Author : Keyikarus

[Chapter 5 – Yang tercantik]

Setelah lima puluh gadis cantik berbaris, tiga puluh lima lainnya masuk kembali. Mereka terbagi menjadi tiga kali pelelangan untuk tiga malam. Meski begitu, tentu saja kelima puluhnya akan ditampilkan setiap malam demi menarik minat pengunjung.

Seperti pengunjung yang satu ini. Wajah bayinya tak menghalanginya memberi komentar-komentar ambigu ditelinga pendengarnya.

“Ah bagaimana ini bisa terjadi? Yang tercantik memegang barang lelang nomor empat puluh dua. Ini penipuan! Kenapa aku harus menunggu malam terakhir untuk memenangkannya?”

Gerutuan Jeha tidak hanya terdengar aneh ditelinga orang-orang disekitarnya tapi juga aneh ditelinga ksatrianya. Meski sudah mulai diperkenalkan dengan lawan jenis sejak tiga tahun lalu, tapi pangeran mereka jelas masih kecil untuk mengatakan hal-hal seperti ini.

“Anda bisa memilih yang manapun tanpa harus menunggu malam ke tiga. Ibunda Anda tidak akan senang melihat anda terlalu lama berada diluar.”

Karna mereka tanpa pengawalan khusus dan ketat, para ksatria itu diperintahkan tidak menyebutkan apapun yang berhubungan dengan istana demi keamanan pangeran Jeha.

“Hmmp. Aku hanya mau yang tercantik.” Dengus Jeha.

Dia bersidekap, jelas tidak tertarik mengangkat tangannya saat pembawa acara mulai penawaran untuk nomor lelang pertama.

“Baiklah, anda bisa memilih yang tercantik dari lima belas gadis didepan.”

Mendengar bujukan itu, Jeha menoleh, menatap ksatria disebelah kirinya dengan serius. Dari ketiganya, yang satu ini sepertinya yang paling banyak bicara.

“Mmm apa kau pemimpin dari kalian bertiga?”

Pertanyaan Jeha tentu saja membuat ketiga ksatria itu tercengang. Mereka adalah ksatria pangeran. Tidak ada atasan dan bawahan. Memiliki posisi setara. Bagaimana bisa pangeran tidak tahu pengaturan ini padahal mereka sudah menjaganya sejak pangeran berusia delapan tahun?

Sesungguhnya, usia sepuluh tahun adalah saat bagi pangeran bisa memilih ksatrianya sendiri. Itu adalah usia dimana kerajaan Prada memberi kebebasan keluar dari istana untuk beberapa waktu.

Hal ini juga berkaitan dengan pengenalan terhadap lawan jenis. Tidak semata-mata karena seorang pangeran, maka para putri bangsawanlah yang harus selalu mengunjungi istana. Ada waktu-waktu disaat para pangeranlah yang akan keluar dari istana untuk mengunjungi mereka.

Berbeda dengan pengawal khusus yang biasanya berhenti dan menunggu diluar, ksatria selalu mengikuti kemanapun pangeran pergi. Bahkan jika itu ke kamar mandi. Jadi perlindungan mereka lebih baik dibanding pengawal khusus.

Berbicara tentang usia, Jeha mendapatkan lebih cepat dari seharusnya karna selir Jin Ni menuntut keamanannya setelah insiden pangeran terluka. Hal ini sungguh memaksimalkan kemampuan bergerak cepat tiga ksatria itu karna Jeha terlalu sering hampir terjatuh.

Yah setidaknya kemampuan itu sangat bermanfaat.

“Kenapa Anda menanyakan hal itu?”

“Karna kau yang paling banyak bicara. Jadi aku pikir kau pemimpinnya. Bicara tentang itu, siapa namamu?”

Bukan hanya jawabannya, bahkan pertanyaan Jeha membuat tiga ksatria itu merapatkan bibirnya. Lima tahun bersama bagai kembar siam bahkan tidak bisa membuat pangeran Jeha mengingat namanya, atau mungkin nama mereka.

Yang dikatakan paling banyak bicara itu hanya karna dia yang paling pandai bicara diantara ketiganya, maka dia yang berinisiatif. Bukan karna dia pemimpin atau semacamnya!

Ksatria khusus seperti mereka tidak dilatih kecuali untuk memastikan keselamatan tuannya. Jadi kemampuan berkomunikasi dan menghibur anak-anak adalah nyaris nol.

Lalu selain saat perkenalan, jelas mereka nyaris selalu memanggil nama satu sama lain saat berkomunikasi. Itu terjadi disekitar pangeran Jeha, jadi bagaimana mungkin pangeran ini masih tidak mengetahui nama mereka? Betapa tidak perhatian.

Jika Jeha mengetahui pikiran mereka, maka dia akan dengan cepat membantah, para ksatrianya bisa dikatakan jarang berkomunikasi selain untuk hal-hal yang perlu. Dan dari hal-hal yang perlu, berapa banyak kalimat yang membutuhkan menyebutkan nama?

Sangat jarang. Tentu saja Jeha tidak akan ingat!

Lagipula, saat perkenalan dia masih kecil dan cemas karna hukuman yang dijatuhkan ibunya pada dayangnya. Dimana dia memiliki waktu untuk mendengarkan nama ksatrianya!

“Nama saya Hastu.” Ucap ksatria disebelah kiri Jeha. “Lalu dia Banu, dan dia Gana.” Lanjutnya dengan pahit.

“Baiklah, namaku Jeha.”

Mendengar nada riang pangeran yang mereka jaga, para ksatria itu tak bisa tidak meluruskan bibir mereka. Dimana ada perkenalan dilakukan setelah beberapa tahun bersama?

Pelecehan yang dilakukan pangeran ini pada mereka tidak semata-mata pada kemampuan mereka, tapi juga psikologis mereka. Sungguh pangeran yang mengerikan.

Sementara itu, Yan Tian Ye mengerutkan dahinya. Diantara kebisingan dia memusatkan pendengarannya pada percakapan bocah mungil yang dikuntitnya.

Saat mendengar nama yang disebutkannya, Yan Tian Ye merasa pernah mendengarnya. Tapi dia tidak yakin itu dimana. Yang pasti, jika dia pernah mendengarnya, maka sedikit banyak bocah itu memiliki orang-orang yang berhubungan dengan istana kekaisaran.

Jika benar, seharusnya bukan hal sulit untuk menemukannya lagi dimasa depan.

Sementara Jeha dan Yan Tian Ye sibuk masing-masing, pelelangan sudah mencapai nomor ke empat.

Jeha menatap ke depan dengan putus asa. Dia ingin yang nomor empat puluh dua. Itu terlihat imut dan menarik. Sangat baik untuk kakaknya.

Ya, Jeha ingin membuat kakaknya bersenang-senang untuk satu malam dengan gadis itu. Sebentar lagi sudah saatnya kakaknya itu melakukan perjodohan dan pernikahan. Jadi dia ingin kakaknya lebih banyak bergaul dengan para gadis. Bukan hanya yang dari kalangan bangsawan.

Bagi Jeha, gadis dari kalangan bangsawan itu semua prilakunya sama. Dia bahkan tidak bisa membedakan lima gadis yang diperkenalkan padanya sejak tiga tahun lalu.

Karna itulah, dia ingin kakaknya mengenal gadis menarik diluar lingkaran mereka. Dia pikir sifat gadis yang mengikuti lelang itu pasti lebih menarik daripada yang sering ditemui kakaknya.

Sayang sekali, besok pagi dia sudah harus kembali ke istana. Kesempatannya memberikan gadis menarik pada kakaknya hanyalah malam ini. Jadi dia hanya bisa menelan kekecewaan dan memilih satu dari yang tersisa didepan sana.

Memperhatikan satu persatu, dia menilai. Terlihat galak seperti ibunya, terlihat serius seperti permaisuri, terlihat ramah seperti kakaknya, terlihat baik hati seperti ayahnya, terlihat gugup…. Jeha merasa tidak ada yang lebih bagus dari nomor empat puluh dua.

Menghela nafas pasrah, Jeha memilih nomor sembilan yang memiliki wajah galak seperti ibunya. Tidak apa-apa kan jika dia ingin kakaknya yang baik hati sekali seumur hidup mendengarkan lagu dari gadis galak.

Setelah memutuskan, pada saat giliran nomor sembilan yang dilelangkan, Jeha dengan semangat mengangkat tangannya. Sayangnya, yang ditakutkannya benar-benar terjadi, bahkan lebih.

Bukan saja karna dirinya pendek hingga tidak terlihat, tapi juga terlalu banyak orang yang mengangkat tangannya hingga pembawa acara mengutamakan yang bisa dilihat.

Beberapa kali dia mengangkat tangannya hingga tawaran melonjak, dia masih tenggelam oleh banyak orang lain. Wajah Jeha merah padam karna kesal. Dengan ganas dia menoleh pada ksatrianya dan berkata, “Cepat angkat tanganmu! Aku harus mendapatkan yang ini! Angkat tangan! Angkat tangan!”

Gana tanpa daya mengangkat tangannya.

“Kalian juga, cepat! Cepat! Yang tinggi!”

Hastu dan Banu juga mengangkat tangan. Mereka mendesah dalam hati. Tidak tahu bagaimana menjelaskan pada pangeran mereka jika tidak akan berguna melakukan hal ini. Selama mereka memiliki uang, selalu akan ada kesempatan mendapatkan hal itu pada detik terakhir. Ini adalah lelang.

Hanya sesaat kemudian, Jeha segera tercengang. Tawaran melonjak hingga menghabiskan uang yang ada di kantongnya. Bagaimana bisa terjadi?

“…. ada penawar lagi?” Suara pembawa acara itu terdengar ceria.

Jeha yang mendengarnya langsung merengek, “Bagaimana bisa harganya bisa seperti itu?! Itu hanya sepaket kecil hasil panen! Sangat tidak masuk akal!”

Suaranya yang tidak besar namun tidak bisa dibilang kecil menyebar ke setiap telinga karna suasana sedang hening menunggu keputusan apakah akan ada yang menawar lagi atau tidak.

Kini semua mata menatap Jeha dengan berbagai macam pendapat. Saat mereka melihat itu hanya seorang bocah, mereka secara alami memaklumi. Tapi tentu saja ada beberapa orang yang lebih senang untuk merendahkan orang lain.

“Nak, sebaiknya kau ikut lelang jika sudah bisa mendapatkan uang sendiri.” Ejek orang yang menjadi penawar terakhir lalu dia tertawa bersama teman-teman disekitarnya.

Jeha cemberut, sementara tiga pengawalnya memelototi orang itu. Hanya saja yang dipelototi sama sekali tidak memperhatikan. Dia tersenyum senang melihat ekspresi Jeha.

Jeha bukan orang yang bisa berbohong dengan mudah. Jadi, meskipun dia ingin mengatakan memiliki uang, dia tidak bisa. Nyatanya uang yang dibawanya sudah habis setengahnya untuk membeli apapun yang dilihatnya sebelum mengikuti lelang.

Dia tidak menyangka hanya paket kecil hasil panen akan begitu mahal saat lelang. Jika dia tahu maka dia akan mengambil uang di kotak penyimpanan ibunya atau meminta lebih banyak dari kakaknya. Bukannya pergi hanya dengan sedikit uang yang dimilikinya dari pemberian ibunya saat dia akan mengunjungi putri bangsawan beberapa kali.

Tanpa disadari, diantara banyaknya mata yang memandang Jeha, ada beberapa pasang mata yang memiliki kilatan tersembunyi. Salah satunya berasal dari atas panggung.

Puas mempermalukan orang lain, pria penawar terakhir itu mengatakan pada pembawa acara agar memutuskan dirinya sebagai pemenang nomor sembilan.

“…. Baiklah, karna tidak ada yang menawar lagi, hasil panen nomor sembilan jatuh pada….”

“Tunggu.” Sebuah suara menginterupsi pembawa acara.

Yan Tian Ye tersenyum menawan saat pandangan semua orang jatuh padanya. Dia tidak tertarik pada gadis-gadis didepan sana. Namun bocah yang diperhatikannya tertarik.

Meski tak menyenangkan membiarkan Jeha bersama gadis itu, tapi itu bisa menjadi jalan baginya untuk berkenalan. Masalah lain selalu bisa diatasi setelahnya.

“Aku menawar lima puluh perak dan lima puluh tembaga.” Ucap Yan Tian Ye ringan.

Tawarannya lebih banyak lima puluh tembaga dibanding pria yang mengejek Jeha.

*************


<< Ignorant Prince Bab 4

Recommended Articles

0 Comments

  1. Hahah .. Pangeran yang tidak punya uang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!