Chapter 1

“Kamu bocah keparat, jangan berlari.” An He tidak peduli dengan apa yang orang gemuk itu katakan. Dia memegang dua roti panggang dipelukannya dan terus berlari.

Melihat bahwa anak laki-laki itu tidak mendengarkan, pelayan toko itu kembali berteriak. “Kamu terus berlari, maka Laozi ini akan menangkapmu, memotong seluruh tubuhmu dan memberikannya pada anjing.”

An He kehabisan tenaga, perutnya tiba-tiba sakit parah. Ada banyak orang namun tidak ada yang terlalu memperdulikannya. Lelaki kurus itu melirik ke jalanan yang sepi, dia melihat ke samping kanan dan menemukan bahwa pelayan toko itu berlari dengan pisau bermata besar ditangannya.

An He jelas ketakutan. Tanpa berpikir lagi. Dia segera berjari ke jalan raya dan ditengah perjalanan. Sebuah mobil langsung menabrak tubuhnya. Beberapa orang yang melihat kejadian itu tidak menahan diri untuk berteriak.

Tubuh An He melayang diudara beberapa detik sebelum tubuhnya terhempas diaspal. Pandangan An He dipenuhi dengan warna merah. Hanya sedikit dia bisa melihat bahwa beberapa orang mendekatinya.

Tubuhnya sakit seperti hancur, bahkan ketika dia ingin menggerakkan tangannya dan dia tidak bisa melakukannya. Pandangan An He mulai buram dan semuanya berubah menjadi gelap.

Pengemudi itu langsung keluar dan melihat bahwa dia sudah menabrak seseorang. Ketika dia melihat An He, dia segera memeriksa detak nadi ditangan anak kurus ini. Sebelum orang-orang memanggil ambulan.

An He sudah meninggal.

______

Seorang pemuda baru saja turun. Dia menatap kearah pelayannya yang sedang memeriksa bocah kurus yang memegang dua roti bakar dipelukannya. Dia memiliki banyak darah bahkan hampir setengah wajahnya ditutupi oleh darah merah.

Dia menyipitkan matanya dan melirik ke pelayannya. “Apa yang kamu lakukan?”

“Tuan Muda, orang ini sudah meninggal. Sebaiknya kita memberinya kompensasi dan menguburkan mayatnya.”

Dia adalah Tuan Muda dari keluarga Juan. Siapa yang tidak mengenalinya, keluarga terpandang yang pernah ada. Juan He menatap kearah mayat yang tergeletak, seluruh tubuhnya hampir memiliki darah.

Namun ketika dia melihat penampilan An He, dia tidak bisa menahan diri untuk merasa jijik. Dia berkata dengan sombong. “Dia hanya tikus jalanan yang mencuri. Lagipula dia mati karena karmanya. Cepat kembali!”

Pelayan itu menatap tajam kearah Tuan Muda-nya yang sombong. Dia tidak bisa menahan diri. Dia memberikan panggilan pada seseorang untuk mengawasi mayat orang yang ditabraknya.

Semua orang yang melihat adegan itu, mereka saling berpandangan dan tidak bisa diam untuk mengutuk Tuan Muda Juan. Mereka mengatakan bahwa semoga dia yang meninggal. Mayat An He dibawa oleh orang-orang berpakaian hitam.

Salah satu dari mereka bertanya tentang kejadiannya dan banyak yang mengatakan bahwa dia dikejar oleh pemilik toko. Beberapa membela An He dan beberapa menyalahkannya karena mencuri. Orang-orang berpakaian hitam itu tahu bahwa mayat laki-laki ini bernama An He.

Segera dia membawanya ke tempat lain dan mempersiapkan pemakamannya.

Pelayan itu melirik kearah Tuan Muda-nya. Dia bahkan tidak pernah berpikir bahwa orang ini sangat sombong. Juan He merasa bahwa dia terus diperhatikan. Dia memang wajah dingin.

“Apa yang kamu lihat?”

Pria itu memberikan sedikit senyuman. “Tuan Muda He, tidakkah kamu berpikir bahwa akan mendapatkan masalah setelah ini?”

Juan He menatap kearah pelayannya. Dia merasa marah dengan apa yang dikatakan orang ini. “Zhong Xuan, tutup mulutmu!!”

Zhong Xuan menuruti perintah Tuan Muda-nya. Dia kembali menatap kearah jalanan dan terus diam. Mobil keduanya sudah berada didepan pagar kediaman keluarga Juan. Penjaga yang sudah terbiasa dengan mobil pemilik rumah. Dia segera membukakan pintu.

Zhong Xuan menghentikan mobilnya, dia turun dan membukakan pintu untuk Juan He. Bocah lelaki itu turun dengan wajah angkuhnya. Zhong Xuan hanya pelayan disini dan memberikan penghormatannya.

Setelah itu dia kembali masuk ke dalam mobil dan memasukkan itu ke dalam garasi. Ketika dia menutup pintu mobil. Dia menarik ujung bibirnya. “Sangat sombong, aku akan membuatnya jatuh bersama keluarganya.”

Juan He masuk ke dalam dan kedatangannya sudah disambut oleh pelayan rumah. Lelaki itu memberikan tas pada mereka. Juan He belum ke kamar dan dia sudah dipanggil ke ruang keluarga.

Di sana ada ayahnya dan wanita Muda yang menjadi ibu tirinya. Seorang anak kecil yang baru saja berusia 4 tahun. Dia memiliki kulit yang sangat pucat, Juan He tersenyum. Itu adalah adik tirinya yang berpenyakitan.

Ayah Juan adalah pria yang tampan. Dia menatap kearah Juan He yang pulang dengan wajah penuh luka. Dia melihat bahwa anaknya tidak memiliki kesopanan pada keluarganya. Dia memanggilnya.

“Juan He, kamu kemari!”

Juan He melirik kearah keluarga kecil itu dan berjalan menuju mereka. Dia berdiri dan tidak mengatakan apapun. Ayah Juan berdiri dan segera melayangkan tangannya pada Juan He.

Ini bukan yang pertama kalinya dia mendapatkan tamparan dari ayahnya. Dia sama sekali tidak mengatakan apapun ataupun mengeluarkan suara kesakitan. Juan He menatap kearah ayahnya dengan mata dingin.

“Sudah?”

“Juan He, berani kamu mempermalukan nama keluarga Juan lagi. Ini sudah ke lima kalinya kamu hampir membunuh teman sekolahmu. Jika kamu melakukannya lagi, aku akan mengirimmu ke Afrika.” Ayah Juan menatap dengan wajah ganas, Juan He hanya dengan santai menatap kearah ayahnya.

Wanita yang ada disamping ayahnya tersenyum. “Aku tidak tahu kalau kakak pertama telah melahirkan anak yang seperti ini. jika dia masih hidup dia pasti akan menangis sekarang.”

Ketika mendengar nama ibunya dipanggil. Juan He menampilkan wajah dingin. Dia menatap kearah wanita yang menjadi istri Muda ayahnya setelah ibunya meninggal. Dia menarik ujung bibirnya dan tersenyum. Namun matanya sangat dingin lalu berbicara.

“Ya. Kamu benar. Bahkan ibuku masih beruntung karena dia tidak melahirkan anak cacat seperti anakmu!!”

“Apa yang kamu katakan!!”

Sebelum Juan He kembali berbicara, wajahnya sekali lagi ditampar. Kali ini ayah Juan memberikan banyak tenaga sampai mulut Juan He terasa asin. Dia berjalan mundur ke belakang dan memegang wajahnya.

Meskipun sudah ditampar dua kali, dia masih bisa tersenyum. “Ayah, aku akan kembali ke kamarku.”

Juan He sama sekali tidak menunggu jawaban ayahnya. Dia berbalik dan berjalan menuju tangga. Disana salah satu pelayannya bertanya. “Tuan Muda He, kamu baik-baik saja!”

“Jangan menyentuhku!!” Juan He berteriak, pelayan itu segera diam. Juan He kembali berjalan menuju tangga, baru saja dia naik tangga ke lima. Kepalanya tiba-tiba pusing dan kesadarannya menjadi buram.

Juan He memegang kepalanya mencoba untuk tetap sadar. Namun ketika dia ingin melangkah kembali. Tubuhnya langsung menjadi lemah. Untung saja pelayan masih berada dibawah. Dia menyambut tubuh Juan He yang terjatuh.

“Tuan Muda, Tuan Muda, apa yang terjadi padamu?”

Recommended Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!