Love Story of Aldert Part 2
Sanjaya sengaja terbatuk karena suasana yang canggung. Menendang pelan kaki anak sulung untuk mencairkan suasana. Bagas, yang ditendang mejauhkan kakinya dari jangkauan Sanjaya. Ini bukan urusannya. Sera yang melihat kecanggungan juga tidak bisa berbuat apapun. Salahkan dia yang begitu penasaran dengan warisan yang ditinggalkan mantan suaminya.
Dia tidak berniat meminta apapun! Sera hanya ingin pastikan uang itu cukup untuk Hanzie habiskan seumur hidupnya. Bocah bodoh ini dengan lantang mengatakan hanya akan menikah dengan pria.
Pasangan suami istri bisa bercerai, seperti dirinya. Apalagi yang memiliki jenis kelamin yang sama. Jika uang itu tidak cukup untuk menyokong putranya ketika menemukan kegagalan, dia bisa bersiap!
Tindakan bodohnya yang langsung berntanya tanpa menjelaskan, membuat hubungan ibu dan anak makin berjarak dan situasi suami dan anaknya dengan Hanzie makin canggung.
Memanggil pelayan untuk mengantarkan makanan, lima orang makan dalam diam. Senja yang paling kecil kesulitan mengambil lauk. Garpunya berusaha meraih, menggunakan banyak tenaga bukannya meraih, lauk itu terlempar dan mengenai pergelangan Hanzie.
Tahu dia salah, Senja ingin meminta maaf dan kalimatnya tersendat. Mata hazel menatap padanya suram. Meleguh kecut, Senja melanjutkan makan nasi dengan lauk disekitar piringnya. Tidak berani lagi meraih lauk lainnya. Selepas makan, Hanzie mandi dan berganti pakaian. Jam menunjukkan pukul setengah tujuh malam.
Kembali duduk di kusi belajar, pada lembar terakhir yang baru dia baca, Hanzie melanjutkan melihat laporan sejarah.
XX XX XXXX
Sebulan berlalu, Leraar membuka kelas di luar. Kami duduk dibawah naungan pohon, mendengar penjelasan Leraar. Dia duduk paling sudut, separuh tubuhnya terkena matahari. Dia aneh, tapi aku tidak dapat berpaling darinya.
XX XX XXXX
Dia tidak banyak berinteraksi. Hanya duduk mendengarkan pelajaran atau berkeliaran di perpustakaan. Aku dengan atau tidak sadar mengikutinya. Aku mengikutinya. Melihat bahu kecilnya sendirian, aku sedikit tidak nyaman.
XX XX XXXX
Mendengar dia menangis sendirian. Aku tidak tahu hal sulit apa yang dia hadapi, aku ingin memeluknya…Aku tidak bisa. bersembunyi, menunggunya meninggalkan sekolah.
XX XX XXXX
Dia suka makan kue kecil yang dibagikan kafetaria, suka dengan langit tanpa awan, suka sendirian, dan menyukai anak kucing terlantar di dekat sekolah.
XX XXX XXXX
Kami dekat. Setelah bersama hampir dua tahun di kelas yang sama, dia menjadi teman terdekatku ditahun terakhir sekolah. Dia selalu membuatku senang dengan hanya melihat dirinya. Gerard menggodaku, aku mungkin memiliki perasaan lain pada dia.
XX XX XXXX
Hari kelulusan tiba. Aku minum terlalu banyak. Dia tidak datang. Teman-temanku berkata mereka akan melanjutkan studi atau langsung mewarisi usaha keluarga. Aku cemburu. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan.
XX XX XXXX
Dia menemukan aku beberapa hari setelah hari kelulusan. Kami tidak bicara. Hanya duduk dibawah naungan pohon di halaman belakang sekolah.
XX XX XXXX
Lima tahun berlalu, aku dan dia menjadi kekasih dua tahun lalu. Dua puluh dua tahun aku hidup, aku tidak pernah bisa mencintai seseorang lebih dari yang aku lakukan sekarang. Aku tidak bisa melepasnya.
XX XX XXXX
Seorang gadis meminta ibuku untuk menikahinya. Aku menolak. Gadis itu terus datang kepadaku walau sudah kutolak. Dia tahu dan mulai menjauh. Aku, aku yang tidak pernah membenci siapapun mulai membeci gadis itu.
XX XX XXXX
Papa dan Mama tahu. Kisah cinta ini tidak pernah bisa diterima keluarga Berend. Aku berusaha meyakinkan mereka, hanya dia yang bisa kucintai seorang. Mengapa tidak ada yang bisa mengerti. Aku tidak bisa mencintai lagi, hanya dia.
XX XX XXXX
Aku banyak mengirim surat untuk mengalihkan emosi dan kecemasan yang kurasa. Dia menghindar dan tidak bisa kutemui. Gerard dan yang lain berusaha menghiburku.
XX XX XXXX
Aku melihatnya. Berdiri dibawah pohon tempat kami biasanya bertemu. Menggunakan pakaian yang kuberikan. Cantik. Dia tidak mengatakan apapun. Kami hanya saling menautkan jemari, tangannya terasa hangat sekali.
XX XX XXXX
Gadis itu- Arabella datang bersama keluarganya. Keluargaku menggelar pertunangan kami tanpa aku tahu. Marah dan benci. Aku membenci mereka.
XX XX XXXX
Dua hari sejak acara itu. Dia menghilang lagi. Aku pergi ke rumahnya, pengasuhnya menyambutku datang. Ibu tirinya memberi senyum dingin. Ayahnya tidak terlalu peduli pada putranya yang hilang. Hanya pengasuh tua, dengan mata memerah memaksaku untuk berhenti. Kenapa harus?
XX XX XXXX
Aryo, memintaku untuk bertemu. Memberiku sepucuk surat. Dia memberiku surat, mengabarkan dia telah pergi. Dia memberiku surat bunuh diri. Dia mungkin sudah mati saat aku menerima surat ini.
XX XX XXXX
Aku berhenti membalas semua surat yang kuterima. Ayahku, Herold Berend terus menjadikan aku tahanan rumah. Aku merindukan dia. Sayangku, cinta yang kuberikan begitu salah. Begitu buruk hingga membawamu pada malapetaka.
XX XX XXXX
Defras datang padaku. Mengatakan akan menyelesaikan semua. Memintaku untuk bertahan. Aku tidak menangis saat dia menghilang atau pergi dariku. Kali ini aku menangis, menangisi ketidak becusanku. Aku tidak mengucapkan apapun pada Defras. Malam ini, aku akan menemukanmu
Hanzie menghapus air mata yang tidak bisa berhenti mengalir dari pelupuk matanya. Mengapa dia merasa begitu sakit walau hanya dengan membaca penggalan paragraph yang ditulis Aldert di dalam jurnalnya, mengapa dia merasa ini tidak adil untuk Aldert yang mencintai.
Aldert, dalam seluruh hidupnya hanya kekasih ini yang bisa membuatnya tahu bagaimana merasa cinta. Kenapa kedua orang tua Aldert tidak bisa menerimanya? Apa jenis mereka begitu menjijikan untuk bersama atau apa?
Dan Arabella, darimana sih gadis ini bisa muncul. Muncul bagai uap, dia datang dan membuat keadaan cerita cinta Aldert berakhir tragis.
Gadis itu tidak memiliki masalah pada otaknya, jadi mengapa menggangu hubungan orang lain! Atau dia memiliki masalah mental? Kalau benar begitu, itu mungkin saja. Melakukan pembunuhan dikalangan wanita bangsawan hampir tidak pernah terjadi.
Menyentuh lembut pada sampul laporan sejarah yang sudah Hanzie tutup, benaknya selalu memutar setiap kalimat yang ditulis Aldert.
Ayahnya begitu mencintai Ibunya, memaksanya meninggalkan keluarga yang membesarkannya agar bisa bersama wanita yang dia cintai, lihat hasilnya. Wanita yang diperjuangkan lari dengan selingkuhannya, mengatakan bahwa dari awal hubungan mereka hanyalah kesalahan.
Hanzie selalu mengingat di hari Ibunya pergi, Gilbert tidak mencela Sera. Mengatakan cintanya bukan yang diinginkan wanita itu. Hanzie menangis, memeluk Gilbert erat. Apanya yang tidak diinginkan! Wanita itu berani berpaling dan menduakan ayahnya. Mengapa pria ini begitu lapang hati, mengapa begitu tegar untuk memaafkan dengan senyuman.
Sera mungkin tidak tahu, luka yang dia torehkan membuat Hanzie tidak ingin memiliki hubungan dengan wanita manapun. Dia hanya akan mencintai lelaki yang mirip ayahnya. Dan ketika dia menemukannya, lelaki itu telah menjadi sejarah purba yang hampir dilupakan!.
Sial, jika dia bisa. Hanzie akan menjadi kekasih yang paling memenuhi persyaratan Aldert! Restu orang tua, rasa rendah diri untuk mengaku pada orang lain tentang hubungan yang dijalin, atau pun orang ketiga yang datang untuk menjadi perusak. Hanzie pastikan dia akan menyelesaikan mereka semua!
Menghapus ingusnya dengan tisu, Hanzie beranjak pergi tidur. Melihat pada jam, pukul tiga pagi. Rupanya seluruh laporan tebal yang berisi penggalan jurnal Aldert dia baca hingga pagi. Ck, besok mungkin dia akan bangun terlambat. Memasang jam alarm, Hanzie tertidur tidak lama setelah tubuhnya menyentuh ranjang.
Buk Panjaitan yang terbangun dari tidur menatap aneh pada cermin gantung di kamarnya. Rumah yang dia tinggali tidak memiliki siapapun selain dirinya sendiri. Merasa ditatap tapi tidak tahu apa yang membuatnya merasa seperti itu Buk Panjaitan langsung terjaga. Begidik ngeri, bangun dari tidurnya, dia keluar dari kamar.
Seluruh dinding lorong yang dia lewati tergantung banyak ornamen lukisan, cermin, atau aksesoris dinding yang dia beli dari beberapa penjual loak. Memasuki perpustakaan pribadinya. Dia mengambil acak sebuah buku untuk dibacanya. Duduk pada satu-satunya meja kerja ditengah perpustakaan, belum sempat memulai membaca, rasa De Ja Vu muncul.
Mungkinkah? Dua belas tahun lalu dia pernah merasakan perasaan seperti ini. Seorang murid meninggal sehari setelah dia meminjamkan catatan peninggalan pasangan di abad dua puluh yang berasal dari Inggris.
Memastikan dugaannya salah, besok pagi, dia akan memeriksa ke kelas Hanzie. Jika Hanzie meninggal, dia harus berhenti memberikan mata pelajaran sejarah dan pensiun. Cucunya akan berusia sepuluh tahun, dia tidak yakin dilain waktu hanya orang lain yang pergi, dia mungkin saja ikut terlibat!