TDTB – Chapter 1 (Bocah Kecil Itu)

Mereka memanggilnya Sin. Sin si omega. Sin si bocah kecil yang sangat di sayangi, sebagai boneka pemuas nafsu tentunya. Bocah omega yang memiliki aset terbaik bagi para Alpha dewasa yang menyantap tubuhnya bergantian. Tubuh kecil yang nampak begitu sempurna karena tak memiliki satupun kecacatan. Wajah manis dan cantik yang selalu damai bila dipandang. Juga, mata lebar dengan manik coklat yang selalu nampak sayu, membuat siapapun yang melihatnya selalu ingin mendekat dan memilikinya.

Tidak tertinggal, suara manisnya yang selalu mampu meningkatkan gairah para Alpha. Mereka yang disetiap malam berlomba dan berebut untuk segera memiliki bocah omega malang itu. Bocah yang hanya dibiarkan untuk menunggu seorang datang mengambilnya, kemudian menikmati tubuhnya sepuasnya. Selalu seperti itu, bergantian hingga pada akhirnya pagi datang dan kegiatan menyiksa itu berakhir.

Tak ada satupun orang yang mau peduli. Bagaimana bocah omega malang itu menahan sakit karena perbuatan para pelanggan yang sering kali memaksanya melakukan beragam hal yang menakutkan namun nikmat bagi mereka.

Disaat luka lama mulai membaik, datang luka baru yang terasa lebih menyakitkan. Berjalan dengan terseok adalah hal yang hampir setiap saat terjadi. Bagaimana tidak? Ia harus menahan besarnya alat kenikmatan para pelanggan yang memaksa memasuki lubang kecilnya di belakang sana.

Menyakitkan. Hal itu sangatlah teramat sakit.

Meski, mulutnya selalu melontarkan kalimat kenikmatan yang meminta para pelanggan untuk lebih lama menikmati tubuhnya namun, adakah yang mengerti jika bocah omega malang itu sedang berusaha membunuh dirinya sendiri karena beratnya rasa sakit yang ia terima?

Mungkin, memang lebih baik ia mati. Dengan begitu, ia tidak akan lagi menerima perlakuan kasar dan menjijikan itu.

“Hiks..Hiks…Sakit..Aku tidak mau lagi, Hiks…Sakit…”

Disaat dia sendiri, tangis selalu menjadi temannya. Rasa sakit sudah menjadi seperti makanannya. Hanya pada waktu matahari bersinar saja, rasa sakit itu setidaknya tidak ada. Setidaknya, ia bisa bernafas dengan lega. Setidaknya, ia bisa bebas menangis.

Seharian menangis, hingga ia jatuh terlelap karena rasa lelah yang begitu hebat. Hari ini pun bocah omega malang itu berdoa, semoga ini adalah hari terakhir untuknya di tempat ini.

Namun, doanya tak berarti apapun. Malam tiba dan ia harus segera bersiap untuk melayani para Alpha penuh nafsu di luar sana yang sudah mengantri menunggu giliran untuk mencicipi tubuhnya.

—–

Di rumah lacur ini, ada seorang wanita Beta separuh baya yang mengatur semuanya. Wanita itu juga yang selama ini merawat dirinya. Dan disini, tidak hanya ada bocah omega malang itu melainkan banyak sekali para penghibur entah itu laki-laki maupun perempuan. Hampir semua dari mereka adalah para omega yang tidak memiliki tempat untuk pulang. Ada juga dari mereka yang merupakan Beta.

Meski banyak para penghibur namun, tetap point utama disini adalah bocah omega malang itu. Sejak kedatangannya dua tahun lalu, rumah lacur ini menjadi tempat terfavorit bagi para kaum Alpha yang haus akan nafsu.

Sin hanyalah seorang bocah omega, usianya saat ini baru 8 tahun dan tentu ia masih jauh untuk mendapat masa heat pertamanya. Bocah omega malang inipun tidak tahu, suatu saat ketika masa heatnya telah datang mungkin akan menjadi hal paling mengerikan untuknya. Pheromone yang akan ia keluarkan nanti, sudah tentu akan menarik para kaum alpha untuk mendekat dan bisa saja ia akan diperkosa secara brutal.

Saat ini, ia belum tahu bahwa ada hal lain di dalam dirinya yang bisa lebih meningkatkan nafsu para alpha yang begitu mencintai tubuhnya.

Ketika, tanpa suatu pheromone para alpha bisa bersikap seperti itu padanya lalu bagaimana ketika ia telah memilliki pheromone omeganya?

Dan, itulah yang selalu dinanti nantikan oleh para alpha. Mereka selalu merayu sang pemilik untuk menjual bocah omega malang itu namun, sang pemilik selalu menolak.

“Sin, malam ini kau hanya akan melayani tuan Rood. Puaskan beliau seperti yang seharusnya kami perintahkan. Mengerti?” wanita beta paruh baya itu, Swan berbisik penuh penekanan kepadanya yang sedang di poles agar nampak seperti boneka porselen yang sangat cantik. Tidak ada jawaban lain selain “ya” yang dapat Sin berikan.

Sebelum, seseorang yang bernama tuan Rood itu datang dan mengambilnya bocah omega malang itu berusaha sedalam mungkin menarik nafas. Menghembuskannya perlahan. Mencoba menenangkan perasaan dan menetralisir rasa sakit di sekujur tubuhnya.

Jangan menangis. Hatinya selalu berbisik hal yang sama setiap kali pelanggan akan datang mengambilnya.

Bertahanlah. Dan sebuah senyum simpul yang manis harus selalu ia lontarkan meski para pelanggan belum datang.

Jika tidak, maka rasa sakit ditubuhnya akan bertambah. Swan akan memukulnya di ruang belakang. Swan mengatakan ia nakal karena tidak mau menurut. Dan setelahnya ia tidak akan mendapat jatah makan meski hanya sepotong biscuit dingin.

“Bibi Swan,” untuk pertama kalinya setelah berminggu-minggu suara manisnya tidak terrdengar untuk Swan, kali ini suara manis itu mengalir kepada sosok mengerikan Swan yang segera menoleh kemudian menatap wajah bocah omega di depannya. Boneka porselen hidup yang mendongakkan wajah hanya untuk menatap wajah tegas Swan.

“Kau memang benar-benar sempurna sebagai pencetak uang tercepat, Sin” lirihnya. Namun, bocah omega itu bisa mendengarnya dengan sangat jelas. Maka, sengaja direkahkannya senyum terbaik dari wajahnya. Ia berharap, kali ini permohonan kecilnya dapat dikabulkan oleh Swan.

“Bibi Swan, bisa tidak jika malam ini aku tidak melayani mereka? Hanya malam ini saja.” Ucapnya. Sangat berharap Swan akan mengerti dan memberikan izin kepadanya yang sudah sangat menahan rasa perih dibagian belakang tubuhnya.

Senyum terbaik sudah ia berikan, biasanya senyum itulah yang selalu bisa menyelamatkannya dari para alpha yang terus berusaha memakannya.

Tapi, sepertinya tidak untuk Swan. Karena wanita beta paruh baya itu yang memiliki tubuh tinggi dan perawakan gemuk sama sekali tidak berekspresi akan permintaan kecilnya.

Seketika bocah omega itu mengerti, tidak akan pernah ada kebebasan untuknya meski hanya satu hari. Rasa sakitnya ternyata memang sudah menjadi makanan baginya. Ia harus bisa menikmati agar rasa sakit itu seolah menghilang. Meski pada kenyataannya, rasa sakit itu terus bertambah parah disetiap harinya.

“Maaf.” Bocah omega malang itu menunduk.

“Maaf, bibi Swan. Aku janji tidak akan lagi meminta hal tidak penting seperti tadi” lirihnya. Air mata hampir saja menetes jika Swan tidak segera membungkuk, mendekatkan wajahnya ke sisi kiri telinganya. Kemudian, wanita beta paruh baya itu berbisik,

“Sin, kau tahu bukan jika satu kali saja kau mengabaikan perintah kami, apa yang akan terjadi dengan tubuh cantikmu?”

“Ya, bibi Swan.”

“Malam ini, kau hanya akan melayani tuan Rood. Fokus saja dan puaskan beliau. Setelah selesai, aku akan memberikanmu daging panggang yang enak. Mengerti?”

“Ya”

Ia harus bisa menahan rasa takut dan gemetar tubuhnya. Jika Swan sampai tahu jika ia sangat ketakukan berada didekatnya, maka wanita beta itu akan semakin semena-mena kepadanya.

Lagipula, daging panggang?

Rasa sakitnya hanya terbalas dengan sepotong daging panggang.

Swan akan memberinya daging panggang setelah selesai melayani tuan Rood. Bukankah itu artinya, tuan Rood adalah orang yang pasti telah membelinya dengan uang sangat banyak?

Karena, seperti itulah adanya. Ketika sepotong daging keluar untuknya, itu karena ia telah dibeli dengan harga sangat tinggi.

“Menyakitkan sekali….”

Recommended Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!