Feng Xi memegang kepalanya yang sakit. Ia berusaha keras membuka kelopak matanya yang sangat lengket. Langit-langit ruangan berwarna putih dan sinar matahari yang terpantul dari jendela menyambut pandangannya begitu membuka mata.

“Dimana ini?” gumamnya pelan.

“Akkhh…” Feng Xi menekan kepalanya dengan keras saat ingatan tentang kecelakaan mobil yang dialaminya melintas di kepalanya. Benar, ia seharusnya sudah mati dalam kecelakaan mobil itu! Kenapa ia bisa berada disini?

Nggiiinggg

Feng Xi menjambak-jambak rambutnya begitu rasa sakit di kepalanya semakin kuat. Tiba-tiba saja banyak gambar-gambar dirinya yang melintas di ingatannya. Feng Xi bingung, ingatan barusan bukan miliknya. Lalu siapa? Kenapa ia bisa mempunyai ingatan yang bukan miliknya? Di saat Feng Xi bingung dengan banyak pertanyaan yang membuatnya penasaran, seorang suster wanita masuk ke dalam ruang rawatnya. Ia berteriak memanggil dokter begitu melihatnya terbangun.

Seorang dokter laki-laki paruh baya masuk dan memeriksa keadaan Shao Nan dan berkata, “Pasien bagaimana perasaanmu sekarang? Apa kau tidak nyaman?” tanya dokter itu membuat Feng Xi mengangguk pelan. Ia merasa sangat pusing dan lemah.

“Baiklah kalau begitu saya akan memberi obat pereda nyeri agar kepalamu tidak terlalu sakit lagi.” ucap dokter.

Setelah dokter memberi suntikan dan menyuruhnya istirahat, datanglah laki-laki jangkung yang sangat tampan. Feng Xi terpesona dengan ketampanannya namun ia tetap diam karena takut salah bicara.

“Shao Nan kau sudah baikan?” tanyanya dengan suara agak rendah yang entah mengapa terdengar sexy di telinga Feng Xi. Astaga pasti dia sudah gila karena menganggap sexy seorang pria yang baru ditemuinya selama beberapa detik.

“Ah.. y-ya sudah lebih baik.” jawab Feng Xi gugup. Dari ingatan yang baru saja di dapatnya, Feng Xi tahu kalau ia terlahir kembali ke dalam tubuh yang berbeda yakni Shao Nan, sedangkan pemilik asli tubuh ini meninggal di rumah sakit karena kecelakaan yang dialaminya. Shao Nan ialah seorang mahasiswa yang kuliah di kampus yang sama dengannya. Feng Xi mengetahui Shao Nan karena dia sangat terkenal dengan berbagai masalahnya. Dan berarti Pria di hadapannya adalah sumber dari masalah-masalah Shao Nan, yakni Bai Feng.

Feng Xi terdiam. Menunduk berpura-pura menatap selimut yang ia pakai. Kedua tangannya tak henti memilin-milin pinggiran selimut, gelisah berharap Bai Feng tak menyadari kalau jiwa Shao Nan sudah digantikan olehnya.

“Baiklah karena kau sudah bangun dari koma dan terlihat baik-baik saja, sudah saatnya kita berbicara serius.” ucap Bai Feng tegas.

Feng Xi mendongak menatapnya ragu dengan takut-takut. Berdasarkan ingatan Shao Nan sepertinya Bai Feng akan membahas tentang Shao Nan yang selama ini selalu menguntitnya. Feng Xi menghela napas mengingat kelakuan Shao Nan yang sangat menganggu Bai Feng.

“Shao Nan aku harap setelah kecelakaan yang kau alami ini, kuminta kau berhenti mengikutiku. Jika kau terus melakukan hal ini, aku akan menuntutmu atas tindakan yang tak menyenangkan.” ucap Bai Feng menatap tajam Shao Nan.

Feng Xi terdiam sejenak dan akhirnya mengangguk dan berkata pelan, “Baiklah Bai Feng, aku tak akan menguntitmu lagi. Maafkan aku karena selama ini telah membuatmu tak nyaman.” Feng Xi kembali menunduk, sedangkan Bai Feng terdiam menatap tajam Shao Nan yang terlihat agak berbeda dari sebelumnya.

Ia menyipitkan matanya curiga dengan sikap Shao Nan yang sangat penurut. Sebelumnya saat ia berkata seperti ini, Shao Nan akan menatapnya dengan air mata yang mengalir sambil bersumpah bahwa ia akan terus mengikutinya sampai cintanya diterima. Tapi, apa yang dilihatnya sekarang sangat berbeda dengan Shao Nan yang agressive.

“Oke, kupegang ucapanmu. Istirahatlah. Untuk biaya rumah sakit sudah kutanggung semuanya lagipula kau seperti ini juga karenaku.” ucap Bai Feng lalu meninggalkan Shao Nan. Rasa curiga yang barusan ia rasakan langsung ia tepis dan ia menganggap mungkin Shao Nan hanya sedang bermain tarik ulur. Tapi, ia tak akan semudah itu jatuh ke dalam trik murahan anak kuliahan sepertimya.

Feng Xi menghela napas panjang melihat punggung Bai Feng menghilang di balik pintu. Ia sangat lega pria itu tak menanyakan sifatnya yang berbeda dengan Shao Nan. Walaupun Feng Xi mempunyai ingatan Shao Nan, ia mengakui tak akan bisa bersikap 100% sama dengannya. Kesempatan hidup kedua ini akan ia manfaatkan sebaik mungkin, dan meniru keseharian Shao Nan hanya akan membuatnya lelah jadi, yang terbaik adalah menjadi diri sendiri. Hitung-hitung sebagai perubahan ke arah lebih baik untuk Shao Nan.

Menatap handphone yang tergeletak di meja samping ranjang rumah sakit membuat Feng Xi teringat akan suatu hal. Ia mengambil handphone tersebut. Jari-jarinya mengetik kata kunci dengan cepat. Digulirnya setiap headline news lalu berhenti di satu judul berita. Segera di klik berita tersebut.

Feng Xi mengigit bibirnya marah melihat isi berita tersebut. Pada akhirnya hal yang paling dicegahnya terjadi juga. Bisa-bisanya ayahnya menyerahkan perusahaan kepada kakak tirinya tepat setelah kematiannya. Apakah ia tak merasa sedih sedikit pun atas kepergiannya?

“Kalian bertiga… silahkan nikmati hari bahagia kalian. Kupastikan akan ada hari dimana kehancuran menghampiri kalian. Akan kubuat kalian menyesal karena telah membuatku mati mengenaskan!” sumpah Feng Xi.

Feng Xi menghebuskan napas dalam-dalam untuk meredakan amarahnya. Ia menatap pantulan dirinya di Handphone yang sedang ia genggam dan berkata, “Feng Xi… tidak, sekarang aku adalah Shao Nan. Shao Nan, beristirahatlah dengan tenang. Aku berjanji akan menjalankan hidup ini dengan baik. Terima kasih sudah membiarkanku menempati tubuhmu.” Dengan tangan didada ia tersenyum lembut dan seketika kegelisahan di hatinya menghilang seolah Shao Nan mendengar janjinya.

*****

#Dari sini Feng Xi akan disebut Shao Nan.

Cklek

Shao Nan yang sedang duduk di ranjang dengan novel ditangannya menoleh saat pintu ruang inapnya dibuka dari luar. Kemudian muncul seorang wanita cantik dengan mata berkaca-kaca menahan tangis.

Wanita itu berlari ke arahnya dan memeluknya erat sambil menangis ia berkata, “Nan nan hiks… aku khawatir sekali saat mendengarmu mengalami kecelakaan mobil. Maaf aku baru bisa datang sekarang hiks…” Shao Nan melepas pelukannya. Ia tahu kalau wanita yang ada di depannya ini bernama Su Bei. Teman masa kecilnya. Melihat tangisan dan wajah penuh kekhawatirannya membuat Shao Nan memutar bola matanya diam-diam. Aktingnya bagus sekali, ia rasa Su Bei sudah cocok jadi aktris di TV.

“Hm. Aku sudah lebih baik.” jawab Shao Nan singkat. Su Bei berhenti menangis. Ia menatap Shao Nan bingung, mengapa sahabatnya itu tak menenangkannya seperti yang biasa ia lakukan saat dirinya menangis. Su Bei menepis pikirannya mungkin saja Shao Nan masih merasa tidak sehat dan malas berbicara panjang lebar.

“Nan nan… sebenarnya apa yang terjadi sehingga kau tertabrak mobil?” tanya Su Bei dengan mata penasaran. Shao Nan berdecih dalam hati melihat akting Su Bei semakin menjadi-jadi. Ia juga mual mendengar panggilan akrab darinya.

“Aku bertengkar dengan Bai Feng di jalan, dan tak sengaja aku tertabrak mobil.” ucap Shao Nan memancing reaksi Su Bei. Benar saja mendengar nama Bai Feng, Su Bei langsung memasang wajah terkejut dan berkata, “Ya ampun Nan nan… apa Bai Feng masih bersikap dingin padamu? Nan nan aku sarankan agar kau menemuinya dan minta pertanggungjawabannya.” Shao Nan menatap Su Bei aneh yang segera ia ganti dengan tatapan bingung.

“Untuk apa aku minta tanggungjawab Bai Feng?”

“Tentu saja tanggungjawab atas kecelakaan yang menimpamu. Karena dia juga kan kalian bertengkar dan akhirnya kau tertabrak mobil.” Shao Nan menggeleng.

“Tidak Su Bei. Aku sudah berjanji untuk tak mengikuti Bai Feng lagi.” ucap Shao Nan membuat Su Bei berteriak.

“Apa? Tidak bisa Nan nan, kau harus tetap mengejar Bai Feng seperti biasa!” perintah Su Bei. Shao Nan memasang wajah seolah-olah terkejut melihat sikap Su Bei yang berubah kasar saat berteriak.

“Kenapa kau berteriak padaku?” tanya Shao Nan takut.

Su Bei mengigit bibirnya mendapati dirinya kehilangan kendali. Ia tidak bisa tenang melihat sikap Shao Nan yang mulai menentangnya.

“Maaf Nan nan bukan maksudku meneriakimu. Aku hanya merasa Bai Feng pantas bertanggungjawab atas kecelakaan yang menimpamu. Dan… aku hanya ingin kau mendapat balasan dari Bai Feng karena aku tahu kau sangat menyukainya.” ucap Su Bei pelan. Shao Nan menatap remeh Su Bei yang sedang menunduk.

Shao Nan sangat tidak beruntung memiliki sahabat bermuka dua. Di depan ia bersikap baik padanya namun di belakang ia mendorongnya ke jurang.

Ya, mendekati Bai Feng yang merupakan CEO Bai Coorporation adalah perbuatan Su Bei. Namun Shao Nan asli tak mengetahui semua ini. Ia mengira pertemuannya dengan Bai Feng murni kebetulan bukan rancangan sahabatnya. Kalau Bai Feng orang biasa bukanlah masalah mendekatinya. Tapi, Bai Feng adalah sosok dingin nan kejam sekaligus kepala keluarga Bai yang dikagumi juga ditakuti masyarakat.

Su Bei sering memberi saran pada Shao Nan untuk mendekati Bai Feng dengan agressive. Hal ini membuat Bai Feng muak dan Shao Nan pun jatuh ke dalam masalah yang panjang karena berurusan dengan orang terkaya di China itu.

Sekarang dengan mudahnya Su Bei menyuruhnya untuk mendekati Bai Feng lagi. Itu tidak akan pernah terjadi karena Shao Nan yang naif sudah tergantikan olehnya. Ia tak sebodoh itu mendekati Bai Feng lagi karena itu hanya akan membawa masalahnya padanya.

“Terima kasih atas saranmu. Tapi, Bai Feng sudah bertanggungjawab dengan membayar semua biaya rumah sakitku. Jadi, kurasa sudah tak perlu lagi untuk mendekatinya. Aku sudah lelah mengejarnya namun tak mendapat balasan.” ucap Shao Nan memberi alasan. Su Bei membuka mulutnya namun ia tak jadi berbicara. Ia pun hanya mengangguk menyetujui ucapan Shao Nan.

Melihat sikap diam Su Bei membuat Shao Nan curiga. Apa lagi yang direncanakan oleh wanita bermuka dua ini? Ia harus mengawasinya agar tak membuatnya terlibat dalam masalah lagi.

Recommended Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!