Chapter 1
“Kamu bocah keparat, jangan berlari.” An He tidak peduli dengan apa yang orang gemuk itu katakan. Dia memegang dua roti panggang dipelukannya dan terus berlari.
Melihat bahwa anak laki-laki itu tidak mendengarkan, pelayan toko itu kembali berteriak. “Kamu terus berlari, maka Laozi ini akan menangkapmu, memotong seluruh tubuhmu dan memberikannya pada anjing.”
An He kehabisan tenaga, perutnya tiba-tiba sakit parah. Ada banyak orang namun tidak ada yang terlalu memperdulikannya. Lelaki kurus itu melirik ke jalanan yang sepi, dia melihat ke samping kanan dan menemukan bahwa pelayan toko itu berlari dengan pisau bermata besar ditangannya.
An He jelas ketakutan. Tanpa berpikir lagi. Dia segera berjari ke jalan raya dan ditengah perjalanan. Sebuah mobil langsung menabrak tubuhnya. Beberapa orang yang melihat kejadian itu tidak menahan diri untuk berteriak.
Tubuh An He melayang diudara beberapa detik sebelum tubuhnya terhempas diaspal. Pandangan An He dipenuhi dengan warna merah. Hanya sedikit dia bisa melihat bahwa beberapa orang mendekatinya.
Tubuhnya sakit seperti hancur, bahkan ketika dia ingin menggerakkan tangannya dan dia tidak bisa melakukannya. Pandangan An He mulai buram dan semuanya berubah menjadi gelap.
Pengemudi itu langsung keluar dan melihat bahwa dia sudah menabrak seseorang. Ketika dia melihat An He, dia segera memeriksa detak nadi ditangan anak kurus ini. Sebelum orang-orang memanggil ambulan.
An He sudah meninggal.
______
Seorang pemuda baru saja turun. Dia menatap kearah pelayannya yang sedang memeriksa bocah kurus yang memegang dua roti bakar dipelukannya. Dia memiliki banyak darah bahkan hampir setengah wajahnya ditutupi oleh darah merah.
Dia menyipitkan matanya dan melirik ke pelayannya. “Apa yang kamu lakukan?”
“Tuan Muda, orang ini sudah meninggal. Sebaiknya kita memberinya kompensasi dan menguburkan mayatnya.”
Dia adalah Tuan Muda dari keluarga Juan. Siapa yang tidak mengenalinya, keluarga terpandang yang pernah ada. Juan He menatap kearah mayat yang tergeletak, seluruh tubuhnya hampir memiliki darah.
Namun ketika dia melihat penampilan An He, dia tidak bisa menahan diri untuk merasa jijik. Dia berkata dengan sombong. “Dia hanya tikus jalanan yang mencuri. Lagipula dia mati karena karmanya. Cepat kembali!”
Pelayan itu menatap tajam kearah Tuan Muda-nya yang sombong. Dia tidak bisa menahan diri. Dia memberikan panggilan pada seseorang untuk mengawasi mayat orang yang ditabraknya.
Semua orang yang melihat adegan itu, mereka saling berpandangan dan tidak bisa diam untuk mengutuk Tuan Muda Juan. Mereka mengatakan bahwa semoga dia yang meninggal. Mayat An He dibawa oleh orang-orang berpakaian hitam.
Salah satu dari mereka bertanya tentang kejadiannya dan banyak yang mengatakan bahwa dia dikejar oleh pemilik toko. Beberapa membela An He dan beberapa menyalahkannya karena mencuri. Orang-orang berpakaian hitam itu tahu bahwa mayat laki-laki ini bernama An He.
Segera dia membawanya ke tempat lain dan mempersiapkan pemakamannya.
Pelayan itu melirik kearah Tuan Muda-nya. Dia bahkan tidak pernah berpikir bahwa orang ini sangat sombong. Juan He merasa bahwa dia terus diperhatikan. Dia memang wajah dingin.
“Apa yang kamu lihat?”
Pria itu memberikan sedikit senyuman. “Tuan Muda He, tidakkah kamu berpikir bahwa akan mendapatkan masalah setelah ini?”
Juan He menatap kearah pelayannya. Dia merasa marah dengan apa yang dikatakan orang ini. “Zhong Xuan, tutup mulutmu!!”
Zhong Xuan menuruti perintah Tuan Muda-nya. Dia kembali menatap kearah jalanan dan terus diam. Mobil keduanya sudah berada didepan pagar kediaman keluarga Juan. Penjaga yang sudah terbiasa dengan mobil pemilik rumah. Dia segera membukakan pintu.
Zhong Xuan menghentikan mobilnya, dia turun dan membukakan pintu untuk Juan He. Bocah lelaki itu turun dengan wajah angkuhnya. Zhong Xuan hanya pelayan disini dan memberikan penghormatannya.
Setelah itu dia kembali masuk ke dalam mobil dan memasukkan itu ke dalam garasi. Ketika dia menutup pintu mobil. Dia menarik ujung bibirnya. “Sangat sombong, aku akan membuatnya jatuh bersama keluarganya.”
Juan He masuk ke dalam dan kedatangannya sudah disambut oleh pelayan rumah. Lelaki itu memberikan tas pada mereka. Juan He belum ke kamar dan dia sudah dipanggil ke ruang keluarga.
Di sana ada ayahnya dan wanita Muda yang menjadi ibu tirinya. Seorang anak kecil yang baru saja berusia 4 tahun. Dia memiliki kulit yang sangat pucat, Juan He tersenyum. Itu adalah adik tirinya yang berpenyakitan.
Ayah Juan adalah pria yang tampan. Dia menatap kearah Juan He yang pulang dengan wajah penuh luka. Dia melihat bahwa anaknya tidak memiliki kesopanan pada keluarganya. Dia memanggilnya.
“Juan He, kamu kemari!”
Juan He melirik kearah keluarga kecil itu dan berjalan menuju mereka. Dia berdiri dan tidak mengatakan apapun. Ayah Juan berdiri dan segera melayangkan tangannya pada Juan He.
Ini bukan yang pertama kalinya dia mendapatkan tamparan dari ayahnya. Dia sama sekali tidak mengatakan apapun ataupun mengeluarkan suara kesakitan. Juan He menatap kearah ayahnya dengan mata dingin.
“Sudah?”
“Juan He, berani kamu mempermalukan nama keluarga Juan lagi. Ini sudah ke lima kalinya kamu hampir membunuh teman sekolahmu. Jika kamu melakukannya lagi, aku akan mengirimmu ke Afrika.” Ayah Juan menatap dengan wajah ganas, Juan He hanya dengan santai menatap kearah ayahnya.
Wanita yang ada disamping ayahnya tersenyum. “Aku tidak tahu kalau kakak pertama telah melahirkan anak yang seperti ini. jika dia masih hidup dia pasti akan menangis sekarang.”
Ketika mendengar nama ibunya dipanggil. Juan He menampilkan wajah dingin. Dia menatap kearah wanita yang menjadi istri Muda ayahnya setelah ibunya meninggal. Dia menarik ujung bibirnya dan tersenyum. Namun matanya sangat dingin lalu berbicara.
“Ya. Kamu benar. Bahkan ibuku masih beruntung karena dia tidak melahirkan anak cacat seperti anakmu!!”
“Apa yang kamu katakan!!”
Sebelum Juan He kembali berbicara, wajahnya sekali lagi ditampar. Kali ini ayah Juan memberikan banyak tenaga sampai mulut Juan He terasa asin. Dia berjalan mundur ke belakang dan memegang wajahnya.
Meskipun sudah ditampar dua kali, dia masih bisa tersenyum. “Ayah, aku akan kembali ke kamarku.”
Juan He sama sekali tidak menunggu jawaban ayahnya. Dia berbalik dan berjalan menuju tangga. Disana salah satu pelayannya bertanya. “Tuan Muda He, kamu baik-baik saja!”
“Jangan menyentuhku!!” Juan He berteriak, pelayan itu segera diam. Juan He kembali berjalan menuju tangga, baru saja dia naik tangga ke lima. Kepalanya tiba-tiba pusing dan kesadarannya menjadi buram.
Juan He memegang kepalanya mencoba untuk tetap sadar. Namun ketika dia ingin melangkah kembali. Tubuhnya langsung menjadi lemah. Untung saja pelayan masih berada dibawah. Dia menyambut tubuh Juan He yang terjatuh.
“Tuan Muda, Tuan Muda, apa yang terjadi padamu?”
Chapter 2
Juan He mendengar suara pelayan yang menganggunya. Dia segera menyingkirkan pria itu. “Lepaskan aku!”
Pelayan itu tidak bisa mengatakan apapun. Dia hanya menuruti keinginan Tuan Muda-nya. Juan He naik ke atas tangga dan Wang Ling hanya memperhatikannya. Langkah kaki Juan He terasa berat setiap kali dia melangkah.
Di lantai dua, seorang pria dengan wajah kebaratan dan memiliki rambut pirang datang menyambutnya. Dia membungkukkan tubuhnya dan memberikan salam pada Juan He. “Tuan Muda He.”
Juan He hanya memandangnya sekilas dan tidak mengatakan apapun. Keringat dingin muncul pada wajahnya. Juan He membuka pintu kamarnya dan masuk ke dalam. Ketika pintu itu tertutup. Tubuhnya segera jatuh ke bawah lantai.
Kepalanya benar-benar terasa pusing. Dia menatap kearah kamarnya seperti pemandangan yang berputar. Dia menghela napasnya perlahan dan kembali berdiri. Dia berjalan menuju tempat tidur.
Tanpa menganti pakaian sekolahnya. Dia langsung membaringkan tubuhnya ke tempat tidur. Tangan kecil dan halus miliknya mencoba untuk memijat lembut kepalanya. rasa sakit ini sama sekali tidak berkurang.
Juan He memejamkan matanya. Dia ingat apa yang Dokter katakan padanya.
_____
Di rumah sakit.
Juan He duduk didepan Dokter begitu mereka selesai melakukan pemeriksaan. Dokter menatapnya dengan serius. “Kapan kamu merasakan rasa sakit kepala?”
Juan He mengingat sesuatu, dia membuka suaranya. “Sekitar 6 bulan yang lalu. Aku pikir hanya sakit biasa jadi aku membiarkannya. Jadi apa aku memiliki penyakit?”
Dokter menganggukkan kepalanya. “Ya. Ini adalah jenis kangker otak pertengahan stadium 3. Seharusnya kamu mengalami sakit untuk setahun ke depan. Tapi sekarang, dalam setengah tahun kamu sudah mengalami rasa sakit.”
Juan He sama sekali tidak memasang wajah ketakutan atau terkejut. “Jadi, apakah ada cara untuk mengobatinya.”
Dokter itu menganggukkan kepalanya. “Cara satu-satunya adalah operasi. Namun dengan stadium ini, tingkat keberhasilannya tidak akan penuh. Bisa dianggap sebuah keberuntungan!”
Juan He menatap kearah Dokter. Dia menganggukkan kepalanya. “Kalau begitu aku akan menghubungi Dokter kembali jika aku sudah siap untuk operasi. “
“Baik Tuan Muda He.”
Juan He keluar dari rumah sakit dan dijemput oleh pelayannya. Zhong Xuan menunggunya. Dia membukakan pintu mobil. Ketika mobil berada di jalan raya, Zhong Xuan bertanya padanya.
“Tuan Muda kamu baru saja keluar dari rumah sakit. Apa yang terjadi padamu?”
“Tidak ada. Hanya pemeriksaan fisik.”
Zhong Xuan menatap kearah lelaki cantik di belakangnya. “Apakah seperti itu?”
“Ya dan berhenti bertanya. Aku lelah ingin beristirahat.” Juan He menjawab.
Zhong Xuan menganggukkan kepalanya. “Kalau begitu aku akan mempercepat kelajuan mobil.”
Juan He membuka matanya dan menatap kearah langit, langit kamarnya. Rasa sakitnya sekarang berkurang. Dia mendengar seseorang mengetuk pintu, Juan He menatap kearah pintu. “Masuk!”
Seseorang membuka pintu dan masuk ke dalam. Dia adalah Wang Ling yang sedang mengantarkan makanan untuknya. Wang Ling menutup kembali. Dia tersenyum kearah Juan He.
Dia dan Juan He adalah teman masa kecil. Mereka hanya berbeda 2 tahun. Karena Wang Li berasal dari keluarga Wang. Keluarga Wang adalah pelayan keluarga Juan sejak seratus tahun yang lalu.
“Tuan Muda He, aku membawakanmu makanan.”
Juan He duduk di tempat tidur. “Letakkan saja di meja!”
Wang Ling menganggukkan kepalanya. Dia berjalan ke meja dan meletakkan makanan disana. Dia melirik kearah Tuan Muda Juan He dan melihat bahwa dia belum menganti pakaiannya.
“Tuan Muda He, kamu belum menganti pakaianmu?”
Juan He menatap kearahnya. Mereka sudah mengenal satu sama lain selama hampir 14 tahun. Jadi Juan He bersikap sedikit ramah pada Wang Ling. “Ambilkan pakaianku dan bantu aku mengantinya!”
Wang Ling tersenyum. Dia segera berjalan menuju lemari kayu dan mengambil satu set piyama untuk Juan He. Remaja itu berdiri begitu Wang Ling datang padanya.
Pria yang menjadi pelayan itu meletakkan pakaian ganti Juan He dan mulai melepaskan kancing pakaian sekolahnya. Dia perlahan melepaskan kemeja putih itu dan melihat bahwa tubuh Juan He kurus.
Wang Ling menatap kearah Juan He. “Tuan Muda He, sepertinya kamu terlihat lebih kurus akhir-akhir ini.”
Juan He tersenyum kosong. “Ya. Mungkin karena aku tidak makan dengan baik.”
Wang Ling sudah mengenakan piyama bagian atas dan membantunya melepaskan celana sekolah dan mengantinya dengan celana piyama. Dia segera tersenyum. “Tuan Muda He, kamu harus makan yang banyak mulai sekarang. Tubuhmu sedikit kurus. Kita hanya berbeda dua tahun namun lihat kamu!”
Juan He menatap kearahnya, dia dengan kasar melototi pria itu. “Apa kamu menghina tinggi tubuhku!”
Wang Ling tersenyum. “Tidak ada. Tuan Muda He, kamu sangat imut dengan penampilan seperti ini.”
Juan He mendengus. Dia berbicara. “Bawakan makananku!”
“Baik.” Wang Ling berjalan mengambil makanan yang ada dimeja. Dia menyerahkannya pada Juan He. Remaja itu mulai memakan makanannya. Tapi rasanya sedikit hambar. Namun dia tidak mengatakan apapun.
Dia menyerahkan makanan yang hanya dia habiskan beberapa gigitan. Wang Ling menerima piring yang masih berisi makanan.
“Tuan Muda He, apakah makanannya tidak enak?”
Juan He menggelengkan kepalanya. “Tidak. Rasanya seperti biasa. Aku kenyang. Sekarang kamu boleh keluar dari kamarku. Jangan lupa matikan lampunya. Aku ingin segera tidur sekarang.”
Wang Ling sedikit mengerutkan alisnya, namun dia menganggukkan kepalanya. “Selamat malam Tuan Muda He.”
Setelah membungkukkan sedikit tubuhnya. dia mematikan lampu ruanganWang Ling berjalan dengan nampan ditangannya. Dia membuka pintu, sebelum menutupnya kembali. Dia menatap kearah tempat tidur.
Dia menutup pintu. Ketika suara itu senyap. Juan He membuka matanya. Memijat sedikit dahinya. Rasa sakit sama sekali tidak berkurang. Juan He menyerah, dia akhirnya memilih untuk memejamkan matanya.
Hanya begitu dia terlelap. Dia bermimpi indah. Dia berada ditaman yang penuh dengan hamparan bunga putih. Juan He bahkan tidak tahu nama bunga didepannya. Ini adalah pemandang terindah yang pernah dia lihat.
“Juan He.”
Remaja itu melirik kearah sumber suara dan menemukan sosok wanita. Rambutnya ditiup oleh angin dan melayang dengan lembut. Wajahnya cantik terlebih lagi ketika dia sedang tersenyum.
Mata Juan He melebar. Sedikit berair. “Ibu.”
“Xiao He, kemarilah!”
Juan He tidak berpikir lagi. Dia segera berlari diantara bunga-bunga putih dan memeluk ibunya. “Ibu, aku sangat merindukanmu.”
Wanita itu tertawa kecil. “Ibu juga merindukanmu. Sudah lama ibu menunggu kedatanganmu. Ayo kita pergi sekarang.”
“Ibu kemana kita akan pergi?”
“Ke tempat yang paling indah.”
Juan He menatap ke belekang dan menemukan tubuhnya terbaring di taman bunga. “Ibu bagaimana dengan tubuhku? Kenapa dia terbaring disana? Aku jelas berada disini?”
Wanita itu berbisik. “Jangan khawatir. Seseorang akan menjaga tubuhmu. Sekarang ayo pergi!”
Chapter 3
Dua sosok itu menghilang seperti dibawa oleh angin yang melayangkan bunga-bunga putih itu. Tidak lama dari dua orang menghilang, sebuah tangan muncul dari tanah. Dia perlahan mencoba untuk menarik dirinya.
Kepala manusia muncul dan setengah tubuhnya juga muncul. Dia memutas posisi tubuhnya. kakinya masih tenggelam didalam tanah. Dia mundur menggunakan tangannya ke belakang dan menarik kakinya.
Sosok remaja kotor akhirnya keluar dari tanah. Pakaian yang dia kenakan seharusnya berwarna putih. Karena dia baru saja keluar dari tanah. Pakain putih tersebut menjadi berwarna coklat kehitaman.
An He menatap sekeliling dan matanya membesar. Ini penuh dengan benda berwarna putih. Ketika dia menatap langit awan putih kecil dan langit biru namun tidak ada matahari. Dia bahkan memutar tubuhnya dan tidak menemukan matahari.
Tempat aneh apa ini?
An He meletakkan kedua tangannya di mulut dan berteriak. “Seseorang.”
Dia hanya mendengarkan suaranya sendiri. “Apakah ada seseorang disini?” An He masih tidak mendengarkan suara apapun. Dia berjalan dengan melewati taman bunga putih. Kelopak seperti kapas itu melayang setiap kali An He melewatinya.
Tiba-tiba dia menemukan seseorang yang terpenjam. An He memperhatikan dengan baik. Dia mendekat dan mencoba memeriksa tubuh tersebut. Namun baru saja dia menyentuh tubuh itu.
Jarinya memanjang dan menipis, tiba-tiba An He berteriak. “Ahhh….”
____
“Ahhhh…” An He segera berteriak dan bangun.
Pernapasannya cepat dan detak jantungnya bergerak dengan gila. Dia menggunakan mulutnya untuk membantu menenangkan diri. Mata hitam tersebut menatap kearah seluruh ruangan.
Kamar ini memiliki nuasa putih dengan berbagai ornamen kamar. Ketika An He menatapnya, kamar ini jelas mewah. Bagaimana bisa dia terjebak di sini. An He sangat ingat bahwa dia baru saja berada ditaman bunga putih dan sekarang dia berada di sebuah kamar mewah dan besar.
An He mengagumi ruangan ini, pertama kalinya dia melihat sebuah ruangan yang mewah seperti ini. remaja itu memperhatikan tangannya, terasa aneh. Tangan ini lebih lembut dari milik dia sebelumnya.
Kedua tangan itu diletakkan pada wajahnya dan pipi ini jelas lebih lembut dari miliknya. Wajah An He sebelumnya sedikit kurus. Sekarang wajah ini sedikit gemuk. An He menyingkirkan selimut yang menutupi setengah tubuhnya.
Tanpa mengenakan alas kaki, dia segera berlari mencari cermin untuk melihat dirinya. Ketika dia melihat pantulan dirinya sendiri dikaca. Mata hitam itu melebar.
An He segera berteriak. “Ah, siapa kamu? Tunggu, tunggu…”
Remaja itu menggerakkan tangannya kearah kanan dan pantulan dicermin juga melakukan hal yang sama. An He mengambil tangannya dan mencubit wajahnya. Pantulan di cermin juga melakukan hal yang sama.
An He meletakkan kedua tangannya pada wajah tersebut. Pergerakan di cermin juga sama. Seluruh tubuhnya merinding. Dia ingat terakhir kali, dia mencuri roti dan akhirnya ditabrak oleh mobil.
An He bahkan tidak melihat siapa pelakunya, dan selanjutnya tidak tahu apa yang terjadi. Tiba-tiba dia keluar dari tanah dan menemukan tubuh orang lain. An He menampar cermin didepannya.
“Tunggu sebentar, sepertinya aku pernah melihat wajah ini sebelumnya.” An He menarik tangannya dari cermin dan menariknya ke dagunya sambil berpikir.
Matanya tiba-tiba melebar. “Ah orang yang ditaman bunga.”
An He memperhatikan dengan jelas orang didepannya dan memang benar. Ini adalah orang yang sama dengan yang ada ditaman bunga putih itu. An He meletakkan tangannya pada dahinya dan memijatnya sedikit.
Dia ingat dengan benar bahwa tadi jarinya tiba-tiba memanjang dan akhirnya dia berada disini. An He menghela napasnya dengan lembut. Dia terjebak didalam tubuh orang ini. apakah dia harus tidur lagi agar kembali ke taman bunga putih.
An He tiba-tiba tersenyum dan tertawa. “Ide bagus. Aku akan tertidur kembali dan mungkin saja aku akan keluar dari tanah dan pergi ke taman bunga putih itu lagi.”
An He berlari menuju tempat tidurnya dan segera memasuki selimut. Begitu tangannya sudah berada diatas dadanya. Seseorang mengetuk pintu kamarnya. Dia belum memejamkan matanya dan seseorang mengetuk pintu kamar ini.
“Tuan Muda, saatnya untuk bangun!”
An He menatap dengan bingung kearah kamar. (???) Siapa yang dia panggil Tuan Muda?
Pelayan itu tidak mendengarkan jawaban dari dalam kamar. Dia memegang ganggang pintu dan membukanya. Dia melihat bahwa Juan He menatap kearah kamarnya. Ternyata orang ini sudah bangun tidur. Kenapa dia tidak menjawab.
Pria itu menarik ujung bibir. “Tuan Muda, selamat pagi. Saatnya bagi anda untuk pergi ke sekolah.”
Mata An He sedikit terkejut ketika dia melihat penampilan pria ini. Dia jelas bukan orang asia ah, lebih tepatnya ke barat. Mata birunya terlihat jelas dengan rambut pirang yang dia miliki.
Tubuh An He langsung merinding. “S-sekolah?”
Pelayan itu menarik satu alisnya. Lalu penampilannya kembali seperti semula. Dia menarik ujung bibirnya dan tersenyum. “Tuan Muda, ini baru saja hari rabu, tentu saja anda harus bersekolah. Terutama anda sudah ditahun terakhir!”
An He memegang kepalanya dan tertawa kosong. “Haha.. Kamu benar juga. Jadi aku harus pergi mandi sekarang?”
Libert Auston semakin merasa aneh. Namun dia berbicara. “Apakah Tuan Muda ingin saya membantu anda mandi?”
Fuck!!! Jiwa An He langsung berteriak.
Tidak tidak masalah dengan mandi tapi bagaimana dengan sekolah. Seumur hidupnya, dia tidak pernah menginjakkan kakinya ke sekolah dan juga, sangat beruntung dulu dia pernah belajar membaca dan menulis.
“Cough. Aku akan segera mandi sekarang.” An He menyingkirkan selimutnya dan berjalan, namun dia berjalan ke pintu ruangan belajarnya. Libert Auston langsung menegurnya. “Tuan Muda, bukankah kamu ingin mandi? Kenapa pergi ke ruangan belajar?”
“Ah.” An He merasa bodoh. “Aku… aku lupa sesuatu! Jadi aku ke sini sebentar. Tapi sudahlah, aku ingin langsung mandi.”
An He mencoba melirik dan tersisa hanya satu pintu saja. Dia membuka pintu dan menutupnya. Remaja itu langsung terduduk. “Ah aku kacau, aku kacau. Bagaimana ini? bagiaman kalau di dalam tubuh ini sebenarnya orang lain. Aku bisa mati lagi!”
An He langsung mengosok rambutnya dan membuatnya semakin berantakan. “Tenang, tenang. Selama aku bertingkah seperti Tuan Muda. Aku akan selamat.”
“Tuan Muda?” An He menyadari sesuatu. Dia segera berdiri. Menepuk piyama tidurnya. “Tuan Muda. Haha… Tidak buruk juga. Baiklah, sekarang aku adalah Tuan Muda. Tapi Tuan Muda siapa?”
An He melihat sekeliling ruangan mandi. Matanya tertuju pada benda putih yang ada disudut ruangan. Ini pertama kalinya dia melihat benda yang ada didalam iklan. Seorang wanita yang masuk ke dalam benda putih ini dan atas tubuhnya di kelilingi oleh bunga.
“Ah, ini bak mandi.” An He menggosok benda putih besar itu. Matanya bersinar cerah. Mata hitam itu melirik kearah shower. Dia merasa bingung, disana ada dua tombol. Yang satu biru dan yang lainnya merah.
An He langsung menekan tombol biru. Air dingin langsung turun dari atas shower. “Waaa…. Ini dingin….”
Chapter 4
Albert Auston mendengar teriakan dari kamar mandi. Dia segera pergi mendekat. Pria berdarah barat itu mengetuk pintu kamar mandi. “Tuan Muda apa yang terjadi?”
“Ah, dingin… air-nya dingin.”
Albert Auston tidak mendengarkan suara An He. Yang dia dengar hanya suara air yang jatuh ke lantai. Pria berambut pirang itu segera menendang pintu kamar mandi. Dia melihat bahwa Tuan mudanya sedang duduk dilantai.
Albert Auston segera mematikan air, tubuh An He menjadi kedinginan. Ketika pria itu menatapnya, dia melihat bibir pucat itu bergetar. “Tuan Muda, kenapa kamu menggunakan air dingin di pagi hari.”
An He menatap kearah pria barat didepannya. Dia memegang kedua bahunya sambil mengigil. Albert Auston menyiapkan air hangat untuk Tuan mudanya. An He menjauh, Albert Auston membantu An He melepaskan pakaiannya.
Ketika tangan besar itu mencapai kerah piyama An He. Remaja itu mundur selangkah. “A-apa yang ingin kamu lakukan padaku?”
Albert Austin menatap bingung kearah Tuan Muda-nya. Biasanya dia memang membantu Tuan Muda-nya mandi. Dia merasa aneh karena hari ini Tuan Muda-nya bertingkat tidak seperti biasa.
“Tuan Muda, aku ingin membantumu melepaskan pakaian. Jika kamu masih mengenakan pakaian yang terkena air dingin. Kamu akan kedinginan. Saya sudah mempersiapkan air hangat untuk anda. Jadi biarkan saya melakukan pekerjaanku seperti biasa.”
An He membeku ketika dia mendengar apa yang pria tampan ini katakan. Pekerjaannya seperti biasa. Apakah Tuan Muda ini mandi dibantu oleh pelayannya.
Albert Auston menatap kearahnya. “Tuan Muda?”
“Ah, ya. Bantu aku mandi.” Wajah An He sedikit pucat dengan bibir yang membiru. Albert Auston sedikit merasa kasihan ketika dia menatap wajah An He. Tiba-tiba hidung remaja itu terasa gatal.
“Acchoo…”
Pelayan tampan itu berbicara. “Tuan Muda, segera masuk ke dalam air hangat.”
An He menganggukkan kepalanya. Setelah melepaskan pakaiannya. An He masuk ke dalam bak mandi yang diisi dengan air hangat. Tubuhnya yang dingin sekarang menjadi hangat.
Setelah mandi, An He dibantu oleh Albert Auston. Dia mengeringkan tubuhnya dan keluar dari kamar mandi. An He tidak tahu harus berbuat apa. Itu benar-benar memalukan. Dibantu oleh orang lain mandi.
Tapi tubuh ini sudah terbiasa. Bagaimana bisa An He menolaknya. Jika dia ingin bertahan di sini, maka dia harus bertingkah seperti tubuh ini. Albert Auston pergi ke lemari dan mengambil pakaian yang rapi.
An He merentangkan tangannya dan Albert Auston membantunya dengan cepat. Dia sudah selesai dengan pakaiannya. Albert Auston membawakan sarapan untuknya. An He menatap makanan didepannya.
“Tuan Muda.”
“Aku akan memakannya.” An He segera menjawab.
Dia mengambil sendok dan memakan bubur itu. Setelah menghabiskan semangkuk bubur dia meminum susu-nya. Albert Auston merasa bahwa Tuan Muda-nya memang bertingkah aneh hari ini.
Biasanya dia akan berkomentar tentang sarapannya. Baik itu enak atau tidak, semuanya pasti diberi komentar buruk namun pagi ini. dia memakan habis semua bubur yang ada didalam mangkuk tanpa berkomentar.
Albert Auston menerima mangkuk kosong yang diberikan oleh An He. Remaja itu makan dengan cepat seperti dia benar-benar kelaparan. Ketika dia selesai minum susunya. Ada jejak putih yang menempel pada bibir atasnya.
Pria berambut pirang itu langsung menggosok bibir atasnya dan membuat jejak putih menghilang. An He yang tiba-tiba diperlakukan seperti itu. Dia terkejut dan tanpa sadar membuat perlindungan diri.
Entah kenapa perlindungan diri An He terlihat lucu. Albert Auston meletakkan tangannya di bibirnya dan batuk kecil. “Tuan Muda, saya hanya membantu anda menyeka sisa susu dibibir atas anda. Saya tidak berniat untuk menyerang anda.”
An He tertawa bodoh. “Ya, kamu benar. “
Albert Auston memperbaiki posisinya dan dan sedikit membungkukkan tubuhnya ke depan. “Tuan Muda, saatnya untuk anda berangkat ke sekolah. Pelayan Zhong akan mengantarkan anda ke sekolah.”
An He menganggukkan kepalanya. Dia berjalan ke pintu dan ketika matanya melihat ruangan didepannya. Matanya melebar, rumah ini benar-benar mewah. Ini pertama kalinya dia melihat rumah sebesar dan semewah ini.
Ini rumah atau istana? Sangat besar ah!
Dalam pikiran An He. Dia sangat senang karena bisa masuk ke dalam rumah yang sangat mewah ini. rasanya seperti mimpi bisa berada di rumah ini. An He melirik kearah bawah. Dia melihat lantai putih dan sofa didepan TV.
Dia melirik kearah lampu Kristal yang sangat besar dan mewah. Benar-benar orang kaya yang beruntung. Namun tanpa sadar An He tersenyum. Albert Auston menatap kearah wajah An He yang membengku dan mengagumi sesuatu.
“Tuan Muda. Apakah kamu baik-baik saja?”
Senyum diwajah An He segera menghilang. Dia menatap kearah pelayannya. “Tentu saja aku baik-baik saja! Sangat baik.” An He tersenyum. Sangat baik karena menjadi kaya dan seorang Tuan Muda. Ah. Surga, kamu benar-benar baik!
Ini pertama kalinya dia melihat senyuman Tuan Muda-nya sejak dia bekerja disini. Dia sedikit terpana melihat senyum itu. Wajahnya yang selalu dingin sekarang berubah menjadi cerah.
Senyum itu menambah nilai keindahan wajahnya. Albert Auston benar-benar terpana dan membeku selama beberapa detik. Dia segera sadar dan tersenyum. “Kalau begitu Tuan Muda harus turun sekarang karena sekolah anda akan dimulai 25 menit lagi dari sekarang.”
What the fuck? Aku hampir melupakan bahwa orang ini bersekolah. An He menganggukkan kepalanya. dia melihat tangga yang besar dan terbuat dari keramik yang indah. tangga itu memiliki warna coklat Muda.
Dibawah seseorang menunggu kedatangannya. Dia pria yang tinggi, memiliki warna rambut hitam dan mata hitam. Di wajahnya terdapat senyum tipis. Namun secara naluri dia merasa bahwa pria ini berbahaya.
Ketika melihat An He sudah berada dilantai bawah. Zhong Xuan tersenyum. “Selamat pagi Tuan Muda!”
An He menganggukkan kepalanya. dia melihat kearah Zhong Xuan. Benar-benar tipe yang berbahaya. Karena An He sudah hidup dijalanan hampir 10 tahun. Dia mengerti beberapa ekspresi dan juga perasaannya lebih peka.
Instingnya juga selalu mengatakan bahwa apa yang dia pikirkan adalah kebenaran. Albert Auston memberikan tas sekolah An He pada Zhong Xuan. Pria itu mengambil tas dan tersenyum.
“Tuan Muda, saatnya untuk berangkat ke sekolah.”
An He menganggukkan kepalanya. “Y-ya.”
Kedua orang itu keluar dari dalam rumah dan didepan mereka ada sebuah mobil hitam yang mewah. Mata An He terpesona ketika melihat benda hitam itu.
Chapter 5
Zhong Xuan menatap kearah Tuan Muda-nya. “Tuan Muda?”
An He keluar dari lamunannya dan pergi masuk ke dalam mobil yang sudah dibukakan oleh Zhong Xuan. Ketika Tuan Muda-nya sudah masuk. Pria itu menutup pintu mobil dan berjalan memutar.
Dia menghidupkan mesin mobil dan berjalan meninggalkan halaman kediaman keluarga Juan. Ini pertama kalinya An He masuk ke dalam mobil. Tentu saja matanya menunjukkan banyak ketertarikan.
Jadi dia menatap kearah seluruh mobil sampai-sampai Zhong Xuan memperhatikannya dengan aneh. “Tuan Muda, apa kepalamu masih tidak terasa nyaman?”
“Sudah membaik. Tidak ada masalah.” An He tersenyum. Namun di dalam hatinya, memangnya orang ini sakit tadi malam? Ketika aku bangun, sama sekali tidak merasakan apapun.
Zhong Xuan cukup terkejut ketika melihat Tuan Muda-nya tersenyum. Setelah bekerja disini selama dua tahun, dia belum pernah melihat remaja cantik ini tersenyum padanya. Dia menyipitkan matanya dan menatap berbahaya kearah An He.
Dia terlihat seperti orang lain. biasanya aura yang Tuan Muda-nya berikan adalah dingin dan terlihat seperti, jangan mendekatiku, kalian mahluk rendahan. Namun sekarang kesan yang diberikan Juan He adalah remaja cantik yang cerah dan bersemangat.
Dia tidak membenturkan kepalanya ke dinding dan tiba-tiba kepribadiannya langsung berubah kan? Benar-benar mustahil.
An He bersemangat sendiri didalam mobil, dalam 15 menit. Mereka sampai di gerbang sekolah. Zhong Xuan keluar lebih dulu, ini adalah salah satu sekolah elit yang ada di kota Y. Juan He masuk ke dalam sekolah ini tentu saja dengan bantuan uang keluarganya.
Jika tidak, bagaimana seorang preman sepertinya bisa masuk ke dalam sekolah elit seperti ini. Ketika Zhong Xuan keluar untuk membukakan mobil. Beberapa gadis berhenti dan memperhatikan dengan tatapan kagum kearah pria itu.
An He keluar dari dalam mobil dan menyeret tas punggungnya. Beberapa gadis tersenyum melihat kearah Zhong Xuan. Pria itu tersenyum ramah. “Tuan Muda, tolong belajar dengan benar dan nikmati masa sekolahmu!”
Meskipun pria itu tersenyum. Namun matanya benar-benar menyipit tajam. Tubuh An He segera merinding. Berbeda dengan gadis-gadis yang ada dibelakang An He. Mereka menutup mulutnya sambil berteriak.
“Kyaa…”
“Dia tampan sekali..”
“Keluarga Juan memang luar biasa..”
Tidak ada yang luar biasa dari ini, kalian para gadis penggila pria tampan. An He mengutuk para gadis-gadis di dalam hatinya. Dia menarik ujung bibirnya namun matanya sedikit turun ke bawah.
“Ya. Aku pasti akan menikmatinya. Kalau begitu, aku akan ke kelas lebih dulu!”
An He langsung melangkah dengan cepat meninggalkan Zhong Xuan yang berada disamping mobil. Pria itu menatap kearah remaja yang memasuki pagar sekolah. Matanya sedikit menyipit dan ujung bibirnya tertarik ke atas.
Sepertinya dia sedikit menarik.
Zhong Xuan tahu bahwa dia diperhatikan oleh gadis-gadis SMA, dia menatap kearah mereka. Melambaikan tangan dan tersenyum. Para gadis itu semakin berteriak kencang. Zhong Xuan masuk ke dalam mobil. Membawa mobil hitam itu ke jalan raya dan meninggalkan sekolah Juan He.
An He berada di perjalanan masuk ke dalam kelas. Dia mendengarkan beberapa bisikan para gadis. Mereka sepertinya membicarakan tentangnya. “Pelayannya sangat tampan. Setiap hari menjemput dan mengantarkannya.”
Lalu gadis yang lain berbisik. “Dia sangat beruntung. Pelayanku bahkan tidak ada yang seperti mereka.”
“Kamu tidak tahu bahwa pelayan keluarga Juan sangat Muda dan semuanya tampan. Terutama yang menjadi pelayan Juan He.”
“Terlalu beruntung. Padahal dia adalah laki-laki, kenapa memiliki pelayan pria.”
Ketiga gadis itu terus berbisik. An He mendengarkan apa yang mereka katakan. Sejujurnya setelah melihat ketiga pelayan pria di rumahnya. Mereka memang semuanya tampan.
Lalu kenapa Tuan Muda ini memiliki pelayan yang tampan. Mungkinkah karena dia sebenarnya menyukai pria tampan. Ahhhh…. Tidak mungkin, dia tidak mungkin menyukai pria tampan. Tapi semua pelayannya menjadi bukti.
Ketika An He sibuk berpikir, seseorang langsung datang dan memeluknya. “Xiao He… ayo ke kelas bersama.”
An He menatap kearah remaja lelaki yang memiliki tinggi yang sama dengannya. Siapa orang ini. ah, kenapa dia berada didalam tubuh ini dan sama sekali tidak meninggalkan kenangan apapun.
Melihat An He menatapnya bingung. Remaja itu langsung cemberut. “Kenapa menatapku seperti kamu tidak mengenalku sama sekali. Aku akui kamu memang bodoh, tapi tidak perlu memasang wajah seperti orang idiot.”
Apakah kebingunganku ini seperti orang idiot? Pikiran An He menangis. Dia akui kalau dia mungkin sedikit idiot, dia belum pernah menginjakkan kakinya di sekolah. Remaja itu menarik tangannya.
“Panggil aku, Xiao Zhan!”
“Xiao zhan.” An He memanggil namanya. Tiba-tiba remaja itu langsung berhenti dan memberikan tatapan sedikit ngeri. Hei, apa-apaan dengan tatapan seperti itu?
“Apakah kamu benar-benar Juan He? Kamu selalu memanggilku, Lee atau Zhan tidak pernah memanggilku Xiao Zhan. Apakah otakmu terbentur sesuatu, atau kamu sekarang dirasuki oleh hantu. Sebaiknya aku memanggil seorang biksu untuk mengusir hantu dari tubuhmu.”
Remaja itu menatap kearah An He. Wajah An He menjadi kaku dan urat biru muncul pada dahinya. Tanpa sadar dia langsung memukul kepala Lee Zhan. “Perhatikan kata-katamu.”
Lee Zhan yang dipukul oleh An He, dia merasakan sedikit rasa sakit dan tersenyum. “Ternyata kamu tidak dirasuki oleh hantu. Kukira kamu akan dirasuki oleh salah satu hantu penunggu sekolah ini.”
Remaja itu tersenyum dan tertawa kecil. Dia berjalan menuju kelasnya. Urat biru muncul pada dahi An He, lalu dia mengutuk remaja yang didepannya. Kamu yang di rasuki oleh hantu, seluruh keluargamu di rasuki oleh hantu!!
Lee Zhan melihat bahwa Juan He tidak mengikutinya. dia berbalik untuk melihat bahwa remaja itu masih di tempat yang sama. “Apa yang kamu tunggu? Ayo masuk ke dalam kelas. Jika kamu sedang menunggu gadis, percayalah, tidak ada yang akan menyukaimu.”
An He mengerutkan alisnya. Dia mengikuti langkah remaja yang ada didepannya. Lalu tanpa sadar dia bertanya. “Kenapa?”
Lee Zhan menatap dengan tampang bodoh kearah Juan He. “Kamu sendiri yang mengatakannya kamu tidak suka gadis dan kamu adalah gay!”
What the fuck? Apakah tubuh ini benar-benar mengatakan bahwa dia adalah gay? Tubuh An He membeku. Lalu pikirannya menangisi nasib-nya. Dengan ini, kehidupanku harus berakhir dibawah pria ah.
An He berjalan mendekati Lee Zhan. “Bukankah seorang gay bisa berubah?”
Lee Zhan menatap kearahnya. Dia langsung mengelengkan kepalanya. “Itu tidak mungkin. Karena kamu sendiri yang mengatakan, ‘Dalam seumur hidupku, aku hanya mencintai pria’ seperti itu.”
Pikiran bodoh An He langsung terjatuh dan menangis.
Chapter 6
Lee Zhan melihat ekspresi An He, dia mendengar suara lonceng sekolah berbunyi. Remaja itu menarik tangan An He dan keduanya segera berlari. “Hei, kenapa kita harus berlari?”
Lee Zhan menatap ke belakang sebentar lalu pandangannya kembali ke depan. “Kamu lupa bahwa hari ini, guru pemarah itu mengajar di pagi hari. jika dia tahu bahwa kita terlambat, dia akan memarahi kita sampai pada jam kelas berakhir.”
Wajah An He sangat bodoh, dimarahi oleh seorang guru dan itu selama jam pelajaran. Benar-benar hal yang cukup dilakukan. Sayang sekali, meskipun mereka sudah berlari tetap saja keduanya terlambat masuk ke dalam ruangan kelas.
Lee Zhan segera membuka pintu dan seluruh pandangan kelas tertuju kearah mereka. Lee Zhan dengan tulus meminta maaf. “Maaf Guru Man, atas keterlambatan kami berdua.”
Guru pemarah itu sebenarnya adalah wanita separuh baya. Lee Zhan dan An He masuk ke dalam namun hanya berdiri didekat pintu. Guru Man itu menatap kearah kedua remaja yang baru saja datang.
Awalnya dia ingin membiarkan mereka masuk ke dalam kelas, namun pandangannya jatuh pada seorang remaja yang suka membuat masalah di sekolah. Guru Man sangat marah. Dia menatap ke An He.
“Sangat bagus untuk kalian berdua. Datang terlambat, kalian pikir sekolah ini milik keluarga kalian. Dan kamu Juan He, pergi ke luar dan berdiri didepan kelas!” An He tidak tahu siapa yang guru Man itu panggil. Namun Lee Zhan menatapnya. Dia berbisik dengan nada pelan. “Guru Man memintamu untuk pergi keluar dan berdiri didepan kelas.”
“Aku? Kenapa hanya aku? Kita berdua sama-sama terlambat!”
Lee Zhan segera berbicara. “Mungkin sebelumnya kamu sudah mengerjai guru Man sehingga dia marah padamu. Dia masih menyimpan dendam dan ketika kamu terlambat di kelasnya kamu di hukum.”
An He tidak punya pilihan. Dia pergi keluar dan berdiri disana. seluruh kelas merasa bingung dan terkejut dengan apa yang An He lakukan. Guru Man juga sama, biasanya remaja itu tidak mendengarkan apa yang dia katakan.
Dia pasti suka melakukan apa yang dia inginkan. Namun sekarang, dia berada di luar dan berdiri didepan kelas. Lee Zhan menatap bodoh, namun dia merasa bahwa Juan He sangat aneh hari ini.
Guru Man batuk dan segera memulai pelajaran. An He berada di luar ruangan dan mendengarkan perkataan guru Man. Dia bahkan tidak mengerti apa yang dikatakan guru itu. Apa yang dia ajarkan?
An He sibuk bermain dengan jarinya. Tiba-tiba sosok tinggi dan tampan yang memiliki kepribadian dingin hanya dengan sekali lihat. Dia menatap kearah An He yang menundukkan kepalanya dan bermain dengan jarinya.
Kenapa orang itu berdiri di depan kelas, dia biasanya tidak pernah melakukan ini meskipun dia membuat masalah?
Lelaki tampan itu sebenarnya tidak begitu peduli dengan apa yang An He lakukan. Namun ketika sebelum dia melewatinya, lelaki tampan itu berdiri didepan An He. Remaja yang sibuk bermain dengan tangannya itu melihat sepasang sepatu bagus berhenti didepannya.
Dia menatap dari kaki sampai keatas, pikiran An He mengutuk orang didepannya. Kenapa orang ini tinggi sekali, bahkan jarak pandangan lurusnya hanya pada dadanya. An He mengangkat kepalanya dan melihat lelaki tampan berdiri didepannya.
Fuck, dia sangat tampan?
An He menatap dengan bingung kearah orang didepannya. Lelaki itu hanya menatap kearah orang yang ada didepannya. Bagaimana mungkin orang ini adalah Juan He? Dia pernah bertemu dengannya beberapa kali dan dia bisa melihat bagaimana orang ini memukul dan meninju lawan mainnya.
Dan juga, Juan He selalu memberikan pandangan menakutkan pada orang lain. Rumor-nya adalah dia seorang gay. Namun tidak ada yang berani menggosibkan dia secara terang-terangan dan membully-nya.
Karena dia pasti akan mengirim mereka pergi ke rumah sakit.
An He merasa ditatap dengan pandangan seperti itu dia merasa sedikit tidak nyaman. “Kamu membutuhkan sesuatu?”
Lelaki tampan itu hampir tercengang dengan apa yang dia lihat. Pada saat dia ingin berbicara, seorang wanita separuh baya keluar dan memarahinya. “Juan He, kamu berani berbicara setelah aku menghukummu.”
An He merinding. “T-tidak, Guru kamu salah paham.”
Lelaki tampan itu memperhatikan tinggah Juan He, dia sedikit menyipitkan matanya. Ketika guru Man menatap kearah lelaki tampan itu, dia memiliki wajah cerah. “Guang Hao, kamu terlambat lagi!”
Lelaki tampan itu menatap kearah guru Man, dia tersenyum. “Guru Man, aku sangat minta maaf karena terlambat. Aku memiliki beberapa bisnis yang harus dilakukan. Jadi, aku terlambat datang ke kelasmu.”
Guru Man itu tersenyum. “Ya, aku tahu bahwa kamu akan terlambat. Karena ini adalah bisnis keluargamu aku tidak bisa memarahi-mu karena ini. kamu bisa masuk ke dalam kelas!”
Wajah An He tercengang. Dia jelas lebih terlambat darinya dan dibiarkan masuk ke dalam kelas. Ekspresi orang bodoh muncul diwajah An He. Guang Hao tidak sengaja menatap wajah tersebut.
Dia menarik ujung bibirnya dan tersenyum kearah An He. Dia menggerakkan bibirnya. “Idiot!”
Wajah An He memerah ketika dia membaca gerakan bibir Guang Hao yang mengatakannya idiot. Bajingan, aku akan membalasmu nanti, lihat saja itu!
Guru Man melihat Guang Hao masuk ke dalam kelas dan dia menatap tajam kearah An He. “Dan kamu, dilarang bergerak dari sana dan berbicara dengan siapapun!”
Setelah itu guru Man masuk ke dalam kelas. An He menatap pintu tertutup dan tercengang. Bukankah ini seperti diskriminasi? Bagaimana aku tetap di hukum dan lelaki bermarga Guang itu bisa masuk ke dalam kelas? Ini namanya ketidakadilan.
Bell pelajaran pertama berdering. Semua siswa memiliki waktu istirahat selama 25 menit. Lee Zhan keluar dengan wajah kusut. Dia menatap kearah Juan He yang masih berdiri. Tiba-tiba wajah kusutnya berubah menjadi tertawa.
“Ahahaha… Juan He, lihat wajahmu! Apa baru saja lalat masuk ke dalam mulutmu!”
An He merasa kesal. “Tutup mulutmu!”
Lee Zhan tertawa dan menggandeng bahu An He. “Letakkan tasmu dikursimu. Kita pergi ke kantin sekarang. Aku tidak sempat sarapan pagi ini, sepanjang pelajaran guru Man, perutku terus berbunyi!”
An He tidak tahu dimana kursi Lee Zhan, jadi dia meletakkan dimana kursi yang kosong. Ketika dia meletakkan tasnya. Dia mendapat terguran dari orang belakangnya. “Apa yang kamu lakukan di meja-ku?”
An He melirik ke belakang dan menemukan bahwa orang itu adalah Guang Hao yang mengatakannya idiot. Wajahnya langsung cemberut. Lee Zhan masuk dan bertanya. “Xiao He, apa yang kamu lakukan? Kursimu ada di dekat jendela kaca!”
Chapter 7
An He segera pindah dan meletakkan tasnya ke meja yang didekat jendela. Dia melirik sebentar kearah Guang Hao dan pergi meninggalkan lelaki tampan itu. Lee Zhan sudah menunggunya di luar ruangan.
Mereka berdua berdua berjalan menuju lorong. Karena ini adalah sekolah elit, kantin dibagi menjadi tiga bagian. Pertama kantin lantai bawah, kantin lantai dua dan kantin lantai tiga.
Karena kelas Lee Zhan dan An He lantai tiga. Mereka pergi ke kantin yang ada di lantai ini. mereka berdua akhirnya datang ke kantin. Mata An He menatap kearah ruangan yang lebar. Dia benar-benar kagum dengan ruangan ini.
Lee Zhan menatap kearah An He. “Apa yang ingin kamu makan?”
An He menatap kearah menu makanan dan dia menunjuk dengan jarinya. Pelayan yang memperhatikan, dia menganggukkan kepalanya. sangat jarang siswa memakan makanan ini, pada saat jam ini.
Lee Zhan pergi ke bagian lain dan memesan semangkuk ramen. Ketika pesanan An He datang. Dia diminta bayaran. An He mencoba mencari barangnya dan dia lupa, dompetnya mungkin tertinggal di dalam kelasnya.
An He menatap kearah pelayan. “Tunggu sebentar aku akan kembali!”
Begitu dia membalikkan tubuhnya. Dia langsung menabrak tubuh orang lain. An He langsung memegang hidungnya. “Ah, sakit sekali!”
Ketika An He menatap ke atas. Matanya terbuka lebar. Kenapa harus dia lagi? Guang Hao menatap kearah An He dan melirik kearah pelayan. “Ambil ini dan bayar makananya!”
Pelayan itu tersenyum dan mengambil kartu Guang Hao. Pelayan itu menyerahkan kembali kartu milik Guang Hao. Lelaki tampan itu mengambil nampan makanan An He dan menyerahkan itu padanya.
An He menerima makanannya dan melihat bahwa Guang Hao bergerak ke stand makanan lain. dia menatap bingung, lalu jika dia tidak membeli makanan di sini, kenapa dia berada dibelakangku!
Lee Zhan melambaikan tangannya. An He datang dan duduk diarah yang berlawanan dengannya. “Aku melihat Guang Hao berada dibelakangmu. Apa yang dia lakukan?”
An He menjawab dengan jujur. “Dia membayar makananku!”
Makanan yang baru saja di makan oleh Lee Zhan langsung keluar dan dia batuk beberapa kali. “Apa? Dia membayar makananmu!”
An He menganggukkan kepalanya. dia melihat meja yang sedikit kotor. Namun dia sama sekali tidak memperdulikannya. Makanan didepannya terlihat enak. An He mengambil sendok dan memakannya.
Lee Zhan melihat bahwa Juan He tidak marah dengan apa yang dia lakukan. Remaja itu merasa bahwa orang didepannya ini orang lain. “Kamu sama sekali tidak jijik?”
An He menatap kearah Lee Zhan. Apa yang menjijikan dari itu, aku pernah mencari makan di tempat sampah, bahkan makanan itu hampir dikatakan basi!
An He tidak menjawab. Namun tiba-tiba dia merasa bahwa seseorang memberikannya pandangan. Ketika An He menatap kearahnya, dia adalah Guang Hao. Lee Zhan juga menatap kearah pandangan An He dan menemukan bahwa lelaki tampan bermarga Guang memandang kearah mereka.
“Kenapa orang itu memandang kearah kita?” An He bertanya pada Lee Zhan. Remaja itu mengambil beberapa tisu dan membersihkan meja makan. Bekas makanan Lee Zhan sudah tidak ada dimeja.
“Mungkin karena kamu sudah meminta uangnya!”
An He menolak pendapat tersebut. “Bagaimana mungkin? Aku tidak meminta uangnya. Dia sendiri yang mengatakan untuk membayarnya.” An He meletakkan tangannya pada ujung hidupnya yang memerah.
“Kamu lihat! Hidungku masih memerah karena menabraknya. Lee Zhan memang merasa aneh ketika dia melihat An He datang dengan hidung memerah. Remaja itu tertawa. “Aku pikir kamu terserang flu mendadak. Ternyata hanya menabrak orang itu.”
An He merasa kesal ketika dia mendengarkan suara tawa Lee Zhan. “Siapa dia?”
Lee Zhan menatap kearah An He dengan pandangan tidak percaya. “Kamu tidak mengenalnya? Dia adalah putra tunggal keluarga Guang, kamu tahu Guang. Dia adalah pemilik perusahaan yang ada di kota ini. Aku tahu keluargamu sangat kaya, aku pikir keluarga Guang tidak jauh berbeda dengan keluargamu!”
“Guang? Perusahaan apa yang mereka miliki?”
“TI technology.”
“Oh…” An He menjawab santai, ketika dia ingin makan makananya. Dia mengingat sesuatu. “Tunggu, TI technology, perusahaan terbesar di kota ini. mereka adalah konglomerat.”
Lee Zhan menatap kearah Juan He. Ekspresinya sedikit datar. “Bukankah keluargamu juga konglomerat. Bedanya, ayahmu lebih suka mengembangkan perusahaan di luar negeri.”
An He menganggukkan kepalanya. mereka bedua menyelesaikan makannya dan kembali ke dalam kelas. Tidak jauh dari mereka datang, Guang Hao juga masuk ke dalam kelas. An He dengan serius mendengarkan guru mengajar.
Namun di dalam pikirannya. Dia sama sekali tidak mengerti. Jam pelajaran hari ini berakhir. Semua siswa bersiap untuk pulang. Lee Zhan melihat bahwa mobil hitam menunggu di samping gerbang.
Remaja itu sangat mengenal mobil hitam itu. Dia menatap kearah An He. “An He, orangmu sudah datang menjemput!”
An He juga melirik ke luar dan menemukan bahwa Zhong Xuan sudah menunggunya di luar. Dia mengambil tasnya. “Aku akan pergi lebih dulu!”
Guang Hao menatap kearah An He dan pergi bersamanya. Setiap kali An He melangkah, lelaki tampan itu melangkah juga bersamanya. Remaja itu melirik ke belakang dan menemukan Guang Hao dibelakangnya.
“Aku tidak berpikir bahwa kamu mengikutiku!”
“Apakah aku tidak bisa pulang ke rumahku?” Guang Hao bertanya. An He menatapnya, tentu saja siapa yang peduli apakah kamu ingin pulang atau tidak. hanya saja, berhenti melangkah di belakangku!
An He tidak menjawab. Dia hanya terus melangkah dan akhirnya mereka sampai di halaman sekolah. Disana banyak gadis-gadis sudah berkumpul hanya untuk menatap kearah Zhong Xuan.
Ketika pria tampan itu menatap kearah An He, dia melambaikan tangannya dan tersenyum. “Tuan Muda He.”
Beberapa gadis langsung melirik kearah An He dan memberinya tatapan tajam. Mereka belum puas menatap Zhong Xuan dan orang ini sudah berada disini. Guang Hao berdiri disamping An He.
“Sepertinya pelayanmu cukup terkenal di sekolah ini.” An He segera melangkah ke samping ketika dia mendengar suara bisikan dari Guang Hao. Pria itu menatapnya dengan datar.
An He memegangi telinganya. Telinganya sedikit memerah. Sialan, jika aku memiliki riwayat penyakit jantung. Aku pasti sudah meninggal sekarang.
Zhong Xuan menatap kearah Guang Hao dengan tatapan tajam, lalu kearah Tuan Muda-nya. “Tuan Muda He, saatnya untuk kembali.”
“Ya.” An He masuk ke dalam mobil ketika Zhong Xuan membukakannya pintu mobil. Dia menutup pintu begitu An He sudah masuk. Dia menatap kearah Guang Hao. “Apakah Tuan Muda Guang juga ingin pulang bersama kami?”