinya? Padahal, saat itu Tuoli juga ikut serta mendampingi Xianfeng di sampingnya seperti biasanya.

“Kakak! Apa yang kau lakukan di sini? Kau kabur lagi dari para pelayanmu?” tanya Xianfeng cemas, menatap kakak perempuannya dengan wajah khawatir yang belum pernah disaksikan Changyi sebelumnya.

Putri Xiangyu melepas pelukannya pada Xianfeng. “Orang-orang jahat itu mengejarku! Mereka ingin menyiksa kita setelah membunuh ayahanda dan ibunda.” kali ini putri Xiangyu tampak kembali seperti orang yang kebingungan.

“Tidak kakak. Mereka adalah orang yang aku perintahkan untuk menjagamu. Kau tidak perlu takut. Aku akan menjagamu. Tidak ada yang akan berani menyakitimu lagi.” jelas Xianfeng pelan, dengan tatapan lembut yang belum pernah dilihat Changyi sebelumnya. Bahkan Changyi tidak pernah membayangkan bahwa wajah yang biasanya sekaku dan sedingin es itu, bisa menampakkan wajah berperasaan seperti itu.

‘Ahh… Inikah sisi lain dari kaisar Xianfeng yang selalu bersikap kejam padanya?’ Changyi merutuki dirinya dalam hati.

Beberapa saat kemudian, putri Xiangyu kembali tersenyum. Menggambarkan suasana hatinya yang terasa terlalu mudah berubah-ubah. “Benar. Benar! Adikku adalah orang yang kuat! Adikku berkata, bahwa dia akan menghukum semua penjahat itu! Benarkan?!” tanya putri Xiangyu dengan wajah polosnya.

Wajah Changyi yang memucat, seketika terjerat oleh tatapan mata Xianfeng yang kembali tajam seperti biasanya. “Tentu saja kakak. Para pelaku kejahatan, memang sudah seharusnya mendapatkan hukuman yang setimpal atas perbuatan mereka.” tukas Xianfeng tajam penuh arti, membuat wajah Changyi semakin memucat di tempatnya.

Untuk sesaat, suasana berhasil terasa mencekam.

“Oh iya, Xianfeng! Aku ingin memperkenalkanmu dengan temanku!” seru putri Xiangyu tiba-tiba.

“Teman?” Xianfeng menatap kakak perempuannya dengan dahi mengkerut.

“Iya, teman!” putri Xiangyu menarik lengan Xianfeng, memaksa pria itu untuk mengikutinya mendekati Changyi yang saat itu berdiri tak terlalu jauh dari mereka. “Mulai sekarang aku punya seorang teman!” ia mulai bercerita. “Dia telah membantuku menemukanmu, menyiapkan makanan yang lezat untukku, menemaniku makan dan juga dia sangat pandai bermain seruling seperti ibunda kita. Dia bersedia menjadi temanku! Changyi juga telah berjanji bahwa ia akan mengajariku bermain seruling dan kecapi selanjutnya!” terangnya panjang lebar.

Xianfeng melirik Changyi dengan tatapan yang sulit diartikan oleh pemuda itu.

“Begitukah?” komentar singkat dari Xianfeng, membuat Changyi semakin tak bisa menebak jalan fikiran dari pria berkharisma kuat itu.

Entah Xianfeng senang atau tidak? Namun setidaknya, putri Xiangyu tidaklah membencinya seperti Xianfeng. Changyi merasa bisa sedikit bernafas lega, karna tuan putri Xiangyu menjadi temannya dan berada di pihaknya saat ini.

***

“Apa yang kau lakukan di sini malam-malam begini kakak?” suara Xianfeng yang tiba-tiba saja muncul memasuki kamar kediaman selir Changyi, sontak membuat aktifitas mereka terhenti.

Sedikit merapikan pakaiannya, Changyi bangkit berdiri dan memberi hormat pada Xianfeng, di ikuti oleh putri Xiangyu dan kedua pelayannya yang kali ini ikut serta mendampingi sang putri.

“Changyi memberi hormat pada kaisar. Semoga kaisar diberi umur yang panjang dan kesejahteraan.” ujar Changyi, menghadap pada Xianfeng. Fei zi yang berada di sana, juga tampak memberi hormat.

Xianfeng menatap Changyi dengan kedua mata yang menyipit. “Apa yang sedang kalian lakukan?” tanyanya tanpa basa basi.

“Itu… Yang mulia… Kami… Sedang mengajari tuan putri bermain alat musik yang dia inginkan.” terang Changyi gugup, menatap putri Xiangyu yang saat ini juga telah berdiri di hadapan Xianfeng dengan menggenggam sebuah seruling di tangannya.

Putri Xiangyu tersenyum lebar ke arah Xianfeng. “Adikku! Apakah kau ingin mendengarkannya? Aku sudah pandai memainkan sebuah lagu! Changyi mengatakan bahwa aku adalah murid yang pandai!” katanya antusias.

“Tentu saja kakak!” setuju Xianfeng. “Tapi sebelum itu. Tidakkah kakak merasa mengantuk? Dalam beberapa hari ini, kau terus belajar di malam hari seperti ini.”

Putri Xiangyu menggeleng cepat. “Temanku Changyi mengatakan, bahwa akan baik jika aku belajar pada waktu seperti ini. Terasa lebih tenang di malam hari, dan akan cepat dimengerti.”

“Begitukah?” tanya Xianfeng, kembali menatap Changyi dengan tatapan mata tajamnya.

Detik berikutnya, sebelum Changyi yang memucat sempat menjawab pertanyaan dari Xianfeng, pergelangannya sudah terasa ditarik paksa olehnya. Tanpa diduganya, Xianfeng mendudukkan dirinya di atas kasur besar milik Changyi yang terletak tak terlalu jauh, dan mendudukkan pria pucat itu di pangkuannya.

“Apakah kau berfikir, aku tidak akan berani melakukan sesuatu padamu saat mereka berada di sini?” desis Xianfeng tajam, tepat di telinga Changyi.

Changyi yang tersentak dengan tindakan Xianfeng yang tak terduga, tampak menahan nafas dalam ketakutan untuk sesaat.

“Yang mulia! Apa yang anda lakukan?!” protes Changyi dengan ketegangan maksimal, saat salah satu tangan Xianfeng mulai memasuki celah jubahnya dan menggerayangi tubuhnya di hadapan para pelayan dan tuan putri Xiangyu.

“Aku sedang menunjukkan padamu, bahwa siasat yang kau gunakan untuk mengelabuiku sebenarnya adalah tindakan yang sangat ceroboh.” ujar Xianfeng tajam, kali ini mulai memilin salah satu tonjolan di dada Changyi.

Changyi memekik tertahan, manahan rasa malu yang teramat sangat. “Yang mulia! Tolong jangan seperti ini! Mereka…” Changyi tidak melanjutkan kalimatnya, namun malah menangis sebagai gantinya.

Bahkan ia juga merasa takut untuk berontak.

“Bukankah ini yang kau inginkan? Aku bisa melecehkahmu di hadapan mereka, jika itu yang kau inginkan!” gumamnya tajam.

“Berani sekali kau memanfaatkan keadaan kakakku, dan membuat siasat untuk mengecohku.” maki Xianfeng tajam, menarik wajah Changyi dan melumat bibirnya untuk waktu yang lama.

Changyi yang terjerat, mulai merasa sesuatu yang aneh menggerogoti tubuhnya yang entah bagaimana mulai terasa panas.

Para pelayan tampak mengambil diri, meninggalkan ruangan dengan aba-aba dari Fei zi. Meninggalkan putri Xiangyu yang tidak tau apa-apa, diantara keduanya.

“Jangan lakukan itu… Aku mohon…” pinta Changyi dengan suara serak, diantara kesadarannya.

“Changyi! Apa yang terjadi? Kenapa kau menangis?” tanya Xiangyu tampak cemas.

“Tidak kakak. ‘Selir’ Changyi tidak apa-apa. Kami hanya sedang ‘bersenang-senang’.” ujar Xianfeng, penuh penekanan, tanpa berniat melepaskan tubuh Changyi yang menggigil dalam cengkramannya.

“Aku mengizinkanmu bergaul dengan kakakku, karna aku menghormati keinginannya.” bisik Xianfeng. “Tapi bukan berarti kau boleh memanfaatkannya sesuka hatimu, untuk menghindariku.” lanjutnya cerdik, mengetahui rencana ceroboh milik Changyi.

Changyi kembali menangis, menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. “Aku… Tidak bermaksud memanfaatkan putri Xiangyu. Aku hanya…”

“Jangan lakukan hal seperti ini lagi!” potong Xianfeng cepat. “Tidakkah kau jera dengan hukuman yang aku berikan?!” lanjutnya dengan nada datar yang dingin. “Sekali lagi kau lakukan hal seperti ini, aku tidak akan segan-segan menelanjangimu di hadapan mereka. Apa kau mengerti?!”

Bukannya menjawab, Changyi malah terpaku dalam kengeriannya.

“Apa kau mengerti?!” Xianfeng kembali bertanya, dengan nada kejam yang semakin dingin.

Changyi mengangguk pasrah. “Ya, yang mulia.” jawabnya tertunduk, dengan batin yang terus meronta minta diselamatkan.

 


Bab 10 (Satu Harapan Lagi)

Belakangan, hubungan Changyi dan tuan putri Xiangyu semakin dekat. Tuan Putri polos dan cantik itu, selalu datang mengunjungi Changyi dan meminta untuk menemaninya bermain setiap kali ada kesempatan.

Waktu Changyi dan putri Xiangyu bahkan lebih sering mereka habiskan bersama.

Untung saja Xianfeng memberi kebebasan bagi Changyi, saat bersama dengan putri Xiangyu. Xianfeng sepertinya tidak pernah berniat ingin menolak permintaan dari kakak perempuannya satu-satunya itu.

Meskipun putri Xiangyu memiliki penyakit dengan fikirannya, namun ia tidak pernah sekalipun bersikap buruk pada Changyi. Malahan wanita berparas cantik itu sangat menyayangi Changyi dan menyukainya.

Pertama kali dalam hidupnya, Changyi bisa merasakan seperti memiliki seorang saudara perempuan yang begitu menjaga dan menyayanginya seperti ini.

Selama hidupnya, ia hanya mempunyai para saudara laki-laki, yang selalu sibuk berlatih pedang dan tak punya waktu untuk menemaninya bermain sewaktu kecil. Kini kedua saudaranya telah tiada, sementara sisa satu saudara lainnya yang tersisa malah terkurung di dalam penjara tanpa bisa ia temui.

Senyum putri Xiangyu yang tulus, selalu berhasil menenangkan perasaan Changyi saat ia sedang bersedih atau teringat pada kakak laki-lakinya yang adalah satu-satunya keluarganya yang tersisa. Putri Xiangyu juga selalu muncul di saat yang tepat untuk menyelamatkannya, saat Xianfeng mulai memperlakukannya secara tak adil.

Karna itulah, Changyi selalu merasa senang setiap kali putri Xiangyu datang kekediamannya. Baik itu untuk sekedar mengajarinya bermain kecapi, atau bahkan mengajak Changyi untuk menemaninya berjalan-jalan mengitari istana seperti saat ini.

Dengan riang, putri Xiangyu tampak melantunkan sebuah lagu dari bibirnya dan memimpin jalan saat itu-Seakan ia sudah hapal betul, dengan setiap seluk beluk jalan istana kerajaan Tang.

“Putri! Tidakkah kau merasa lelah? Ayo kita istirahat sejenak.” tegur Changyi mencoba menghentikan langkah lincah putri Xiangyu, yang terlalu terburu-buru.

Chang, Cong, Fei zi dan dua pelayan yang bertugas mendampingi putri Xiangyu, tampak mengangguk menyetujui usul Changyi.

Saat itu, mereka berhenti di dekat sebuah kolam yang di sekitarannya dipenuhi oleh hiasan batu gunung yang di susun dengan sangat indah dan penuh seni.

Changyi bahkan merasa tak mampu memungkiri kekagumannya, akan istana kerajaan Tang yang begitu mempesona.

Ini pertama kalinya Changyi memiliki kesempatan mengitari istana yang luas, setelah cukup lama terkungkung dalam kediamannya semenjak ia tiba dalam istana ini.

Changyi terlihat mulai memandang berkeliling, menikmati pemandangan indah di sekitarnya. Beberapa pohon dengan bunga-bunga yang indah dan berwarna cerah, juga tampak menghiasi tempat pemberhentian mereka saat itu.

Saat itu juga, beban fikiran dalam kepala Changyi, terasa sedikit menguar berkat keindahan yang terpampang di hadapan mereka.

“Di sebelah sana ada sebuah tempat peristirahatan, yang mulia. Anda bisa menikmati pemandangan, sembari duduk meminum teh dan berteduh.” Fei zi yang sepertinya juga sudah sangat lama menetap dalam istana- dan begitu mengenal tempat tersebut- mengeluarkan suara memberi saran.

“Ayo kita jalan!” seru putri Xiangyu antusias, seperti biasanya.

Changyi hanya mengangguk, dan mulai berjalan mengikuti langkah Fei zi yang kali ini memimpin dan jadi penunjuk arah.

***

Rombongan Changyi baru saja berjalan beberapa langkah dari tempat mereka, saat tiba-tiba saja rombongan yang lain tiba dan menghadang langkah mereka.

“Oh! Coba lihat! Betapa beruntungnya! Aku berpapasan dengan seorang selir, di sini.”
Sinis sebuah suara pemimpin rombongan, yang wajah cantiknya langsung dikenali oleh Changyi.

Dia adalah permaisuri dari kaisar Xianfeng yang saat itu juga ikut hadir dalam perjamuan makan, dan juga duduk di sisi sebelah kanan kaisar Xianfeng saat itu.

“Hamba memberi hormat pada permaisuri Han xian!” para pelayan sontak membungkuk memberi hormat, diikuti oleh chang dan Cong yang mengekor di belakang Changyi.

Saat mata Changyi secara tak sengaja menatap si permaisuri, ia bisa merasakan aura permusuhan yang begitu kentara darinya.

“Salam permaisuri.” Changyi ikut menyapa, kecuali putri Xiangyu.

Sepertinya putri Xiangyu tampak tak begitu memperdulikan keberadaan adik iparnya tersebut.

“Apa kabar kakak Xiang? Lama tidak bertemu! Bagaimana keadaanmu?” sapa permaisuri Han xian pada putri Xiangyu, dengan sikap sok akrabnya.

“Kau menghalangi jalan kami!” bukannya menanggapi keramahan Han xian, xiangyu malah merengut tak suka.

“Pasti kaulah orang yang telah mengajarinya agar bersikap seperti itu padaku!” tunjuk Han xian geram, langsung pada Changyi.

Changyi yang menerima tuduhan tanpa bukti seperti itu, hanya mampu menatap diam, pada sikap tak bersahabat permaisuri Han xian.

“Kau bertingkah sombong hanya karna putri Xiangyu menyukaimu! Kau bertingkah seenaknya, karna yang mulia kaisar sering mengunjungi tempat tidurmu setiap malamnya! Tapi bukan berarti kau bisa merendahkanku seperti itu!” serang permaisuri Han xian dengan nada kebencian yang lebih terpancar.

Changyi merasa, ia tidak pernah sekalipun mencari masalah dengan perempuan bergelar permaisuri ini-apalagi mencoba merendahkannya! Semua tuduhan yang ditujukan padanya, benar-benar terlalu berlebihan.

“Maaf permaisuri. Sepertinya kau salah paham.” Changyi mulai membuka mulut. “Changyi tak pernah bermaksud menyinggung perasaan permaisuri, juga tak pernah melakukan semua hal yang permaisuri tuduhkan. Tingkahku yang mana, yang telah membuat anda merasa direndahkan?” tanya Changyi berani, merasa harus membela dirinya sendiri saat itu.

Kenapa ia harus merasa takut, pada seorang perempuan bergelar ‘permaisuri’? Jika pada kematian saja dia merasa tak gentar?!

Satu-satunya yang ia takuti di dunia ini, adalah tatapan tajam milik Xianfeng, kemarahannya, balas dendamnya, hukumannya, pelecehannya, kekejamannya dan segala sesuatu yang berkaitan dengan Xianfeng.

“Kau tidak tahu kesalahan apa yang telah kau perbuat?!” permaisuri Han xian menggeram dalam kemarannya. “Seharusnya seorang selir patut menunjukkan rasa hormatnya padaku, saat ia mulai dibawa masuk ke istana ini! Sombong sekali kau, hingga tidak pernah datang kekediamanku untuk memberi hormat padaku! Ataukah kau sengaja, melakukan hal itu untuk mencoba menentangku?!”

“Lapor yang mulia! Selir Changyi hanya…”

“Aku tidak sedang bertanya padamu!” sambar Han xian cepat, memotong pembelaan Fei zi. “Berani sekali pelayan sepertimu, menjawab saat aku tidak sedang bertanya padamu!” bentaknya marah, kemudian mendorong tubuh Fei zi kebelakang dengan sekuat tenaga.

Tanpa terduga, tubuh Fei zi yang limbung ke belakang, langsung ikut menimpa putri Xiangyu hingga mereka berdua terhempas jatuh bersamaan. Jika saja Changyi tidak cepat menahan tubuh sang putri dengan sebelah lengannya, maka mungkin saat ini tubuh putri Xiangyu sudah tertumbuk dengan bebatuan tajam di bawah mereka.

Detik berikutnya, Changyi berhasil meringis kesakitan setelah selesai membantu putri Xiangyu bangkit berdiri.

“Darah! Yang mulia! Anda berdarah!” seru Cong panik, menyentuh bagian lengan jubah Changyi yang telah ternoda oleh darah Changyi.

Sepertinya bebatuan yang tajam, berhasil menggores siku kiri milik Changyi.

“Changyi terluka?! Kau mengeluarkan darah?! Changyi! Kau jangan mati! Aku mohon jangan meninggalkanku, seperti ayahanda dan ibunda!” tiba-tiba saja, putri Xiangyu bersikap histeris. Sepertinya kejadian buruk yang menimpa orang tuanya, kembali teringat olehnya.

“Tenanglah putri. Aku tidak apa-apa.” Changyi menenangkan. “Ini hanya sebuah luka kecil.”

Bukannya tenang, putri Xiangyu malah menangis di tempatnya. “Penyihir! Berani sekali kau melukai temanku! Aku akan mengadukanmu pada adikku!” bentaknya pada permaisuri Han xian.

“Aku tidak bermaksud melukainya! Salahnya sendiri, karna tidak mendidik pelayannya dengan baik! Aku hanya ingin menghukum pelayan rendahannya yang tidak tau tatakrama!” Han xian membela diri. Sama sekali tidak merasa bersalah, setelah hampir saja melukai saudari kesayangan kaisar.

Changyi memperhatikan tingkah permaisuri yang begitu keras kepala dan ingin menang sendiri. Dalam sekali lihat, Changyi sebenarnya bisa langsung mengetahui bahwa perempuan ini pasti akan melakukan apa saja untuk menyingkirkan siapapun yang berada di jalannya. Tipe perempuan yang sangat gampang diprovokasi.

Tak berapa lama kemudian, sebuah ide untuk menyelamatkan harga dirinya tanpa merugikan para pelayannya dan kakaknya, kembali melintas dalam kepala Changyi.

“Aku ingin berbicara berdua saja denganmu, permaisuri!” sambar Changyi tiba-tiba, menatap Han xian tanpa berkedip.

Han xian nampak tak rela, jika harus mengikuti permintaan Changyi yang seakan memerintahnya. Namun pada akhirnya, ia menurut juga dan meminta semua yang berada di tempat itu untuk meninggalkan mereka berdua saja.

Para pelayan Changyi-pun nampak tak rela meninggalkan keduanya, namun tetap harus menurut ketika Changyi memberi perintah dan selanjutnya juga meminta para pelayan putri Xiangyu untuk membawa majikan mereka itu kembali kekediaman sang putri untuk beristirahat.

“Apakah kau sangat membenciku, permaisuri Han xian?” tanya Changyi tanpa basa-basi, saat hanya tinggal Han xian yang berdiri dihadapannya.

“Tentu saja!” jawab Han xian cepat, sama sekali tak ada niat untuk menutupi. “Kau hanya seorang musuh yang dibawa kemari untuk diberi hukuman! Seorang pangeran yang dijadikan selir, agar bisa direndahkan. Lalu bagaimana bisa orang sepertimu mendapat begitu banyak waktu dari yang mulia kaisar?!” pernyataan Han xian menjelaskan, bahwa ia sudah tau tentang kondisi yang dialami Changyi.

“Lalu? Bisakah kau menggunakan kekuasaanmu sebagai permaisuri istana ini, untuk menjauhkan kaisar dariku?” Changyi bertanya menantang.

“Berani sekali kau bertanya seperti itu padaku?! Aku bahkan bisa merenggut nyawamu sesuka hatiku, jika aku mau! Tidak taukah kau, sudah berapa nyawa selir yang aku hancurkan karna berani menentangku?” kilah Han xian tersinggung, memasang wajah iblis cantiknya.

“Kalau begitu, lakukan itu padaku. Bisakah kau menghabisi nyawaku dengan tanganmu sendiri?! Renggut nyawaku sekarang juga!” Changyi kembali menantang.

Dalam benaknya, Changyi mulai merasa menang. Jika permaisuri Xianfeng sendiri yang menghabisi nyawanya, maka Xianfeng pasti tidak akan memiliki alasan untuk menyakiti orang yang dikasihinya.

Han xian mengernyit curiga, kearah Changyi. “Sepertinya kau begitu ingin mengakhiri hidupmu sendiri? Lalu kenapa tidak kau lakukan sendiri saja? Apa kau merasa takut?”

“Aku pasti sudah mati saat ini, jika aku bisa melakunnya sendiri.” Changyi berdecak kesal. “Aku akan memberimu waktu untuk berfikir tentang cara menghabisi nyawaku. Aku punya tubuh yang lemah sejak lahir, jadi pasti tidak akan begitu sulit untuk melakukannya. Aku akan menunggu di kediamanku. Berpengaruh atau tidaknya kekuasaanmu, akan kita buktikan saat itu juga.” Changyi mengakhiri kalimatnya, kemudian memohon pamit terlebih dahulu untuk menyusul para pelayannya yang menunggunya dengan setia sejak tadi.

Satu harapan kembali muncul dalam hatinya! Semoga saja, rencananya kali ini berjalan dengan mulus.


Bab 11 (Permohonan)

Changyi baru saja sampai di kediamannya, saat tiba-tiba saja-Xianfeng yang ternyata menunggunya sajak tadi-menghampirinya dengan tatapan yang dibanjiri dengan raut kemarahan.

Dengan hentakan keras, Xianfeng meraih salah satu lengan Changyi yang masih terbalut jubah terhias darahnya sendiri. “Apa ini?! Bagaimana kau bisa terluka?! Berani sekali kau melukai dirimu, tanpa seizinku!” serang Xianfeng geram, tak memperdulikan ringisan Changyi yang mengeluh kesakitan.

Luka Changyi yang kembali terbuka, membuat darah segar kembali merembes dari lengan Changyi.

“Apa kau begitu menyukai jika tubuhmu terluka?! Jika itu yang kau inginkan, aku bisa melakukannya dengan cara yang lebih menarik! Kau tahu?!” serang Xianfeng lagi, tidak memberi kesempatan bagi Changyi untuk berbicara.

“Salam yang mulia! Semoga yang mulia panjang umur.” ketiga pelayan wanita Changyi yang masih setia mengikuti di belakangnya, tak melupakan tatakramanya.

“Lapor yang mulia! Sepertinya anda telah salah paham! Pangeran Changyi… Maksud saya, yang mulia selir Changyi tidak sengaja terluka saat kami berjalan-jalan di taman istana bersama tuan putri.” terang Chang cepat, memberi penjelasan untuk menyelamatkan tuannya.

Xianfeng tampak menyipitkan sebelah matanya. “Benarkah itu, Fei zi?” tanyanya memastikan, bahwa dirinya tak sedang tertipu siasat pelarian dari pemuda berwajah cantik di hadapannya.

Fei zi sontak menjatuhkan kedua lututnya di lantai. “Ini semua karna kesalahan hamba, yang mulia! Hamba…”

“Aku hanya terjatuh dan tak sengaja terantuk bebatuan di kolam. Yang mulia bisa memastikannya dengan melihat pakaian Changyi.” Changyi menunjukkan jubah putih menjuntainya, yang terlihat kotor di bagian tertentu.

Changyi tak ingin pelayannya mendapatkan hukuman lagi. Entah apa yang akan dilakukan Xianfeng, jika ia tahu bahwa kakak kesayangannya hampir saja terluka tadi?

“Fei zi?” Xianfeng kembali menatap Fei zi, untuk memastikan.

Changyi menatap Fei zi memohon, agar Fei zi tidak membuka mulutnya. Setidaknya apa yang baru saja dikatakan Changyi, bukanlah sebuah kebohongan. Ia hanya, tidak menceritakan keseluruhan kejadiannya kepada Xianfeng.

Fei zi menunduk ketakutan. Sepertinya tatapan mata elang sang kaisar, tidak mau meloloskan siapapun dari rasa terintimidasi olehnya.

“Lapor yang mulia. Apa yang dikatakan selir Changyi, adalah kebenaran.” jawab Fei zi sedikit terdengar bergetar.

Changyi mebarik nafas lega. Meskipun Fei zi adalah pelayan Xianfeng yang setia, namun kini ia terasa lebih loyal kepada junjungannya Changyi.

“Ah… Begitukah?” Xianfeng tampak ragu.

“Hamba tidak berani berbohong, yang mulia!” Fei zi menegaskan.

“Lalu? Apa yang kau lakukan?” tanya Xianfeng pelan, membuat ketiga pelayan Changyi mendongak tak mengerti akan maksud sang kaisar.

“Bukannya cepat memanggil tabib, kalian malah tidak menghiraukan majikan kalian terluka seperti ini?! Apakah aku harus menjatuhkan kepala kalian ke lantai terlebih dahulu, sebelum kalian menyadari kesalahan kalian?!” geram Xianfeng tegas, membuat ketiga pelayan Changyi tercekat.

“Hamba pantas mati! Hamba pantas mati!” ulang ketiga pelayan, menjatuhkan kepala mereka memberi sujud di hadapan Xianfeng.

“Mereka tidak bersalah! Akulah yang melarang mereka memanggil tabib, karna merasa ini hanyalah luka kecil!” sela Changyi, entah mendapat keberanian dari mana untuk membela para pelayan yang selalu setia menemaninya.

“Kau tidaklah berhak memutuskan!” Xianfeng menggeram marah. “Tubuhmu itu adalah milikku, sejak kau tiba di sini! Kau terluka atau tidak, hanya aku yang bisa memutuskannya!” papar Xianfeng penuh penegasan.

Tanpa perlu menunggu perintah, Tuoli yang selalu mengerti akan keinginan sang kaisar, langsung beranjak dari sisi kaisar dan pergi untuk memanggil tabib istana.

Changyi yang kembali menyaksikan kemarahan mengerikan dari Xianfeng, jadi merasa urung akan rencananya dengan permaisuri Han xian. Ia sungguh-sungguh tak berani membayangkan konsekuensi apa yang akan diterima orang kesayangannya, jika Xianfeng sampai tau akan rencana bunuh dirinya itu?

***

Malam harinya…

Tabib baru saja selesai mengolesi obat racikannya yang mujarab pada luka Changyi, saat pria berusia lanjut dengan rambut putih itu meminta agar Changyi kembali beristirahat di tempat tidurnya.

Setelah memastikan bahwa Changyi telah meminum obat yang ia berikan, pria tua berwajah bijak itu segera memohon diri dari hadapan kaisar Xianfeng- dan Menyisakan Changyi yang berbaring di atas ranjang, Xianfeng yang berdiri di sebelah Changyi, empat pelayan Changyi dan Tuoli di sekitar.

“Maafkan Changyi yang mulia. Changyi tau aku tidaklah pantas. Tapi… Bisakah aku meminta sesuatu darimu?” Changyi mulai membuka topik pembicaraan, saat punggung tabib istana tak lagi terlihat.

Ia merasa permintaannya mungkin akan sia-sia saja, tapi setidaknya ia ingin mencoba.

“Katakanlah!” Xianfeng memberi izin.

“Bisakah Changyi memohon… Agar yang mulia mau… Meringankan sedikit hukuman Changyi?” tanya Changyi, jelas tampak takut-takut.

Xianfeng hanya mengernyit dalam. Menunggu Changyi melanjutkan kalimatnya.

Changyi bangkit, mendudukkan dirinya dan menatap Xianfeng penuh harap. “Hanya untuk tidak menyentuhku! Aku mohon padamu, yang mulia! Aku akan berhutang budi padamu! Aku berjanji akan melakukan apapun, asalkan kau berjanji tidak melecehkanku lagi! Jika yang mulia tak ingin aku mati dengan mudah. Aku bahkan rela menjadi teman, pelindung atau bahkan budak dari tuan putri Xiangyu! Atau, yang mulia bahkan bisa mengurungku di dalam penjara bersama kakakku!”

“Yang mulia, Changyi!” ke empat pelayan Changyi terdengar mencegah, dengan menyuarakan katidak relaan mereka.

“Changyi sangat mengetahui bahwa apa yang telah dilakukan oleh keluargaku adalah hal yang sangat sulit diampuni! Tapi… Aku mohon… Untuk satu kali ini saja!” Changyi tatap memelas, tidak memperdulikan ketidak setujuan para pelayannya. Tatapannya hanya penuh luka dan permohonan, saat itu.

“Baiklah!” terima Xianfeng cepat. Membuat Changyi tidak percaya akan pendengarannya sendiri.

“Aku mengabulkan permohonanmu.” ujar Xianfeng lagi, ketika Changyi malah tak bergeming akan ketidak percayaannya.

“Aku berjanji tidak akan melakukan lebih jauh dari yang pernah kulakukan padamu.” putus Xianfeng kemudian, membuat Changyi semakin terpana tak percaya. “Karna akhir-akhir ini kau bersikap baik dan penurut, maka aku mengabulkan permintaanmu. Kau adalah satu-satunya yang diakui oleh kakak perempuanku, jadi aku tidak akan memberatkanmu. Lagipula, aku bukanlah tipe orang yang menikmati hubungan tubuh dengan paksaan. Kecuali… jika kau yang memancing kemarahanku untuk melakukannya. Asal kau tau saja, aku tidak begitu pandai mrngendalikan kemarahanku. Apa kau mengerti maksudku?”

Butuh waktu beberapa detik agar Changyi bisa mencerna kata-kata Xianfeng secara detail dan benar.

Dalam hati, Changyi benar-benar tak menyangka bahwa seorang kaisar Xianfeng yang dikenalnya begitu berdarah dingin, bisa diajak kompromi seperti ini.

“Benarkah yang mulia?! Bisakah kau menjamin atas kebenaran akan kata-katamu?!” Changyi bertanya memastikan.

“Tentu. Selama kau tetap menjadi seorang selir yang penurut dan teman yang setia untuk kakakku! Aku akan menjamin keselamatanmu, selama kau tak berulah.” janji Xianfeng.

“Terimakasih yang mulia! Terimakasih! Aku tidak menyangka bahwa orang yang dingin sepertimu adalah seorang lelaki sejati yang juga sangat menyayangi kakak perempuannya! Aku yakin kita bisa berteman, jika kau tidak memiliki sifat yang menyeramkan!” tanpa sadar, Changyi menyuarakan kegembiraannya tanpa menyaring kata-kata yang keluar dari mulutnya.

“Apa kau ingin membuat aku menarik kata-kataku saat ini juga?!” hardik Xianfeng garang, membuat Changyi spontan menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

“Maafkan aku yang mulia. Aku hanya… Terlalu berterima kasih sampai lupa diri seperti itu.” untuk pertama kalinya, Changyi bisa melepaskan senyum lega di hadapan Xianfeng. Setidaknya satu beban di hatinya bisa menghilang. Ia masih bisa bertahan hidup, untuk berusaha menyelamatkan kakaknya yang saat ini masih terkurung dalam penjara istana.

Changyi berdehem, untuk kembali meminta perhatian Xianfeng. “Lalu… Yang mulia… Bisakah aku beristirahat sekarang?” tanya Changyi.

Xianfeng mengangguk. “Tentu. Silahkan.”

Changyi menunggu, namun bukannya pamit dari kamar Changyi, Xianfeng malah menghampiri kasur Changyi dan ingin membaringkan diri di sebelah Changyi.

Changyi refleks sedikit menjauhkan dirinya. “Maafkan Changyi yang mulia. Tapi… Aku benar-benar tidak bisa tidur dengan tenang jika anda… Berada di sebelah dan memelukku seperti malam-malam sebelumnya.” jelas Changyi, dengan wajah yang terasa panas dan memerah. Kata-katanya benar-benar membuatnya merasa malu saat ini. Apalagi para pelayannya sedang menyaksikan.

“Mau bagaimana lagi? Itu memang kebiasaan tidurku.” Xianfeng menjawab enteng.

“Tapi… Bukannya yang mulia juga punya permaisuri yang cantik? Aku dengar bahwa malam ini adalah tanggal khusus untuk menginap di kediaman permaisuri. Bukankah lebih baik jika…”

“Apa sekarang kau sudah berani memerintahku?” potong Xianfeng cepat, menunjukkan tanda-tanda kemurkaan pada wajah tampannya yang tegas.

Changyi menggelang cepat. Kemudian kembali membaringkan tubuhnya dengan pasrah.

“Kau tidak perlu khawatir. Aku sudah memerintahkan Tuoli untuk memberi tahu permaisuri bahwa aku menginap di kediaman selir Changyi karna kau sedang terluka dan memerlukan penjagaan.” gumam Xianfeng pelan dengan mata yang terpejam, setelah para pelayan meninggalkan mereka berdua dengan pencahayaan yang sengaja disisakan sedikit untuk keadaan tidur.

Changyi hanya menjawab dengan gumaman, namun jantungnya terus menjerit seakan minta di keluarkan. Detak jantung Changyi selalu berdetak keras setiap kali berada di sekitar Xianfeng. Tentu karna rasa takutnya pada pria tersebut. Ditambah lagi, ini pertama kalinya orang lain selain ibundanya memberikan pelukan seperti ini padanya.


Bab 12 (Sang Permaisuri)

Siang itu, Changyi sedang asyik mengajari putri Xiangyu bermain seruling ditemani oleh para pelayan mereka di taman yang terletak di kediaman selir Changyi.

Saat itu Putri Xiangyu baru saja berhasil melantunkan setengah lagu, ketika tiba-tiba saja dua pengawal dari kediaman permaisuri Han xian menginterupsi dan menghentikan kegiatan mereka.

“Semoga panjang umur putri! Semoga panjang umur selir Changyi!” kedua pria bertubuh tinggi dan tegap itu menumpu pada satu lutut, memberi hormat.

“Bangunlah.” tukas Changyi. “Siapa kalian? Dan apa perlu kalian datang kemari?” tanya Changyi, merasa tak mengenali kedua wajah di hadapannya.

“Lapor yang mulia! Kami adalah para pengawal dari kediaman permaisuri.” mereka memperkenalkan diri. “Permaisuri memerintahkan pada selir Changyi, agar segera menghadap permaisuri Han xian di kediamannya sekarang juga!” tutur salah satu pengawal, yang bertubuh sedikit tambun.

Changyi tersentak. Perjanjiannya dengan permaisuri saat itu, kembali terngiang di kepalanya.

Dalam hatinya, mulai timbul perasaan cemas jika Kaisar Xianfeng sampai tahu rencananya saat itu!

Xianfeng sudah berjanji untuk tidak lagi melecehkannya-meski pria yang bentakannya saja bisa merobohkan satu negara itu-masih tidur di tempat tidur yang sama dengannya setiap malamnya. Xianfeng juga tak pernah melanggar janji yang pernah dilontarkannya kepada Changyi.

Karna itulah! Changyi merasa harus membatalkan perjanjian itu, jika tak ingin membuat kaisar murka dan memperburuk keadaan yang sudah mulai membaik.

Ia harus menghindari permaisuri yang licik, jika tak ingin terkena masalah.

“Katakan pada permaisuri bahwa aku sedang sibuk saat ini. Aku tak bisa menemuinya.” ujar Changyi jujur, menggunakan alasan tersebut untuk mengelak.

“Maafkan atas kelancangan hamba, yang mulia. Tapi permaisuri mengharuskan anda untuk menemuinya. Meskipun jika anda tak bersedia, kami bahkan diperintahkan untuk menyeret anda jika itu diperlukan.” pengawal permaisuri yang berkulit coklat, menjelaskan.

“Berani sekali kau bersikap lancang, dihadapan putri Xiangyu dan selir dari kaisar!” Fei zi menghardik, memberi peringatan.

Kedua pengawal permaisuri kembali berlutut. “Mohon ampuni kekurang ajaran kami, yang mulia selir! Tapi kami juga tak berdaya. Kami hanya melaksanakan perintah.”

Changyi akhirnya menghela nafas keras dan berat. “Baiklah. Aku akan ikut.” putus Changyi, yang merasa tak punya pilihan lain. Toh dia juga masih bisa melawan, jika permaisuri ingin melakukan sesuatu padanya.

Meskipun dirinya adalah pemuda yang lemah dan tak tahu bela diri, namun dirinya tetaplah seorang laki-laki yang tak akan mungkin bisa dikalahkan oleh permaisuri yang seorang perempuan beretiket yang selalu diharuskan bersikap lemah-lembut. Setidaknya, pikiran polosnya masih bisa berkata begitu saat ini.

“Changyi! Kau mau kemana? Aku ingin ikut!” rengek putri Xiangyu, yang seakan baru menyadari situasi mereka.

“Tidak putri. Latihannya kita lanjutkan besok saja. Permaisuri memanggilku untuk menemuinya.” terang Changyi dengan sikap sabar, yang sama sekali tak dibuat-buat.

“Nenek sihir?! Tidak tidak. Kau tidak boleh menemuinya! Dia penyihir jahat! Permaisuri jahat!” kata Xiangyu. Entah karna alasan apa, bisa sangat tidak menyukai permaisuri?

“Ayolah putri. Kembalilah dulu kekediaman anda. Aku akan baik-baik saja. Keempat pelayanku akan menemaniku.” bujuk Changyi.

“Maafkan kami yang mulia. Tapi anda diperintahkan untuk datang seorang diri. Siapapun dilarang untuk ikut.” pengawal permaisuri menyela.

“Kalau begitu kalian tidak boleh membawa yang mulia Changyi!” Chang menyuarakan keberatannya.

“Kami diberi wewenang untuk memaksa.”

“Apa kalian berani? Bagaimanapun, Yang mulia Changyi tetaplah selir dari kaisar!” kali ini suara Cong.

“Permaisuri Han xian memiliki pangkat yang lebih tinggi. Melawan perintahnya, berarti kalian tidak mematuhi peraturan istana!” kedua pengawal permaisuri mulai bergerak menghampiri Changyi dan berniat menyeretnya, saat Zhaoyang yang sedikit tahu beladiri menangkap tangan mereka secara bersamaan.

“Tidak akan kubiarkan tangan kotor kalian menyentuh yang mulia!” Zhaoyang berteriak murka.

Tanpa diduga! Detik berikutnya, Zhaoyang langsung tersungkur di tanah. Kedua pengawal permaisuri, mendorong dan menendangnya dengan kasar.

Para wanita memekik terkejut.

“Apa yang kalian lakukan?! Hentikan!” mata Changyi membulat, akan kemarahan. “Aku sudah bilang jika aku bersedia untuk ikut! Jangan lakukan kekerasan!” perintahnya.

“Jangan yang mulia!” Fei zi meraih salah satu lengan Changyi, mencegahnya. “Anda tidak tau seburuk apa perangai permaisuri. Meskipun usianya masih sepantaran anda, tapi kekejamannya sudah sangat menyebar di istana. Dari gerak-geriknya, hamba tahu permaisuri sangat membenci anda. Dia pasti tidak akan segan melukai anda jika anda bersedia ikut.” bisiknya di belakang Changyi.

Changyi kembali menghela nafas berat. Dirinya tidak punya pilihan lain. Melawan sekarang, akan membuat mereka yang tak bersalah akan terluka.

“Tenang saja. Aku akan menjaga diri dengan baik. Tidak perlu khawatir. Bawa tuan putri kembali kekediamannya, dan tunggu aku. Aku akan segera kembali.” papar Changyi, dengan sikap tenang.

“Tapi…”

“Ini perintah! Apa kalian mengerti?!” tegas Changyi.

Diam sejenak.

“Baik yang mulia.” keempat pelayan Changyi mengangguk tak rela, hanya mampu menangisi punggung tuan mereka yang mulai menjauh.

***

“Selamat datang di kediamanku, selir Changyi!” sambut permaisuri dengan senyum culas yang begitu tak cocok di wajah cantiknya.

Changyi menghentikan langkahnya, dan mendapati dirinya tengah berada dalam ruangan gelap yang begitu suram saat ini. Memandang berkeliling, Changyi hanya mendapati sedikit pencahayaan lilin dan dinding tembok tanpa jendela.

Setelah memasuki kediaman permaisuri, Changyi dipaksa melewati lorong yang gelap. Kemudian saat dirinya berada dalam ruangan yang sangat mirip penjara tanpa jeruji besi itu, dia dipaksa untuk berlutut di hadapan permaisuri yang saat ini tengah duduk di atas kursi singgasananya di dampingi empat pelayan wanita, di sisi kanan dan kirinya.

Changyi mendongak, menatap penampilan permaisuri yang dibalut jubah yang terbuat dari sutra dengan sulaman bunga yang indah. Rambutnya yang hitam, tampak dihiasi dengan perhiasan yang terbuat dari batu permata dan giok. Sungguh penampilan anggun yang tak pantas dengan sifat bar-barnya yang tidak menggambarkan seorang wanita yang terlahir dari keluarga bangsawan.

“Aku membawamu kemari, untuk menepati perjanjian kita.” tanpa basa-basi lagi, permaisuri Han xian memulai pokok pembicaraan. “Sepertinya kau sudah cukup bersenang-senang, saat merebut malam khususku dengan yang mulia kaisar. Saat ini, adalah waktunya bagimu untuk menemui ajal yang kau tunggu-tunggu.” seringai permaisuri, tetap dalam posisi duduknya yang anggun.

“Tidak! Aku membatalkan semua kata-kataku! Tidak ada perjanjian! Aku tidak ingin dilukai olehmu! Aku ingin tetap hidup!” seru Changyi lantang, mencoba melepaskan diri dari dua pengawal pria yang menguncinya.

“Apa katamu?!” permaisuri Han xian menggeram murka. “Apa maksudnya itu?! Apa kau merasa takut? Atau… Apa kau sudah mulai terpikat oleh yang mulia dan merasa ingin tetap berada di sisinya?! Tidak tidak! Kau tidak punya hak untuk berubah fikiran saat ini! Lagipula aku memang akan melakukannya meski kau tak memintanya! Kau lihat? Aku bahkan sudah mempersiapkan segalanya!” tunjuknya pada nampan-nampan berisi berlusin-lusin jarum berukuran sedang, yang dipegang kedua pelayan di sebelah permaisuri.

“Apa yang sedang coba kau lakukan?!” Changyi bertanya tanpa rasa takut, mencoba mencari tau isi pikiran permaisuri Han xian.

Permaisuri Han xian tertawa cekikikan. “Mari kita lihat! Apakah yang mulia masih akan menggemari tubuh menjijikkanmu itu, saat dipenuhi lubang-lubang kecil?” senangnya.

Changyi menggeleng cepat. “Tidakkah permaisuri akan mendapatkan hukuman, jika yang mulia kaisar sampai tahu kau bertindak kejam seperti ini?”

“Memangnya kau fikir siapa dirimu? Ingatlah, kau hanya seorang musuh yang sedikit memperoleh keberuntungan. Mungkin yang mulia malah akan merasa berterima kasih, saat mengetahui bahwa aku telah menghabisi salah satu musuhnya!”

“Biar kuberitahu. Yang mulia kaisar telah berjanji untuk melindungiku.” Changyi mendengus, menatap permaisuri.

“Benarkah?! Melindungi musuh yang telah menghancurkan keluarganya? Jangan membuat lelucon!” Han xian tertawa mengejek. “Lagipula kau tidak perlu merasa khawatir. Aku pastikan akan membuat luka yang tak begitu nampak dan akan segera menyuruh seseorang mengembalikanmu kekediamanmu setelah kau tak berdaya. Yang mulia kaisar takkan sanggup menuduhku sebagai pelakunya, jika aku mengelak. Asal kau tahu saja? Yang mulia kaisar dan aku adalah teman sejak kecil. Kami punya hubungan yang baik, sampai ia takkan tega menghukumku meskipun sebenarnya ia tahu akulah pelakunya.”

Changyi berusaha berontak, namun usahanya jelas sia-sia karna dua pria bertubuh tegap dan terlatih menahan pergerakannya. “Lepaskan aku!” lawannya.

“Setelah ini, aku akan menghabisi para pelayan yang kau bawa dari kerajaanmu yang telah hancur. Saat kau mati, mereka tak akan lagi dibutuhkan. Bukankah begitu?” Han xian bergumam.

Sontak Changyi mendongak, menatap Han xian penuh kemarahan. “Jangan berani-berani menyentuh mereka!” teriak Changyi.

Han xian kembali tertawa, seakan ia sangat menikmati reaksi Changyi yang tiba-tiba saja berubah.

“Ah! Kudengar… Kau juga masih memiliki seorang kakak, yang masih tersisa di penjara istana?!” Han xian kembali bergumam, seakan berbicara pada dirinya sendiri.

Changyi menatap Han xian dengan tatapan ngeri. “Tidak! Kau tidak boleh melibatkan mereka! Tidak boleh! Aku akan membuatmu menyesal!”

“Kau berani mengancamku?!” Han xian berseru marah. “Pelayan! Siksa dia sekarang juga! Tusuk dibagian yang tak terlihat dan buat lubang kecil yang tak terhitung di tubuhnya!” tunjuk Han xian memberi perintah, membuat keempat pelayan wanita maju dan menghampiri Changyi.

***

Ditempat yang lain, diwaktu yang sama!

Putri Xiangyu menghambur-dengan tangis meraung-memeluk Kaisar Xianfeng, yang saat itu tengah berada dalam ruang kerjanya.

Xianfeng yang merasa bingung dengan kemunculan keempat pelayan Changyi yang juga-mengikuti putri Xiangyu-dengan air mata memenuhi wajah mereka, segera bertanya pada mereka.

“Apa yang terjadi?!” Xianfeng meminta penjelasan.

“Adikku… Tolong selamatkan Changyi… Selamatkan temanku! Penyihir itu… menculiknya!” tangis putri Xiangyu, masih di pelukan adiknya.

“Penyihir?” Xianfeng jelas tak mengerti.

“Lapor yang mulia! Permaisuri Han xian membawa yang mulia selir Changyi kekediamannya secara paksa, tanpa boleh didampingi penjagaan pelayannya.” Fei zi bersuara. “Yang mulia kaisar pasti tau betul bagaimana karakter permaisuri, dan apa yang akan terjadi pada yang mulia selir?!”

“Hamba mohon yang mulia! Tolong selamatkan tuan kami! Hanya anda yang bisa menyelamatkan tuan kami! Tuan kami memiliki tubuh yang lemah. Tak tahan pada siksaan!” Chang, Cong dan Zhaoyang bersujud berulang kali di hadapan Xianfeng.

Tanpa menunggu lama lagi, Xianfeng segera bergegas melangkah keluar menuju kediaman permaisuri Han xian. Dengan langkah besar yang tergesa, para pengawal mengikuti dan mendampingi Xianfeng di belakang.

“Beraninya kau…” geram Xianfeng pelan, bergumam pada dirinya sendiri dengan kemarahan yang meluap jelas.


Bab 13 (Tekad)

Teriakan kesakitan Changyi terdengar menggema, di setiap sisi ruangan gelap itu!

Berpuluh-puluh tusukan sudah di hujatkan pada punggungnya dengan kasar dan tanpa ampun.

Para pelayan wanita yang kira-kira berumur setengah abad itu, terus menancapkan jarum di tangan mereka ke tubuh Changyi dan mencabutnya pada detik berikutnya seperti seorang yang sedang kesetanan.

Saat itu, tubuh lemah Changyi gemetar karna rasa sakit yang tak bisa digambarkannya menjalar ke setiap inci menghantam setiap sisi tulang si tubuhnya.

Changyi merasa sakit yang teramat sangat, namun sialnya kesadarannya tetap bertahan untuk menyiksanya.

“Permaisuri Han xian! Sebenarnya keuntungan apa yang kau dapatkan jika kau berhasil membunuhku? Argh!” Changyi berontak sia-sia, disela siksaan yang di terimanya.

Permaisuri Han xian hanya tersenyum miring menanggapi, kemudian kembali memerintahkan para pelayannya melanjutkan siksaan mereka kepada Changyi.

Tubuh lemah Changyi kembali berusaha berontak dengan sisa-sisa tenaganya.

“Kau benar-benar menyedihkan! Permaisuri! Kau wanita yang memiliki posisi teratas di istana ini, di bawah yang mulia! Argh! Tapi kau masih merasa terancam! Bahkan padaku? Aku… Hanya musuh yang mulia…” nafas Changyi mulai terasa terganggu. “Tapi meskipun begitu, yang mulia kaisar… Tidak menginginkan kematianku karna sebuah alasan! Kau… Akan… Mendapatkan kerugian atas tindakanmu ini…”

Permaisuri Han xian terkekeh geli, seakan apa yang baru saja dikatakan Changyi adalah hal terlucu yang pernah didengarnya. “Apakah maksudmu… yang mulia kaisar akan menghukumku hanya karna dirimu?” Han xian kembali tertawa gelak, menghampiri tubuh terbungkus jubah berantakan Changyi, kemudian menunduk merenggut dagunya dengan kasar untuk menatap langsung ke wajahnya yang culas tanpa perasaan.

Para pelayan menyingkir, menghentikan aktivitas penyiksaan mereka sejenak dan memberi ruang pada permaisuri mereka, untuk berbicara.

“Kau tahu apa tentang hubunganku dan yang mulia?! Hah! Kau hanya pendatang baru yang merusak pemandangan di istana ini!” bentak Han xian, menghempaskan wajah Changyi hingga terdorong ke samping. “Yang mulia bahkan tidak menghukumku, saat aku meracuni selir Fangying, ibunda dari satu-satunya pangeran kecilnya! Lalu Bagaimana bisa? Kau merasa? Hanya karna dirimu?!” Han xian kembali terkekeh seperti orang gila.

Tiba-tiba saja, sebuah dengusan mengejek, keluar dari mulut Changyi.

“Apa yang kau tertawakan?” tanya Han xian kesal, melihat ekspresi merendahkan dari wajah Changyi.

Changyi menarik nafas dalam, mencoba mengumpulkan tenaganya untuk sedikit memberi perlawanan yang ia bisa. “Kau menyakiti setiap orang yang dekat dengan Kaisar, karna kau tahu… posisimu tidaklah begitu penting di hati kaisar?!” Changyi menatap tepat ke manik mata Han xian-yang penuh keterkejutan-dengan berani. Ia setidaknya bisa melawan dengan kata-kata, ketika seluruh anggota tubuhnya yang lain dibelenggu saat ini. “Aku bahkan mulai merasa curiga! Permaisuri… Apakah yang mulia benar-benar perduli padamu?” tandas Changyi telak, hampir tepat sasaran.

“Berani sekali kau berkata lancang seperti itu padaku!” bentak Han xian penuh kemarahan, dibarengi dengan tamparan keras yang didaratkannya tepat ke pipi kiri Changyi hingga darah segar mengalir dari sudut bibirnya.

“Kau tahu apa tentang hubunganku dengan yang mulia?! Aku adalah wanita pertama yang mendampingi hidupnya! Meskipun aku belum mampu melahirkan seorang pangeran mahkota untuknya! Tapi aku tetaplah permaisurinya! Akulah yang seharusnya lebih berhak berada di sisinya setiap malamnya! Bukan dirimu! Kau menggunakan sihir untuk memikat yang mulia dengan kecantikanmu meskipun kau bukanlah seorang wanita!” racau Han xian kalap, kemudian dengan penuh kebencian merenggut beberapa helay jarum dari atas nampan di tangan pelayan dan mehujatkannya tepat ke tulang punggung Changyi.

Mulut kecil Changyi, kembali melepaskan teriakan kesakitan. Namun detik berikutnya, bibir merah mudanya mengeluarkan sebuah kekehan dari sana. “Urkh… Kau wanita yang sangat menyedihkan.” ejek Changyi, entah mengapa malah terkesan memprovokasi permaisuri.

Permaisuri Han xian menunjuk Changyi, tidak lepas dari rasa penuh kebenciannya. “Pelayan! Siksa dia hingga kehilangan kesadarannya! Buat lubang di setiap bagian tubuhnya, terutama pada wajah sombongnya itu! Aku ingin lihat, apakah ia masih bisa membuat wajah meremehkan itu setelahnya?!” perintahnya penuh kekejaman, pada tubuh Changyi yang masih dalam posisi berlutut dalam kungkungan dua pengawal pria.

“Hamba taati perintah, yang mulia!” hormat para pelayannya, segera melaksanakan perintah permaisuri Han xian.

Changyi menatap siaga pada setiap langkah mendekat yang diambil para pelayan. Mempersiapkan tubuh lemahnya, untuk menerima rasa sakit yang teramat yang akan terulang.

Dalam hati Changyi bertekad untuk bertahan! Untuk menyelamatkan orang-orang dikasihinya dari menerima siksaan yang sama sepertinya, ia harus tetap hidup!

“YANG MULIA!” satu kata yang diteriakkan Changyi, saat para wanita tua itu kembali memborbardir tubuhnya dengan tikaman jarum-jarum kecil.

***

“Cari di setiap sudut istana! Temukan selir Changyi secepatnya! Jika kalian tak ingin kepala kalian lepas dari penyangganya!” teriak Xianfeng murka, memerintah puluhan pengawal yang mengikutinya sejak tadi.

Saat memasuki kediaman permaisuri Han xian, Xianfeng mulai berteriak kalap pada semua orang saat dirinya sama sekali tak menemukan sosok Changyi dan permaisuri Han xian di manapun.

Dengan aura membunuh yang ia tebarkan, Xianfeng menggenggam erat pada pegangan pedangnya. Tangannya terlihat sedikit bergetar, karna rasa marah yang coba diredamnya, sementara para pengawalnya mati-matian mempertaruhkan hidup mereka untuk mencari sosok sang Selir kerajaannya.

Tidak lama kemudian, Tuoli mendekati Xianfeng dan memberi hormat.

“Kau menemukannya?!” sergah Xianfeng cepat, menunjukkan ketidak sabarannya.

“Lapor yang mulia! Hamba menemukan sebuah jalan rahasia, tepat di belakang kediaman permaisuri!” lapor Tuoli tangkas, memberi hormat.

Xianfeng mengibaskan jubahnya dengan geram, dan segera melangkahkan kakinya menuju tempat yang baru saja disebutkan Tuoli.

***

Ditempat Changyi, penyiksaan masih berlanjut…

“Yang mulia datang!” seru Changyi lantang, mengagetkan para pelaku penyiksanya tanpa terkecuali bagi permaisuri Han xian yang refleks berdiri dari tempat singgasana penyiksaannya.

Han xian menengok panik, kearah lorong gelap yang tersambung dengan pintu masuk. Permaisuri Han xian tampak memicingkan mata, mencari sosok yang diteriakkan Changyi namun tak juga menemukannya di manapun.

Beberapa saat kemudian, Han xian baru menyadari bahwa dirinya baru saja ditipu saat ia tak menemukan siapapun di sana.

Changyi menertawakan Han xian dengan susah payah, dengan kondisi tubuh yang semakin terasa melemah. “Apa kau merasa takut, permaisuri?” kekeh Changyi, mulai merasa keringat dingin disekujur tubuhnya.

Permaisuri Han xian terbelalak marah, menatap Changyi. “Beraninya kau menipuku di situasi seperti ini! Seharusnya kau memohon pengampunan dariku! Pelayan!” seru Han xian penuh kemarahan. “Gunakan kedua tangan kalian! Aku ingin lihat. Sampai kapan kau bisa bertahan?!”

Lagi-lagi keempat pelayan menunduk menerima perintah dan kembali menancapkan jarum-jarum mereka ke tubuh tak berdaya Changyi.

Changyi menggigit bibir bawahnya, menahan teriakan kesakitannya.

Detik berikutnya, saat tangan-tangan jahat para pelayan kembali ingin melancarkan aksi mereka, sebuah teriakan yang bersahutan menggema di dalam ruangan tersebut dibarengi jatuhnya sebuah benda bulat berlumuran darah di hadapan Changyi.

Changyi mendongak pelan, dan mendapati kepala salah satu pengawal yang menahannya sejak tadi sudah terjatuh ke lantai dan terpisah dengan tubuhnya.

Changyi terbelalak syok, mendapati kematian yang sama persis seperti kematian ibu dan salah satu kakaknya.

“Tuoli! Hukum mati semua pelayan yang terlibat dalam khasus ini! Bunuh semua keluarga mereka tanpa terkecuali! Jangan biarkan satu orangpun lolos dari hukuman!” titah kaisar, yang baru saja tiba di sana dengan murka.

Semua pelayan berlutut, memohon pengampunan dan menangis. Namun Tuoli tetap harus menjalankan perintah dengan patuh.

Xianfeng menatap Han xian menyipit tajam. “Berani sekali kau menyiksanya tanpa seizinku!”

Han xian tertegun di tempatnya. Ini pertama kalinya Xianfeng menunjukkan wajah seperti itu padanya. “Yang mulia! Yang mulia jangan salah paham pada tindakan Han xian! Han xian hanya ingin membantumu menghabisi musuh-musuh yang mulia!”

Xianfeng berbalik menatap Changyi. Ia menunduk menyejajarkan tubuhnya dengan selirnya itu. “Apa yang telah dilakukannya padamu? Katakan! Bagian mana yang terasa sakit?” tanya Xianfeng beruntun, ketika mendapati wajah pucat yang menggerendeng di hadapannya.

“Yang mulia… Kau… Harus menepati.. Janjimu…” gumam Changyi tak jelas, tak berani menatap langsung ke sepasang mata tajam di hadapannya.

Xianfeng mengernyit dalam. Menghapus jejak darah di salah satu sudut bibir Changyi. Saat itu, Xianfeng sama sekali tidak berusaha menyembunyikan kecemasannya.

Detik berikutnya, ia segera mengangkat tubuh Changyi menggendongnya ala bridal style. Merasa bahwa tubuh Changyi yang nampak lemah, perlu mendapatkan pertolongan sesegera mungkin.

Sebelum meninggalkan tempatnya saat itu, Xianfeng menyempatkan berbalik menatap permaisuri Han xian yang masih terpaku di tempatnya. “Jangan harap kau bisa lolos dari masalah ini! Aku akan memutuskan hukuman apa yang pantas kau terima, setelahnya.” desis kaisar Xianfeng, kemudian segera beranjak meninggalkan Han xian yang jatuh terduduk di tempatnya.

“Yang mulia… Kau… Harus menepati janjimu… Kau… Tidak boleh menyakiti para pelayan dan kakakku… Apapun yang terjadi… Kau harus melindungi mereka.” Changyi kembali berujar, di sisa-sisa kesadarannya.

Xianfeng berdecak kesal. “Kalau begitu bertahanlah! Kau harus bertahan hidup dan bertekad untuk hidup. Dengan begitu, kau baru bisa menyelamatkan orang-orang yang kau hargai.”


Bab 14 (Kebenaran)

Xianfeng menatap tubuh Changyi yang tergeletak tak berdaya dengan mata yang tertutup, di atas ranjang luasnya.

Tabib yang memeriksa Changyi saat itu, tampak meringis dan menggelengkan kepalanya berulang dengan gusar.

“Yang mulia Changyi! Apa yang telah mereka lakukan padamu?! Kenapa ini bisa terjadi? Yang mulia!” Cong tampak menangis meraung di sebelah tubuh Changyi.

“Cong! Tenanglah! Tabib tidak akan bisa berkonsentrasi, jika kau ribut seperti ini!” Chang menarik Cong dan memperingatinya.

Cong semakin menangis tersedu. “Tapi… nasib junjungan kita begitu malang… Dia telah kehilangan hampir seluruh anggota keluarganya… Dan semenjak sampai di istana ini, yang mulia Changyi terus memperoleh banyak perlakuan tak baik dan sekarang mendapat penyiksaan! Ia terus berada dalam situasi terluka semenjak sampai di sini! Aku benar-benar tak tega melihatnya seperti ini. Istana kejam ini benar-benar tak cocok untuk kita!” papar Cong sesenggukan, dengan polosnya mencurahkan isi hatinya.

“Cong! Jaga bicaramu! Yang mulia kaisar sedang mendengarkanmu! Apa kau ingin dipisahkan dari yang mulia Changyi?!” tegur Fei zi cepat, berbisik marah kepada kebodohan rekannya yang satu itu.

Cong yang tersadar, segera menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya dan segera berbalik ketakutan ke arah Xianfeng-hanya untuk mendapati bahwa sepasang mata tajam itu kini tengah mengarah tepat ke arahnya. “Hamba pantas mati! Hamba pantas mati! Mohon ampuni hamba! Tolong jangan pisahkan saya dengan yang mulia Changyi! Hamba sudah melayani yang mulia Changyi sejak masih kanak-kanak! Hidup saya sudah saya serahkan untuk yang mulia Changyi, jadi jika anda ingin memisahkan kami! Lebih baik hamba di hukum mati saja…”

“Cong! Lebih baik kau diam saja!” kali ini Zhaoyang yang memotong ucapan Cong, memperingati.

Kadang-kadang sifat Cong memang agak ceroboh jika sudah sepanik ini. Apalagi jika itu sudah menyangkut tentang keselamatan Changyi.

Keempat pelayan Changyi, menanti reaksi Xianfeng dengan tegang.

“Bagaimana keadaan selir Changyi?” tanya Xianfeng tak sabar, kepada tabib.

Fei zi membuang nafas lega, karna Xianfeng tidak menghiraukan kelancangan mereka.

Tabib tua berambut putih itu segera menghampiri Xianfeng dan menyatukan kedua tangannya di depan dada, memberi penghormatan pada kaisarnya. “Lapor yang mulia. Kondisi selir Changyi benar-benar tidak menguntungkannya saat ini.”

Xianfeng mengerutkan dahinya dengan gusar. “Apa yang terjadi?” tanyanya.

Tabib tampak menghela nafas dan mengusap janggut putihnya yang lumayan panjang. “Lapor yang mulia! Saat ini tubuh selir Changyi dipenuhi dengan lubang-lubang kecil, bekas tusukan jarum yang tak terhitung jumlahnya! Jika tidak dilihat dengan seksama, memanglah tidak terlalu tampak dan tak mengeluarkan darah karna di tusukkan di bagian-bagian tertentu. Tapi… hamba bisa memastikan bahwa luka tersebut akan sangat-sangat menyakitkan dan menyiksa.”

Xianfeng mengepalkan kedua tangannya, menanti dengan sabar hingga tabib melanjutkan kalimatnya.

“Sebenarnya siksaan seperti ini tidaklah begitu membahayakan nyawa seseorang.” Tabib tua kembali melanjutkan. “Tapi karna tubuh selir Changyi terbilang lemah, situasinya jadi memperburuk keadaannya.”

“Saat seperti inilah kemampuanmu diperlukan! Sembuhkan dia! Apapun yang terjadi!” perintah Xianfeng, dengan nada mantap seakan menegaskan bahwa tidak ada tawar-menawar lagi. “Kau tabib terbaik di istana ini! Karna itulah, aku mempercayakan selir Changyi padamu!”

Tabib tua kembali memberi hormat. “Hamba akan berusaha sekuat tenaga, yang mulia.”

“Tidak! Tenaga saja tak akan cukup! Gunakan hidupmu! Saat ini hidupmu bergantung pada kesembuhan selir Changyi. Jika terjadi sesuatu padanya, maka aku akan memerlukan banyak nyawa untuk meredam kemarahanku. Apakah kau mengerti?” tanya Xianfeng, dengan nada berwibawah yang sekaligus menyeramkan.

Tabib tua tampak menelan ludah ketakutan. “Hamba taati perintah, yang mulia.” katanya gugup, sembari mengusap keringat dingin yang menyucur dari dahinya.

“Lalu? Bisakah kau katakan padaku apa yang bisa kau lakukan?” Xianfeng kembali bertanya.

“Hamba akan memberikan ramuan yang akan menghilangkan resiko peradangan pada tulang selir Changyi yang terkena tusukan jarum. Hanya saja…” tabib tua tampak ragu, juga ketakutan.

“Katakanlah.” Xianfeng mempersilahkan.

“Kita tidak bisa menghindari demam tinggi yang akan di derita oleh tubuh selir Changyi! Ini akibat rasa sakit yang teramat. Puncak rasa sakitnya, biasanya akan terjadi di malam hari. Hamba hanya perlu menjaga, agar tidak terjadi kejang-kejang saat itu.” tutur tabib tua menjelaskan.

“Baiklah. Lakukan tanpa kesalahan sedikitpun!” Xianfeng memberi titah. “Aku akan mengawasi saat itu. Tapi sebelum itu, aku harus pergi untuk mengurus sesuatu.” kali ini Xianfeng menatap keempat pelayan Changyi. “Jaga junjungan kalian dengan baik, sebelum aku kembali.” perintah Xianfeng, kemudian.

“Baik yang mulia!” Keempat pelayan Changyi, membungkuk berbarengan.

“Ikut aku, Tuoli!” perintah yang mulia kaisar, sembari melangkah keluar kediaman Changyi diikuti pengawal setianya Tuoli.

***

Permaisuri Han xian berlutut di hadapan kaisar dengan tangis yang pecah.

Semenjak Xianfeng dengan teganya menghukum mati para pelayannya yang setia tanpa ampun, perasaan permaisuri Han xian menjadi gelisah tak menentu.

Kini penampilannya menjadi kacau. Han xian benar-benar tak percaya Xianfeng akan dengan teganya memisahkan dirinya dengan orang-orang kepercayaannya. Dan bahkan kini… Nasibnyapun mulai dipertanyakan hanya karna seorang selir pria yang jelas-jelas adalah pangeran dari kerajaan musuh yang telah menghabisi nyawa kedua orang tua Xianfeng.

“Kau fikir aku tidak akan sanggup mencabut gelar permaisurimu dan mengasingkanmu?!” bentakan Xianfeng terdengar menggema di setiap sudut kediaman permaisuri Han xian. “Selama ini aku membiarkanmu karna aku masih menghargaimu. Aku membiarkan kelakuan burukmu karna mengingat hubungan kerajaan ini dan kerajaan ayahandamu, tapi itu bukan berarti aku takut menimbulkan peperangan! Aku tidak akan segan-segan menjatuhi hukuman mati padamu, jika sampai terjadi sesuatu pada selir Changyi!”

“Tidakkah ini terlalu berlebihan untuk seorang tahanan perang, yang mulia?!” Han xian menangis frustasi, masih dalam posisi berlutut. “Apa istimewanya dia jika dibandingkan denganku, yang mulia? Yang mulia! Yang mulia harus segera sadar! Sihir apa yang telah digunakan pria licik itu untuk membuat yang mulia seperti ini?!” mohon Han xian, memenuhi pelipisnya dengan air mata.

Xianfeng mendengus mengejek. “Setidaknya seorang musuh masih lebih berperilaku mulia dari pada dirimu!” ungkapnya sarkastis.

Han xian tercekat, mendengar nada Xianfeng yang begitu penuh penekanan yang berarti sesuatu.

“Berdoalah untuk kesembuhan selir Changyi!” Xianfeng kembali berkata. “Karna posisimu kali ini akan ditentukan olehnya! Hukuman dua puluh cambukan yang telah kau terima, tidak akan memuaskanku lagi jika sampai terjadi sesuatu pada nyawa selir Changyi. Posisimu tidak akan dipertanyakan lagi saat itu!” kali ini Xianfeng menatap Han xian penuh ketegasan. “Ini bukanlah sebuah ancaman! Sadarlah bahwa aku memberi peringatan agar kau jangan sampai mengulang perbuatan ini lagi, meskipun hanya sebuah niat yang melintas di kepalamu! Apakah kau mengerti maksudku, permaisuri Han xian?!” Xianfeng bertanya tajam.

Han xian terdiam sejenak. Mencoba mencerna setiap kata yang dituturkan Xianfeng yang ditujukan padanya. Ia benar-benar tak percaya jika saat seperti ini akan menimpanya. Namun yang bisa ia lakukan hanya mengangguk mengiyakan dengan patuh. Sepertinya ia benar-benar harus berdoa untuk kesembuhan selir Changyi, yang saat ini semakin dibencinya.

***

Malam hari! Di kediaman selir Changyi!

Para pelayan dan tabib sibuk mondar mandir di dalam kamar tidur Changyi. Padahal waktu sudah menunjukkan tengah malam, tapi tidak satupun dari mereka yang berniat beristirahat saat itu.

“Apakah kondisinya sudah membaik?” Xianfeng bertanya tak sabar pada tabib tua yang masih sibuk menyuruh para pelayan meracik beberapa ramuan obat.

Tabib tua tampak menggeleng cemas. “Hamba yakin bisa mencegah kejang-kejang yang akan terjadi jika selir Changyi mau meminum ramuan obat ini.” tabib menunjukkan cairan berwarna kecoklatan dalam mangkuk di tangannya. “Tapi selir Changyi terus saja memuntahkannya dan menolak untuk menelannya.”

Xianfeng berdecak dengan kesal, kemudian dengan sigap merebut ramuan dari tangan tabib dan segera memindahkan cairan tersebut ke dalam mulutnya.

Dengan gerakan cepat, Xianfeng mendudukkan dirinya tepat di sebelah Changyi dan segera menyatukan bibirnya dengan mulut Changyi, memindahkan cairan di mulutnya kedalam mulut Changyi dan memaksa Changyi menelan ramuan tersebut dengan caranya sendiri.

Tabib tua tampak tertegun dengan tindakan tak terduga Xianfeng.

“Sekarang bagaimana? Apa dia akan segera sembuh?” tanya Xianfeng kemudian, menyadarkan lamunan tabib tua.

“Ah… Hamba kira… Sebentar lagi… selir Changyi akan segera sadar, yang mulia.” ujar tabib, terdengar gugup.

Xianfeng bisa bernafas lega kali ini. Saat ini, ia tidak ingin berusaha mempertanyakan perasaan aneh yang menggerogotinya. Yang ia lakukan, hanya menuruti keinginan pada dirinya tanpa perlu sibuk mengetahui nama dari pemicu tindakannya saat ini.

***

Setelah mengigau agak lama, akhirnya Changyi berhasil membuka kedua matanya.

Meskipun lambat, tapi akhirnya Changyi bisa mengumpulkan kesadarannya dan segera mendapati kaisar yang berdiri di sebelahnya menungguinya.

“Yang mulia… Dimana… Mereka?” tanya Changyi, masih tampak kepayahan.

Xianfeng tampak mendelik tak senang. “Kau tenang saja. Aku selalu memegang janjiku. Para pelayanmu masih baik-baik saja tanpa kehilangan sehelai rambutpun, termasuk kakakmu. Aku baru berencana menghabisi mereka, setelah kau memutuskan menyerah pada hidupmu.”

Changyi melepaskan nafas lega, mendengar penuturan Xianfeng.

“Tapi bukan berarti aku melepaskan kelalaian mereka, yang telah membuatmu menjadi seperti ini.” Xianfeng kembali berucap.

Entah mendapatkan kekuatan dari mana, Changyi segera terduduk dan meraih sebelah lengan Xianfeng memohon. “Tidak yang mulia! Mereka tidak bersalah! Akulah yang bersalah karna tidak mampu melawan perintah permaisuri Han xian!” seru Changyi panik, dengan nafas terengah.

“Kau fikir aku tidak tau bahwa ini semua adalah kesalahanmu? Aku mengetahui bahwa kau telah membuat siasat dengan permaisuri Han xian. Tapi aku malah berbaik hati dan memberi kesempatan padamu dengan membuat kesepakatan waktu itu. Aku menawarkan kebebasan padamu, tapi kau malah membalasku dengan cara seperti ini?” Xianfeng menyipit tajam.

Changyi menggeleng cepat, dalam keterkejutannya. “Itu tidak benar yang mulia! Awalnya… Hanya awalnya! Aku membuat kesepakatan dengan permaisuri Han xian sebelum yang mulia mengabulkan permintaanku saat itu! Tapi Changyi bersungguh-sungguh! Aku berusaha mempertahankan hidupku di hadapan permaisuri Han xian! Tapi… Changyi tak mampu berbuat lebih dari ini!” Changyi mulai menangis di hadapan Xianfeng.

Xianfeng menghela nafas pelan. “Baiklah! Aku mempercaimu dan menghargai kerja kerasmu. Aku akan mengampunimu, jika kau bisa memulihkan tubuhmu dengan cepat.” katanya.

Changyi kembali membuang nafas lega. Tapi Changyi benar-benar tak bisa menghilangkan keheranannya. ‘Kenapa yang mulia kaisar begitu baik padanya akhir-akhir ini? Padahal sebelumnya, sikapnya begitu kejam padanya.’ batin Changyi.

“Karna kau telah menyelamatkan kakak perempuanku sekali, hingga membuatmu terluka. Maka aku membalas kebaikanmu. Aku tidak suka berhutang budi pada seseorang!” ujar Xianfeng.

Changyi tercekat! Ternyata tadi dirinya telah tanpa sadar menyuarakan isi hatinya.

“Tapi… Bagaimana yang mulia kaisar bisa tau? Apakah Fei zi yang telah mengadu?” Changyi tidak bisa menyembunyikan keheranannya.

“Tepat setelah permaisuri Han xian hampir mencelakai kakakku dan kau menyelamatkannya kemudian menyuruhnya untuk pulang ke kediamannya, Xiangyu sebenarnya langsung pergi ketempatku untuk mengadukan perbuatan Han xian. Saat itu, aku segera menuju kediamanmu dan mendapati kau menutupi kejadian sebenarnya. Karna itulah, aku memanggil Fei zi tanpa sepengetahuanmu dan meminta penjelasan lengkap darinya. Dari sana aku tau ada sesuatu yang kau rencanakan dengan permaisuri Han xian. Karna itulah, aku langsung menyetujui membuat kesepakatan denganmu saat itu untuk mencegahmu melakukan sesuatu hal yang akan merugikan dirimu sendiri.” terang Xianfeng panjang lebar.

“Aku benar-benar telah berusaha untuk memberitahu permaisuri bahwa aku membatalkan perjanjian kami.” ujar Changyi lemah, meringis menahan rasa sakit yang sesekali masih menjalari tubuhnya.

“Sudahlah! Lebih baik kau fokus saja pada kesembuhanmu! Karna hanya hal itulah yang perlu kau perbuat saat ini!” Xianfeng meringis sesaat. “Aku benar-benar akan lelah mendengar rengekan Xiangyu, jika sampai kau tidak cepat pulih dan kembali menemaninya.”

Xianfeng mendorong pelan tubuh Changyi untuk kembali merebah. Menyelimuti tubuhnya dengan peduli dan tidak ada tatapan mengancam seperti biasanya.

Dalam hati, Changyi mulai merasakan perasaan hangat menenangkan yang menjalar dalam dirinya. Kepedulian Xianfeng begitu mempengaruhinya saat ini. Meskipun Xianfeng melakukannya hanya untuk kepentingan kakak yang ia sayangi, namun tetap saja Changyi merasa begitu terharu. Bahkan saat Xianfeng muncul tiba-tiba dan menyelamatkannya dalam ruang gelap milik permaisuri, Changyi berhasil merasakan sedikit getaran dalam hatinya-dalam gendongan Xianfeng saat itu.

Changyi tak mengerti perasaan apakah yang ia rasakan saat itu. Yang jelas, kali ini ia telah berhasil melihat sisi lain Xianfeng yang ditujukan untuknya. Ini adalah sebuah pertanda yang baik.


Bab 15 (Hubungan)

Changyi menatap kesal pemilik wajah tampan yang berbaring tenang disampingnya pagi itu!

Dengan gerakan gusar, Changyi mencoba menyingkirkan tangan kokoh yang membelenggunya untuk terus terbaring di atas ranjangnya dalam pelukan pria itu.

Kali ini, kondisi tubuh Changyi sudah kembali membaik. Semuanya berkat tabib-tabib hebat yang didatangkan yang mulia kaisar setiap harinya.

Kadang Changyi merasa benar-benar bingung! Kenapa Kaisar Xianfeng begitu tidak menginginkan kematiannya? Bukankah lebih baik jika ia kehilangan satu musuh yang membuatnya menderita?

Pada awalnya Xianfeng mengatakan bahwa ia membiarkan Changyi hidup hanya dengan tujuan untuk menyiksanya. Tapi setelah difikirkan dan di ingat dengan seksama, sebenarnya Xianfeng tidak pernah benar-benar ingin menyakitinya kecuali jika itu memang karna perbuatan Changyi sendiri.

Bahkan, tidak jarang Changyi merasa hatinya mulai tergetar dengan kebaikan tak kasat mata yang kadang di tujukan Xianfeng padanya. Meskipun sikap dan kata-kata Xianfeng masih sebeku musim salju dan setajam belati, tapi Changyi mulai merasa bahwa hubungan mereka tidaklah sesuram awal pertemuan mereka.

Belakangan Xianfeng bahkan mengeluarkan larangan bagi siapapun-untuk menemui selir Changyi kecuali atas seizinnya-tanpa terkecuali dan juga menambahkan beberapa pengawal pribadi di kediaman selir Changyi. Bukankah hal tersebut terkesan untuk melindungi Changyi?

Hal itu membuktikan bahwa Xianfeng sebenarnya bukanlah seorang pria yang benar-benar kejam, meskipun terkadang kemarahannya sendiri sangat sulit untuk dibendungnya.

“Bukankah kau sudah berjanji untuk tidak menyentuhku? Kenapa kau masih melakukan ini padaku?” Changyi menggerutu pelan, pada tubuh Xianfeng yang dianggapnya masih tertidur pulas disebelahnya.

Tanpa terduga! Sepasang mata tajam itu terbuka tiba-tiba! Changyi yang sama sekali tak menyangka hal tersebut, bahkan hampir saja melompat turun dari ranjang pribadinya jika saja dua bola mata hitam pekat itu tak memenjaranya dalam keterpakuan.

“A… Anda… Sudah bangun… Yang mulia?” gugup Changyi, mengembalikan nada sopan di hadapan Xianfeng.

“Aku tidak pernah mengatakannya.” gumam Xianfeng kalem, membuat Changyi mengerjap tak mengerti.

“Aku tidak pernah mengatakan bahwa aku tidak akan menyentuhmu.” lanjut Xianfeng datar, sama sekali belum berniat beranjak dari posisi berbaringnya di sebelah Changyi. “Jika ingatanmu bisa cukup baik, maka kau akan mengingat bahwa aku hanya berjanji untuk tidak melakukan hal yang lebih dari apa yang pernah kulakukan! Itupun jika kau berhasil menjadi seorang selir yang penurut. Maksudku adalah, aku tidak akan menyentuh lubang pribadimu selama kau tak membuatku marah. Apakah kau mengerti maksudku?” Xianfeng kembali bertanya tajam.

Mendengar penuturan Xianfeng, Changyi refleks terduduk dalam ketercekatan. “Yang mulia?! Tidakkah anda merasa kata-kata yang mulia terlalu…”

“Aku bahkan bisa langsung mempraktekkannya sekarang juga, jika kau terus membuatku kesal dengan mengeluh seperti itu!” potong Xianfeng cepat, membuat Changyi sontak menelan ludah ketakutan dan segera memutuskan untuk menutup mulutnya rapat-rapat.

‘Sisi Xianfeng yang satu ini, benar-benar menakutkan!’ keluh Changyi dalam hati.

“Tuoli!” panggil Xianfeng kemudian, dibarengi dengan kemunculan pengawal pribadinya itu satu detik berikutnya dari balik pintu.

“Tuoli menghadap yang mulia! Semoga yang mulia panjang umur!” salam tangan kanan sang kaisar-yang tak pernah jauh dari keberadaan Xianfeng-memberi hormat di hadapan kaisarnya.

“Suruh para pelayan untuk menyiapkan kolam mandi untukku dan selir Changyi. Berendam di cuaca seperti ini sepertinya adalah ide yang cukup bagus.” perintah Xianfeng cakap, tanpa meminta persetujuan orang di sebelahnya.

“Baik yang mulia!” seru Tuoli…

“Tapi yang mulia!” …dan Changyi bersamaan.

“Bukankah kau pernah berjanji akan melakukan apapun untukku? Kali ini aku hanya memintamu untuk berendam bersamaku.” kata Xianfeng.

“Tapi… Yang mulia…” Changyi benar-benar tak mendapatkan alasan untuk mengelak dari sang kaisar kali ini.

Bahkan Tuoli sudah beranjak untuk melaksanakan perintah Xianfeng.

‘Tuoli! Kau sungguh terlalu sigap!’ lagi-lagi Changyi hanya mampu mengeluh dalam hati.

***

“Yang mulia… Tidakkah anda merasa waspada terhadap Changyi? Biar bagaimanapun, Changyi adalah keluarga dari musuh yang mulia. Tapi anda malah dengan tenangnya menempatkanku untuk mandi bersama yang mulia dan tidur dengan pulas di malam hari di sebelah yang mulia. Tidakkah yang mulia takut?Bahwa bisa saja aku akan membalaskan dendam saat yang mulia tertidur? Aku mendapat banyak kesempatan untuk menusuk yang mulia saat anda sedang tertidur.” Changyi mulai menyuarakan kekesalannya, saat dirinya dan Xianfeng telah ditinggalkan berdua di dalam kolam mandi yang luas. Sedikitnya, Changyi hanya ingin memperingati Xianfeng agar jangan terlalu dekat dengannya.

Bagi Changyi, hal ini terlalu aneh. Menghabiskan waktu berlama-lama dengan kaisar yang tampan, benar-benar tak baik untuk kesehatannya. Melihat senyumnya yang sangat jarang dan kebaikan tersembunyinya, mungkin saja bisa membuat Changyi melupakan jati dirinya sendiri selanjutnya.

“Aku merasa ragu, jika kau benar-benar bisa melakukannya.” balas Xianfeng tenang, dengan mata terpejam dan kepala yang bersandar pada ujung kolam yang luas.

Saat itu, posisi mereka masing-masing berada di ujung yang berlawanan, karna Changyi memilih untuk tidak berdekatan dengan sang kaisar yang berbahaya. Setidaknya Changyi memerlukan sedikit tameng jarak, untuk menghindari kaisar pemarah yang selalu bersikap mesum padanya.

Changyi menatap semakin kesal pada Xianfeng. “Yang mulia… Jujur saja Aku memang merasa takut padamu. Tapi bukan berarti bahwa Changyi adalah pria yang lemah. Yang mulia terus memperlakukan Changyi seenaknya. Bisa saja Changyi merasa kesal, dan menghabisi nyawa yang mulia saat sedang lengah seperti itu.” Changyi memperingati.

Xianfeng membuka matanya, menyipit dalam dan mulai menghampiri Changyi.

Jangan tanya apa yang dilakukan oleh Changyi. Tentu saja ia mengambil jalan mengitari sisi kolam yang melingkar, untuk tetap mencapai jarak dengan Xianfeng.

“Diam di sana, jika kau tak ingin menyesali tindakanmu barusan.” ancam Xianfeng tajam, membuat tubuh Changyi sontak terpaku di tempatnya berdiri. Terpaksa membiarkan Xianfeng, memperpendek jarak di antara mereka.

Detik berikutnya, sudah pasti Changyi akan menyesali kecerobohan mulutnya yang tak mau berhenti untuk menentang singa yang sebenarnya sedang tertidur.

“Kau berkata, kau bisa membunuhku?” tanya Xianfeng tajam, mulai meraih beberapa helai rambut hitam Changyi yang terurai dan membelainya. “Bahkan kau tak berani menyentuh sehelai rambutku. Bagaimana bisa… Kau? Mengancam untuk membunuhku?” Xianfeng terkekeh prihatin, kali ini beralih membelai punggung Changyi yang masih terpaku di tempatnya. “Kau pernah membuatku meneteskan beberapa tetas darah. Tapi saat itu kau hampir mati ketakutan. Bagaimana bisa? Kau mengancam untuk membunuhku?! Belajarlah menyentuhku terlebih dahulu sebelum kau ingin menghabisiku! Bahkan anak kecil saja akan diajari berjalan terlebih dahulu sebelum mulai berlari.” lanjut Xianfeng, menarik salah satu lengan Changyi dan meletakkannya di dadanya yang tidak tertutup sehelai kainpun.

Changyi sontak tercekat dengan pelecehan Xianfeng padanya, dan menarik lengannya dengan cepat. “Yang mulia! Apakah yang mulia harus menyentuh musuh-musuh yang mulia terlebih dahulu sebelum membunuh mereka dalam peperangan?!” Changyi berteriak kesal. Entah menyembunyikan kemana ketakutan yang biasa dipeliharanya untuk Xianfeng?

Xianfeng tampak berfikir sejenak. “Ah kau benar.” Xianfeng tampak terkekeh kemudian.

Deg! ‘Lagi-lagi senyum itu! Berhasil membuat jantung Changyi terpacu.’

“Kalau begitu aku akan menantikannya! Saat dimana kau sanggup untuk mengendap-ngendap ketika aku sedang lengah. Aku akan menantikan saat kau bisa membuktikan kata-katamu itu padaku.” kata Xianfeng, kembali dengan nada meremehkan.

***

Malam harinya!

Changyi membuka mata dengan licik setelah merasa bahwa Xianfeng telah tertidur dengan pulas di sampingnya.

Dengan gerakan mengendap-endap, Changyi menghampiri lemari kayu berukir yang terletak di sudut ruangan. Mencoba mengambil perlengkapan yang ia perlukan untuk membuktikan kata-katanya pagi tadi pada Xianfeng.

***

“Apa yang kau lakukan?” tegur Xianfeng tiba-tiba saja terbangun dan membuat Changyi tersentak kemudian kembali menyimpan kuas dan tinta ke dalam lemari dengan terburu-buru.

Dengan gerakan cepat, Changyi segera menutup pintu lemarinya dan memberikan senyum canggung pada Xianfeng. “Aku… Tidak sedang melakukan apapun.” jawab Changyi gugup, dengan tubuh bergetar hebat menahan tawa.

Xianfeng menyipit dalam dengan curiga. “Apa yang kau sembunyikan?” tanya Xianfeng, menghampiri tempat Changyi berdiri. Ia merasa ada sesuatu yang tak beres di sini.

Dengan satu isyarat tangan, Xianfeng akhirnya berhasil membuat Changyi menyingkir dari pintu lemari yang coba di tutupinya.

Xianfeng membuka pintu lemari tersebut dan melepaskan decakan kesal dari mulutnya, saat tak menemukan sesuatu yang mencurigakan di sana.

“Kembalilah tidur!” perintah Xianfeng sangar, berbalik terlebih dahulu menghampiri tempat tidur mereka. Tak dilihatnya ekspresi wajah Changyi yang hampir saja pingsan karna berusaha menahan tawanya.

***

Pagi harinya!

Xianfeng terbangun dan tidak mendapati tubuh Changyi di sebelahnya.

Dengan panik, Xianfeng memanggil Tuoli yang pastinya sedang berjaga di luar kamar tidurnya saat ini.

“Semoga yang mulia… ” Tuoli tiba-tiba saja menghentikan salamnya, sesaat setelah ia mengangkat wajahnya dan menatap wajah kaisarnya.

“Dimana selir Changyi?” tanya Xianfeng tak sabar, menuntut jawaban sesegera mungkin dari Tuoli.

“Lapor yang mulia! Selir Changyi mengatakan bahwa yang mulia memerintahkannya untuk mengunjungi kediaman tuan putri Xiangyu pagi-pagi sekali bersama Chang dan Cong. Jadi hamba hanya membiarkannya, dan menyuruh dua pengawal berilmu silat tinggi untuk mengawalnya ke sana.” jawab Tuoli patuh, masih mempertahankan wajah datarnya yang biasa tanpa ekspresi.

Sampai Fei zi yang baru saja tiba, menjatuhkan wadah emas berisi air yang dibawanya untuk mencuci wajah sang kaisar.

“Yang mulia! Apa… Yang terjadi… Pada wajah yang mulia?!” seru Fei zi ketakutan, membuat Xianfeng segera tersadar dan tanpa menunggu lagi segera menghampiri cermin besar yang terletak di sudut ruangan.

Xianfeng menggeram marah dan mengeluarkan seluruh sumpah serapah, saat mendapati bahwa di sekitar dua matanya sudah di penuhi dengan coretan tinta hitam yang membulat sempurna.

Saat berbalik ke arah meja, Xianfeng mendapati selembar kertas dengan beberapa tulisan di atasnya.

Xianfeng segera memunguti dan membacanya.

‘Selamat pagi yang mulia kaisar… Kaisar Panda! Haha… Changyi baru saja membuktikan bahwa aku bisa melakukan apa saja pada yang mulia, saat anda sedang lengah!’

Xianfeng kembali menggeram marah, setelah berhasil membaca pesan singkat dari Changyi.

Sementara Changyi tak mampu lagi menahan tawa menggelegarnya di hadapan putri Xiangyu, saat kembali mengingat wajah dingin Xianfeng yang berhasil dilukis indah olehnya. Changyi terus tertawa tanpa henti, hingga Xiangyu yang keherananpun ikut tertawa menyaksikan tingkahnya meskipun gadis polos itu tak tahu apapun.

Recommended Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!