Author : Keyikarus
Publish at Kenzterjemahan.
***
Pertarungan dimulai. Huo An Ye adalah yang melakukan serangan lebih dulu. Aura disekitar tubuhnya seketika berubah. tidak lagi setenang dan sesantai ketika dia berbicara, tapi terasa tajam dan menindas. Jika orang yang tidak berpengalaman merasakannya maka bisa dipastikan dia tidak bisa bergerak.
Gu Si Nian tertegun sesaat sebelum kegilaan dimatanya menjadi lebih pekat. Dibanding misi yang diberikan oleh organisasi, Gu Si Nian jauh lebih tertarik membantai para penantangnya. Dia melakukan misi hanya sebatas agar memiliki uang.
Mereka bertukar puluhan pukulan dan tendangan dalam waktu singkat. Sejauh ini mereka bisa dikatakan seimbang. Sepertinya tidak juga, ketika mereka berpisah sebentar, Gu Si Nian terlihat memiliki banyak luka sayat di sana sini.
“Kau menganggap ini permainan anak-anak?” tanya Gu Si Nian provokatif sembari menjilat darah yang merembes dari luka dilengannya.
Huo An Ye mengangkat sebelah alisnya dan tertawa. Dia mengibas-ngibaskan pisaunya untuk menghilangkan jejak merah dipermukaannya. “Aku lebih suka membuat potongan kecil dibanding potongan besar sekaligus.” Gumamnya ringan.
“kau akan menyesal karena tidak melakukan potongan besar.” Ucap Gu Si Nian. Kali ini dia berinisiatif menyerang. Dia akhirnya menyadari jika Huo An Ye tidak bisa disamakan dengan pembunuh baru lainnya. Dia memiliki aura yang sama dengan para pembunuh profesional veteran. Dengan begitu, Gu Si Nian menghadapinya lebih serius dibanding sebeumnya.
Di dekat meja counter seorang pria menyesap minumannya selagi matanya terus mengamati sosok Huo An Ye. Dia meletakkan gelasnya dan menopang wajahnya, lebih fokus memperhatikan gerakan cantik yang dilakukan Huo An Ye saat terus menerus menghindari pukulan Gu Si Nian dan menorehkan sayatan-sayatan baru. Bocah itu berhasil membuat Gu Si Nian kehabisan kesabaran dan akal sehat.
“Dia anak kesayangan Wang Mo?” tanya pria itu.
“Ya master.”
“Betapa menariknya. Sepertinya dia akan menang. Padahal aku ingin melihatnya ditelanjangi…. tapi aku tidak suka jika pria Gu yang menjijikkan itu menyentuhnya.” Kalimat terakhir hanya berupa gumaman.
Dia menatap wajah bulat, putih dan cantik Huo An Ye. Perasaan geli itu menyebar dan menggeitik hatinya ketika dia memikirkan bagaimana rasanya ketika dijilat.
“Ah aku akan meminjamnya dari Wang Mo.”
Yang menjadi tangan kanan pria itu tertegun dan mulai merasa cemas. Masternya selalu memancing masalah dengan master-master lain didalam organisasi. Masternya terlalu pemberontak dan seenaknya sendiri. Wang Mo adalah master nomor tiga di Eraser. Bagaimanapun tidak akan lemah dan mudah dihadapi. Jika masternya ingin meminjam orang kesayangannya, mungkin akan menjadi lebih sulit dilakukan daripada dikatakan.
Sementara itu di arena pertarungan Gu Si Nian telah jatuh bersimbah darah. Dia sekarat. Tubuhnya berlumuran darah karena puluhan luka sayat besar dan kecil yang terus menerus mengeluarkan darah. Huo An Ye mengusap setitik darah disudut bibirnya yang robek.
“Hei, aku tidak suka masalah yang akan datang di masa depan. Jika aku tidak membunuhmu sekarang, kau akan membalas dendam dimasa depan kan?” Huo An ye menendang pelan tubuh Gu Si Nian.
Dia menunggu beberapa saat tapi pria dibawahnya masih diam. Huo An Ye membungkuk menarik rambutnya. Siapa yang menyangka Gu Si Nian akan mengeluarkan pisau dan menusuk perutnya. Mata Huo An Ye seketika menajam, disaat bersamaan tangannya bergerak cepat memotong leher Gu Si Nian. Mengakhiri nyawanya.
Huo An Ye berdecih dan menendang tubuh tak bernyawa itu menjauh. Dia menatap pisau yang tertancap diperutnya. Karna kemejanya berwarna hitam, warna darah yang merembes tidak mencolok. Dengan acuh tak acuh dia mencabut pisau itu dan membuangnya bersama dengan pisau ditangannya. Kemudian melepas kemejanya dan merobeknya, menjadikannya perban sementara untuk perutnya.
Organisasi pembunuh tidak menyediakan tenaga medis kecuali untuk para master dan dewan. Kondisi itu menuntut para pembunuh untuk memiliki keterampilan menangani luka.
Saat ini Huo An Ye hanya bisa menahan agar darahnya tidak terus mengalir. Tempat ini cukup jauh dari klinik, apotek apalagi rumah sakit. Dia tidak ingin mati konyol karena kehabisan darah.
Sementara dia acuh tak acuh turun dari arena, kulit putih pucatnya terasa sangat mencolok mata dibawah sinar lampu. Terlebih dikombinasikan dengan warna darah yang pekat. Entah bagaimana pemandangan itu terlihat sangat menarik.
Huo An Ye mengulurkan tangannya pada pengawas. Kemudian sebuah kartu apartemen pribadi satu lantai jatuh ke tangannya. Menyunggingkan senyum manis, dia pergi tanpa banyak bicara. Keinginannya menjadi Eraser C dan memiliki apartemen satu lantai sudah terpenuhi. Dia tidak ada kepentingan untuk tetap berada ditempat ini.
Dia menghentikan motornya disebuah apotek, membeli beberapa obat kemudian berhenti disebuah taman. Dengan tenang dia duduk dikursi dan merawat lukanya.
Huo An Ye cemberut dan terus menggerutu. Dia tidak suka rasa sakit. Selain itu perawatan tubuhnya sangat mahal. Luka ini benar-benar membuatnya rugi. Terlebih dia juga harus mengorbankan pakaiannya yang mahal. Perasaan Huo An Ye sangat suram.
Tapi memikirkan dia sekarang memiliki apartemen sendiri dan secara otomatis masuk dalam jajaran dua puluh Eraser C, senyum puas mengembang dibibirnya. Level misinya naik, lebih banyak kebebasan, bahkan Wang Mo tidak akan bisa terlalu ikut campur dalam urusannya sekarang. Sangat menyenangkan untuk dipikirkan.
“Butuh bantuan?”
Suara itu membuat Huo An Ye mendongak. Dihadapannya berdiri seorang pria dengan pakaian formal dan terlihat seperti kaum elit. Fitur wajahnya tegas dan maskulin. Dia seperti tipe pria pada umumnya yang perawatannya hanya sekedar mandi dan mencuci muka.
Huo An Ye tidak berniat berteman dengan yang tipe seperti ini. tidak bisa dijadikannya teman bicara dan bermain ke salon.
“Tidak.” Sahut Huo An Ye singkat dan jelas. Dia menunduk dan melanjutkan kegiatannya.
Pria yang merasa diacuhkan menatap Huo An Ye dengan kilat geli dimatanya. Ini adalah pertama kalinya dia diperlakukan begitu acuh oleh orang yang menjadi anggota organisasi.
“Kau tidak mengenalku?” tanya pria itu dengan nada penasaran.
“Tidak.” Sahut Huo An Ye tanpa mengangkat wajahnya. Didalam hati dia menggerutu, mengapa harus mengenal orang ini? memangnya siapa dia?
“Kau benar-benar tidak mengenalku?” ulang pria itu.
Huo An Ye yang telah menyelesaikan tugasnya beranjak dan menatap pria itu ke atas dan ke bawah. Semakin dia melihat, semakin terasa menyebalkan. Auranya menyebalkan, ekspresiny menyebalkan, bahkan pertanyaannya menyebalkan.
“Tuan, apa kau tahu jika kau sangat menyebalkan?” ucap Huo An Ye dengan senyum manis.
Setelah mengatakan itu, dia mengendarai motornya meninggalkan pria yang mengusap rambutnya dan terkekeh ringan. Awalnya dia hanya ingin mencobai Huo An Ye beberapa malam. Tapi sekarang dia pikir mengganggu bocah itu mungkin akan lebih menarik.
******************