Author : Keyikarus
[Chapter 4]
Kebijakan pemimpin kota El Ceza sangat bagus karna sama sekali tidak membatasi jumlah pengungsi. Meski sedikit merepotkan untuk mendengarkan keluhan dari penduduk asli karna kota yang semakin padat, itu sama sekali tidak merubah kebijakan.
Klan utama adalah pemimpin. Jika tidak ada penduduk, apa yang harus dipimpin? Siapa yang akan membuat aliran dana pajak? Siapa yang akan menjadi pesuruh mereka?
Itu adalah beberapa pertimbangan dari banyaknya pertimbangan yang membuat pemimpin rumah utama mengharuskan rumah-rumah cabang Klan menerima pengungsi di kota yang mereka kuasai.
Namun, untuk tetap mengendalikan hal-hal tak terduga, setiap pengungsi akan mendapatkan giok identitas. Satu giok untuk setiap anggota keluarga, dan giok yang lebih besar yang memuat daftar anggota keluarga dipegang oleh kepala keluarga.
Untuk mendapatkan giok identitas itu, mereka diharuskan membayar lima koin untuk giok anggota keluarga dan sepuluh koin untuk giok kepala keluarga. Tanpa itu, mereka tidak akan bisa masuk ke kota.
Celian memasang wajah paling jelek yang dia punya setelah mengeluarkan dua puluh lima koin sekaligus hanya untuk benda yang tak bisa dimakan.
Selain itu, mereka juga diserahi selebaran berisi aturan-aturan dalam kota yang harus dipatuhi. Salah satunya, jika ada anggota keluarga yang tertangkap melakukan pemberontakan maka seluruh anggota keluarga akan dimusnahkan sekaligus.
Lalu, ada poin-poin yang mengatur cara mencari uang, hukuman kejahatan umum seperti perampok, pencuri dan lainnya. Juga hukum yang mengatur perpajakan dalam kota.
Peraturan itu ditulis dalam daftar panjang yang membuat kepala Celian pusing. Peraturan mencari uang mungkin bisa diikuti, namun perpajakan? Rasanya dia ingin menendang bokong siapapun yang meminta uang hasil kerja kerasnya dengan nama pajak.
Sayangnya Celian mau tidak mau harus menerima kondisi menjengkelkan tentang pajak karna penjelasan Realf. Mereka diberi tempat aman didalam kota berarti mereka harus memberi keuntungan pada pemimpin kota. Itu bukan cara yang tidak adil.
Saat melewati gerbang kota, pemandangan kota yang megah dan ramai terpapar didepan mata. Berbagai bentuk bangunan dari yang kecil kumuh hingga yang megah, para pedagang yang berjajar dipinggiran jalan, para pembeli yang sibuk memilih barang, pejalan kaki yang hanya melihat-lihat, beberapa gerbong kereta yang ditarik seekor kuda dan berbagai macam hal lainnya membuat An Fier dan Celian takjub.
Disini sama sekali tak ada salju seperti diluar gerbang. Beberapa pohon berdaun rimbun tumbuh dengan baik, bunga-bunga bermekaran, bahkan ada rumput yang terpangkas rapi ditempat-tempat tertentu.
El Ceza jelas jauh lebih baik dari Kezz. Kekuatan rumah ke tiga belas Klan utama sangat mengagumkan. Bisa membuat barier di kota yang lebih luas empat kali dari Kezz, bahkan mampu membuat tanahnya menumbuhkan tanaman dengan baik. Siapapun akan melihat musim semi yang indah dan semarak didalam kota sementara diluar gerbang kota mengalami musim dingin yang menyedihkan.
Seperti yang diketahui, benua Utara hanya memiliki sedikit kota yang mendapatkan musim semi alami. Bisa tinggal di kota yang mampu menghadirkan musim semi ditengah salju beku benar-benar sangat beruntung.
“Tidak apa-apa kan kita membayar pajak untuk tempat yang bagus seperti ini?” Tanya Realf pada dua adiknya.
Mereka mengangguk serempak. Belum mampu menghilangkan raut takjub dan terpesona.
Karna sudah memasuki kota, keamanan mereka terjamin. Tapi tetap saja untuk bertahan hidup, mereka membutuhkan makanan dan tempat tinggal.
Dulu, mereka hanya perlu berburu, dan Realf akan membawa pulang sedikit makanan. Sekarang, mereka harus memiliki koin untuk bisa mendapatkan makanan. Untuk mendapatkan koin, mereka harus bekerja.
Mereka harus membiasakan diri dengan cepat jika ingin terus bertahan hidup. Untuk Realf itu bukan masalah, tapi untuk An Fier dan Celian, itu membutuhkan waktu.
Berita baiknya, mungkin ini akan lebih cocok untuk Reeka. Maka pertama-tama mereka harus menemukan tempat tinggal terlebih dahulu.
Kepadatan penduduk yang melebihi kondisi ideal kota membuat rumah-rumah kumuh tumbuh. Baik itu sengaja dibuat untuk disewakan pada para pengungsi atau memang buatan para pengungsi yang memiliki sedikit lebih banyak uang.
Tanah dan rumah bukan hal murah. Namun masih bisa dijangkau jika untuk disewa.
Sisa koin yang dimiliki Celian ada sekitar delapan puluh. Harga sewa rumah perminggunya adalah empat puluh lima koin. Itu adalah yang paling murah.
Celian menahan seteguk darah yang akan keluar mendengar harga itu. Dia tidak pernah menghasilkan koin, karna itu dia sangat menghargai koin yang didapatkannya. Membuangnya seperti membuang sampah membuatnya sangat sakit hati.
Tapi karna mereka membutuhkan tempat tinggal dan jika tidak cepat memutuskan bisa saja diambil pengungsi lain, Celian akhirnya memberikan separuh isi kantongnya dengan wajah buruk.
Mereka membersihkan rumah yang dua kali lebih besar dari milik mereka di Kezz. Itu memiliki tiga ruangan. Satu dapur, satu ruang tamu dan satu kamar tidur.
An Fier yang mengerti jika seorang gadis lebih membutuhkannya daripada pria, maka dia menyarankan kamar itu digunakan untuk dua kakaknya. Sedangkan dia dan Reeka akan membuat tempat tidur di ruang tamu.
Disini tidak memerlukan tungku untuk menghangatkan ruangan karna udaranya tidak terlalu dingin.
Setelah menyelesaikan urusan rumah, Realf membawa Celian keluar untuk membeli makan. Rumah mereka tidak terlalu jauh dari pusat keramaian.
Sementara kedua kakaknya pergi membeli makanan, An Fier melepaskan satu persatu gulungan pakaian dari Reeka. Membuat bayi itu bebas bergerak lagi. Merangkak ke sana kemari dengan lancar.
An Fier merasa, bayi ini tumbuh terlalu cepat. Rasanya baru kemarin dia melihat bayi ini berusaha mengangkat pantatnya dan sekarang sudah bisa merangkak ke sana kemari. Reeka semakin sulit dikendalikan. Tidak lagi tenang saat ditahan dipelukannya terlalu lama jika tidak sedang tidur.
Entah bagaimana stamina bayi terlihat lebih banyak daripada dirinya. Dia merasa hati dan tubuhnya lelah karna mengkhawatirkan Reeka menabrak sesuatu atau kelelahan, namun bayi itu justru asyik berceloteh dengan riang dan tak berhenti bergerak.
Saat kedua kakaknya kembali, Reeka sedang berpegangan pada dinding dan berusaha membuat kakinya tegak.
Tidak memperhatikan antusias Reeka, Celian meraih bayi itu dan mendudukkannya untuk makan bersama. Reeka yang hampir menangis terdiam saat mulutnya diisi dengan roti gandum yang lembut dan hangat.
“Biaya hidup disini terlalu mahal.” Keluh Celian.
Dia tak henti-hentinya sakit hati saat menanyakan harga-harga makanan di pasar. Satu roti gandum sebesar kepalan tangan Reeka dihargai satu koin. Itu ukuran yang terlalu kecil, butuh berapa banyak untuk membuat mereka berempat kenyang?
“Tidak apa-apa. Kita akan mendapatkan koin.” Gumam Realf.
“Berapa banyak? Setiap hari setidaknya kita butuh lebih dari lima belas koin agar tidak kelaparan. Belum lagi setiap minggu kita harus mengumpulkan empat puluh lima koin untuk tempat tinggal. Itu terlalu banyak.” Ucap Celian tanpa menyembunyikan rasa kesalnya.
Mengabaikan gerutuannya Celian, Realf melihat daftar pekerjaan pada selebaran, mungkin ada yang bisa mereka lakukan. Pekerjaan untuk para pengungsi berbeda dengan penduduk asli. Seolah kota benar-benar akan mengambil keuntungan sebesar-besarnya dari pengungsi namun tak ingin membiarkan pengungsi mendapatkan yang terbaik selain mendapatkan perlindungan saat berada didalam kota.
Kehidupan penduduk El Ceza sangat stabil saat belum ada pengungsi. Mereka memiliki pekerjaan tetap dalam berbagai bidang profesi. Karna itu, meski diijinkan tinggal, para pengungsi diatur agar tidak membuat penduduk asli kesulitan.
Pekerjaan yang bisa mereka lakukan di dalam kota hanyalah menjadi pengangkut barang di pasar, pengantar barang atau pembantu dirumah-rumah orang kaya.
Untuk diluar kota, sebagian besar pekerjaan diijinkan untuk para pengungsi. Contohnya menjadi pengantar pesan dan barang antar kota, pemburu informasi, binatang liar, atau binatang ajaib untuk dijual, atau bahkan menangkap anggota pemberontak dan menyerahkannya pada dewan kota.
Tujuannya jelas, pemimpin kota menggunakan pengungsi untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan paling beresiko. Sebisa mungkin mereka tak ingin membuat pengorbanan yang tidak perlu bagi kekuatannya.
Realf memperhatikan daftar orang sekaligus daftar harga yang bisa dijadikan tujuan oleh para pemburu hadiah. Ditulis jika menginginkan daftar lengkap tentang orang, binatang, tumbuhan atau senjata sihir yang sedang dicari maka bisa mendatangi balai pemburu.
Ikut melihat daftar ditangan Realf membuat Celian semakin kesal. Dia merasa tetap akan mati cepat atau lambat di kota ini. Percuma saja mereka berjalan jauh ke kota yang katanya aman ini jika masih harus mati kelaparan.
Biaya hidup dengan upah yang didapatkan benar-benar tak seimbang. Kecuali mereka berani mengambil pekerjaan diluar gerbang kota, upah untuk itu sedikit lebih baik.
Realf juga mendesah tak berdaya. Siapa sangka keamanan yang mereka cari akan semahal ini. Biaya makan, tempat tinggal, juga pajak sangat mengerikan untuk dipikirkan. Beruntung mereka tidak harus membeli air karna Celian bisa mendapatkan itu dari udara. Dan sebentar lagi An Fier juga pasti bisa melakukannya.
Sebenarnya kemampuan mengambil air dari udara biasanya hanya dikuasai oleh kekuatan air tingkat tiga, tapi entah bagaimana adiknya bahkan memiliki dasar memunculkan air tanpa membutuhkan air kolam atau sejenisnya.
Sepertinya bakatnya cukup bagus. Realf berharap bakat An Fier tak kurang dari Celian.
Realf tidak mengatakan ini agar Celian tidak pernah berpikir dirinya hebat dan tidak pernah berhenti berlatih dengan tekun.
Karna bakat sebaik apapun tidak akan berguna untuk orang yang menganggap dirinya hebat dan hanya sedikit berlatih karna merasa bisa menguasai apapun tanpa hambatan.
Juga dia tidak ingin An Fier kehilangan semangatnya seandainya nanti bakatnya tidak sebaik Celian.
“Kita hanya harus lebih bekerja keras saja dan mendapatkan koin lebih banyak.” An Fier berbicara dengan ringan.
Untuk orang yang tak mengenalnya pasti akan menganggap dia anak yang hanya mengerti omong kosong. Tapi untuk keluarganya, itu hanya seperti An Fier biasanya yang suka melakukan hal-hal melebihi batas yang bisa ditanggungnya.
“Ini tidak seperti ditempat dimana kita menghapal medan. Kau pikir disini mudah mencari beruang? Itu akan selalu ada saingan.” Celian langsung cemberut memikirkan ini. Mereka dipaksa berebut sesuatu untuk bertahan hidup.
An Fier mengangguk. “Maka biarkan Realf mengalahkan mereka sementara aku mengalahkan beruang.”
Realf menahan tawa selagi Celian cemberut. Dia selalu berakhir kesal jika berbicara masalah seperti ini dengan An Fier. Tapi Celian selalu bisa membalas An Fier dengan membuat Reeka menangis. Itu adalah hal yang paling dibenci An Fier.
Hari berlalu. Setiap hari Realf akan membawa salah satu dari An Fier dan Celian untuk berburu binatang selagi yang lainnya menjaga Reeka.
Sedikit demi sedikit dia juga membuat kedua anak itu mengembangkan kemampuan dengan objek latihan binatang buruan mereka. Tugas dirinya adalah menghadapi saingan yang terkadang bertemu karna mengejar binatang yang sama.
Kali ini giliran An Fier yang menjaga Reeka. Bayi itu berpegangan pada dinding, merambat dengan langkah patah-patah mengitari ruangan selagi An Fier membersihkan rumah.
Dia senang hari ini Reeka terlihat sehat dan aktif. Hampir satu bulan mereka tinggal di El Ceza dan Reeka sudah berkali-kali jatuh sakit. Keadaan yang tidak membaik membuat mereka tetap kekurangan makanan. Dampaknya adalah Reeka yang kekurangan gizi, tubuhnya lebih kecil daripada bayi seusianya. Pertumbuhannya seolah melambat.
Kepadatan kota bertambah dari hari ke hari membuat persaingan mendapatkan koin meningkat. Realf tak pernah gagal membuat mereka membawa koin saat pulang. Namun jumlahnya semakin sedikit dari hari ke hari.
An Fier khawatir Reeka akan lebih menderita lagi. Entah apa yang bisa dilakukannya untuk membuat keadaan lebih baik.
Bocah itu terbangun dari lamunan yang seharusnya bukan untuk anak seusianya, itu karna melihat Reeka berjalan selangkah demi selangkah ke arahnya tanpa berpegangan pada dinding lagi.
“Kau bisa berjalan?!” Ujarnya penuh kejutan.
Suara An Fier mengejutkan Reeka, membuat bayi itu jatuh terduduk dan menangis. An Fier cepat-cepat meraih tubuhnya dan menggendongnya.
“Maafkan aku. Maafkan aku, oke. Aku salah.” An Fier menepuk-nepuk punggung Reeka dengan lembut.
Dalam hati dia sedikit menyesal tak bisa membantu Reeka belajar berjalan karna sibuk bergantian mencari koin, atau kalau sedang dirumah maka dia bertugas membersihkan rumah juga memasak untuk kedua kakaknya. Itu benar-benar sibuk hingga hanya bisa mengawasinya dan membantu saat Reeka buang air, makan, dan tidur.
Hari berikutnya saat dia mendapat giliran menjaga Reeka lagi, dia berusaha mempercepat kegiatan beres-beres dan memasak. Lalu menemani Reeka belajar jalan.
Dia senang melihat Reeka sudah mampu mencapai dirinya yang berjarak lima langkah dari dinding dimana bayi itu berdiri tadi.
Celian dan Realf yang baru pulang terkejut mendengar tawa An Fier. Yang membuat terkejut justru senang saat melihat dua kakaknya kembali.
“Coba lihat ini.” Serunya.
Lalu dia menepuk-nepuk tangannya memanggil Reeka yang sudah dikembalikan berdiri berpegangan pada dinding lagi untuk datang padanya dihadapan kedua kakanya.
Reeka yang penurut menggumamkan entah apa lalu perlahan melangkah dengan goyah menuju An Fier. Saat bayi itu berhasil, An Fier memeluknya, mengangkat tubuh bayi dan membawanya berputar kegirangan lalu mencium pipinya gemas.
“Lihat. Reeka hebat kan?!” Serunya bangga.
Realf dan Celian hanya memasang tampang bodoh. Sepertinya adik mereka mengembangkan hobi aneh membanggakan apapun yang dilakukan Reeka meski itu hal yang pasti akan bisa dilakukan bayi manapun.
Hari berlalu dengan cepat. Saat malam tiba, Reeka kembali meringkuk dipelukan An Fier. Tadinya entah karna kelelahan atau apa, bayi itu menangis tanpa henti. Suhu tubuhnya meningkat dan bahkan memuntahkan makanan yang masuk ke perutnya.
Keadaannya membuat tiga yang lebih besar sangat khawatir. Namun itu bukanlah satu-satunya kondisi sulit yang harus mereka hadapi.
“Sepertinya keadaan kota memburuk. Hari ini perkelahian antar kelompok terjadi. Kalian harus segera menaikkan tingkat kekuatan kalian.” Ucap Realf dengan serius menatap dua adiknya.
Bisa saja Realf menjanjikan keamanan mereka saat berada didekatnya. Tapi berapa lama itu? Akan selalu ada saat Realf tak bisa bersama mereka. Lalu siapa yang bertanggung jawab atas keselamatan mereka jika bukan mereka sendiri?
“Ya.” Sahut Celian dan An Fier bersamaan.
Bayangan mereka tentang masa depan kehidupan kota sama sekali tidak seindah pemandangannya. An Fier dengan wajah cemas menatap Reeka yang tidur. Bayi itu lebih tenang setelah perisai pelindungnya diaktifkan oleh Realf.
“Ku pikir Reeka akan mendapatkan makanan yang baik disini.” Gumam An Fier dengan wajah menyesal. “Jika aku lebih kuat, bisakan aku memberikan makan yang cukup untuk Reeka?”
An Fier menatap Realf dengan sungguh-sungguh. Dia tidak tahan melihat tubuh Reeka sakit-sakitan karna kekurangan gizi.
“Kau akan.” Realf mengangguk pasti.
Bukan hanya An Fier, Realf juga sudah berusaha memberi Reeka kehidupan yang lebih baik. Namun biaya sewa rumah dan pajak di kota ini benar-benar menghabiskan koin mereka.
Sejak hari itu, Realf mengubah metode latihannya. Dia tidak hanya membiarkan An Fier atau Celian mengahadapi binatang buruan, namun juga menghadapi saingan mereka. Selama saingan itu ditingkat yang sama atau satu tingkat di atas keduanya maka Realf akan membiarkan mereka bertarung. Dia hanya akan turun tangan saat adiknya tak sanggup lagi berdiri.
Mereka tidak hanya dituntut mengembangkan kekuatan lebih cepat tapi juga mengetahui cara menang dari musuh yang lebih kuat. Tubuh dan pikiran mereka benar-benar dieksploitasi untuk meningkatkan kemampuan mereka dengan lebih cepat.
Pernah suatu kali, Realf pulang dengan menggendong Celian dipunggungnya dan menyeret ular yang panjangnya tiga kali tubuhnya dengan satu tangan.
Dia membiarkan An Fier yang menahan cemas mengurusi Celian yang bersimbah darah sementara dirinya pergi untuk menjual binatang ajaib.
Berbeda dengan binatang liar, binatang ajaib lebih berharga daripada alat sihir dalam tingkat yang sama. Itu karena mereka mampu menyatu dengan tubuh tuannya dan menjadi senjata biologis bagi tuannya.
Bahkan seandainya tidak bisa menjinakkannya, dengan memanfaatkan bagian-bagian tubuhnya saja sudah sangat baik. Tulang, cakar taring dan racun binatang ajaib bisa dijadikan senjata, dagingnya untuk menambah tenaga atau menyembuhkan penyakit, lalu kulit mereka bisa dijadikan pelindung yang efektif.
Saat Realf kembali, An Fier sudah membersihkan tubuh Celian. Gadis itu memberikan madu ajaib yang dibelinya dengan harga mahal pada An Fier. Membiarkan anak itu meminumkannya pada Celian sementara dirinya pergi mandi.
Madu ajaib tidak murah, tapi tidak terlalu mahal dibandingkan obat lainnya. Itu efektif untuk luka yang tidak terlalu berat seperti Celian.
Saat makan malam, Celian sudah sadar. Gadis itu cemberut dan memelototi Realf terus menerus. Kakaknya ini sama sekali tidak mau membantu saat dia terdesak menghadapi pejuang tingkat dua. Benar-benar berhati kejam.
Hanya beberapa bulan mereka disini, kekacauan terus meningkat. Pengungsi yang membludak melebihi kapasitas membuat pemimpin kota mau tak mau menghentikan kebijakan itu. Melarang pengungsi baru memasuki kota.
Itu menimbulkan kekacauan baru. Pengungsi yang marah karna tidak diterima memasuki kota selalu bersembunyi tak jauh dari gerbang kota. Menyergap setiap orang yang keluar dari kota. Terkadang bahkan menyerang panjaga.
Perlahan, kelompok-kelompok pemberontak kecil berkembang lebih banyak. Sebagian menyatakan bergabung dengan kelompok-kelompok yang lebih besar dan sebagian bertahan sebagai kelompok kecil.
Kelompok-kelompok pejuang Klan utama yang bertugas memberantas para pemberontak itu memiliki jumlah terbatas. Mereka kesulitan melawan kelompok-kelompok pemberontak besar tanpa bantuan pejuang inti Klan utama.
Para pemburu lebih kesulitan menyentuh tokoh-tokoh inti pemberontakan. Pemburu yang cenderung bekerja secara individu atau paling banyak lima orang tentu bukan lawan bagi kelompok-kelompok besar pemberontak.
Sementara pejuang Klan diluar menuntut bantuan dikirim, didalam kota memiliki kerusuhan sendiri.
Pengungsi yang pekerjaannya dibatasi tetap bergaji rendah dibawah penduduk asli, mengalami kesulitan menemukan pekerjaan. Jumlah mereka jelas berkali-kali lipat dari pekerjaan yang tersedia. Bentrok karna perebutan pekerjaan tak terelakan. Bahkan ada yang membentuk kelompok untuk menguasai wilayah pasar tempat mereka dapat bekerja.
Untuk sebagian yang benar-benar tidak memiliki kemampuan berburu ataupun memiliki wilayah pekerjaan akan berubah menjadi pencuri. Jika terpojok tanpa makanan, mereka akan membentuk kelompok untuk merampok pedagang kecil.
Dengan segala kekacauan diluar dan didalam kota, jelas kondisi semakin lepas dari kontrol pemimpin kota.
Hingga pada bulan ke sebelas mereka berada di El Ceza, kerusuhan besar meletus. Dari luar pemberontak naga hitam menyerang, dan dari dalam kelompok penguasa pasar saling serang.
Kerusuhan menyebabkan kerusakan sebagian besar kota. Memaksa pemimpin utama dan keluarganya turun tangan untuk menanganinya.
Keluarga inti rumah ketiga belas berisi enam orang. Empat membawa kelompok pejuang masing-masing pergi untuk mengatasi naga Hitam. Sementara dua yang termuda membawa kelompoknya mengatasi kerusuhan didalam kota.
Realf menggendong Reeka. Dia mengaktifkan perisai untuk melindungi Reeka dari benturan benda secara tidak sengaja sementara bayi itu terus rewel meminta turun. Tentu saja Realf mengacuhkannya.
Akhir-akhir ini bayi Reeka memang sedang suka berjalan ke sana kemari sendiri.
Realf berjalan tenang namun cepat menjauhi area kerusuhan dimana benda-benda berterbangan diikuti An Fier dan Celian. Gelombang kekuatan ganas yang meletus menimbulkan riak yang menekan.
Dia melirik ekspresi Celian dan An Fier yang sedikit tertekan. Itu wajar karna An Fier masih berada ditingkat satu dan Celian di tingkat dua. Mungkin itu bagus karna mereka belum sesensitif tingkat tiga dalam hal merasakan kekuatan lawan.
Realf menyebarkan kekuatannya untuk mengetahui situasi disekitarnya tanpa menghentikan langkahnya.
Diantara para perusuh pasar, ada tiga orang berkekuatan tingkat lima. Itu setingkat dengan dengan dua orang dari rumah ke tiga belas.
Melihat situasinya, sepertinya kerusuhan itu disengaja. Kenyataannya orang-orang yang bentrok karna perebutan wilayah pasar, kini bersatu menyerang dua orang dari rumah ke tiga belas.
Situasi dua orang itu jelas tidak menguntungkan. Pejuang mereka kalah jumlah, dan lagi dua orang harus melawan tiga orang dengan kekuatan yang sama.
Realf bukan orang yang peduli dengan kehidupan orang lain. Dia menarik kekuatannya dan mempertahankan itu pada radius seratus meter untuk mengantisipasi bahaya tak terduga.
Realf berpengalaman untuk beberapa hal, namun dia tidak berpengalaman untuk beberapa hal lainnya.
Bagi kekuatan tingkat tiga hanya akan sensitif merasakan kekuatan yang tersebar jika bersentuhan dan tidak bisa merasakan arahnya dengan pasti. Namun semakin tinggi tingkatnya maka semakin sensitif seseorang untuk merasakan kekuatan disekitarnya. Jika pemiliknya tidak dengan sengaja menyembunyikannya maka itu akan diketahui dengan mudah.
Dua orang yang terdesak itu merasakan pemilik kekuatan lain tak jauh dari mereka. Dengan pemahaman diam-diam, mereka menahan serangan dan perlahan mengarahkan gerakannya ke arah Realf dan lainnya.
Kekuatan tingkat lima jika bentrok tentu akan menghasilkan dampak yang luar biasa. Bentrokan kekuatan mereka membuat puing-puing berterbangan ratusan meter jauhnya.
Realf menoleh saat merasakan puing-puing hancur yang tersebar menembus kekuatannya menuju ke arah mereka.
Dia dengan wajah waspada menoleh ke belakang. Puing-puing yang hampir mengenai Celian dan An Fier tersayat angin ribut hingga hancur menjadi serpihan debu.
Dua orang itu tak menyangka akan melihat kekuatan seperti itu. Jelas pemiliknya tidak lebih lemah dari mereka. Yang terbaik adalah melibatkannya sebagai bala bantuan.
Namun mereka jelas tidak memiliki waktu berbicara, jadi mereka hanya semakin mendekat dan memaksa Realf agar masuk dalam lingkup pertempuran. Karna Realf adalah penduduk kota, dua orang itu berpikir Realf akan membela mereka.
Mengetahui niat dua orang itu, tiga pemberontak itu berang. Mereka yakin tidak akan kalah meski ada penambahan orang di pihak lawan. Namun itu akan memperlambat pekerjaan mereka.
Sayangnya, sekali lagi, Realf tidak pernah menganggap kehidupan orang lain penting baginya. Jadi dia hanya menciptakan perisai angin yang mencicit untuk melindungi dirinya juga adik-adiknya.
“Tetap ikuti aku.” Gumam Realf sambil meneruskan langkahnya.
Sebenarnya, baik Celian maupun An Fier sangat penasaran untuk menyaksikan pertempuran orang-orang hebat itu. Tapi mereka sama sekali tidak berani membantah Realf dalam situasi seperti ini.
Setiap puing yang menyentuh perisai angin Realf akan hancur menjadi serpihan. Itu mengerikan jika membayangkan tubuh mereka yang mengalaminya.
Dua orang itu tercengang melihat kondisi diluar perkiraan. Sementara tiga lawannya cukup senang meski mereka juga takjub dengan kekuatan Realf. Setelah menyelesaikan pekerjaan ini, mereka mungkin bisa mencari Realf dan mengajaknya bergabung ke kelompok naga hitam mereka.
“Nona. Kenapa kau tidak membantu kami? Kota sedang diserang pemberontak!” Teriak salah satu dari dua orang yang berasal dari rumah ke tiga belas.
Realf tidak menjawab. Dia hanya meneruskan langkahnya. An Fier dan Celian saling lirik. Kadang mereka tidak mengerti dengan tindakan Realf.
Melihat sepupunya diacuhkan, pria satunya segera maju dan berbicara, “Nona, kami sedang kesulitan. Bantuanmu tidak akan dilupakan untuk ini.” Bujuknya.
Realf menghentikan langkahnya. Setiap orang menyangka dia tergerak oleh bujukan pria itu, namun kenyataannya Realf hanya mendongak.
Gerakannya itu menarik semua orang untuk melihat ke atas juga. Salju mulai turun, yang berarti barier telah rusak. Satu-satunya penjelasan untuk ini adalah pembuatnya sudah mati.
Pria yang membujuk Realf terdiam menangkap butiran salju yang melewatinya. Wajahnya berangsur-angsur menjadi sedih. Lalu itu semakin memburuk menjadi kemarahan.
Sementara tiga pemberontak didepannya tertawa keras. Penahan barier kota adalah pemimpin kota, yang berarti El Ceza benar-benar jatuh.
“Apa itu ayahmu? Hahaha sebaiknya kau pasrah dan biarkan aku membuatmu menyusul ayahmu!”
‘biarkan aku membuatmu menyusul ayahmu. Kalian hanyalah penghianat menjijikkan.’
‘Ya. Tapi biarkan Realf pergi. Dia tidak memiliki kemampuan apapun.’
Mata Realf berkedip-kedip dengan api kemarahan yang membesar. Bersamaan dengan itu angin mencicit dengan volume tinggi, itu membentuk tiga puting beliung skala kecil sekaligus.
Meski skala kecil itu jelas bisa menghancurkan bangunan terbesar di kota dalam sekali serang, dan itu berjumlah tiga. Menjelaskan siapa yang dituju.
Tiga pemberontak itu panik. Tak tahu apa yang memprovokasi Realf yang acuh hingga memutuskan menyerang mereka.
Berlari hanya berakhir menjadi niat semata, karna dalam hitungan detik mereka sudah tertelan puting beliung dan tercabik-cabik. Darah menyembur kemana-mana seperti kembang api di udara.
Bukan hanya para pejuang di bawah sana yang bergidik ngeri memandang hujan darah membasahi mereka, tapi juga dua orang dari rumah ke tiga belas. Mereka tahu Realf memiliki kekuatan. Hanya saja tidak menyangka akan mampu menciptakan puting beliung yang mengerikan.
Jelas nona dengan pakaian kumuh itu berada di level delapan. Itu jika dia tidak menyimpan kekuatan lainnya. Kekuatan seperti itu menyamai pemimpin kota-kota besar.
Mereka bertanya-tanya darimana nona ini berasal? Kenapa suku angin membiarkan anggota mereka yang berbakat berkeliaran dengan pakaian kumuh?
Berbeda dengan semua orang, An Fier dan Celian tidak memiliki riak apapun di wajah mereka. Mereka hanya berpikir, suasana hati Realf tidak bagus, jadi jangan memprovokasinya. Atau kekejaman itu akan mereka rasakan juga.
Setelah meleburkan tiga pemberontak itu, Celian menyebarkan kekuatannya, tanpa ampun melepaskan tekanan besar bagi setiap orang yang tersentuh.
Pemimpin naga hitam berada di tingkat delapan. Dia adalah satu-satunya dikelompok itu yang berada ditingkat delapan. Sisanya hanya tingkat lima ke bawah. Itu menjelaskan jika dia hanyalah orang asing yang ingin berkuasa dan memprovokasi massa.
Tentu saja rumah ke tiga belas tidak kurang akan bakat. Meski hanya pimpinan kota yang berada di tingkat delapan, adiknya berada ditingkat tujuh sedangkan putra pertamanya dan putra keduanya berada ditingkat enam. Lalu putra ketiga dan keponakannya berada ditingkat kelima.
Selain itu banyak pejuang mereka berada ditingkat lima ke bawah. Namun karna kalah jumlah, jadi kemenangan tergantung pada keberuntungan memanfaatkan kekuatan dengan efektif.
Bentrok mereka menghasilkan kerugian parah dikedua belah pihak. Luka serius dan kematian tidak kurang jumlahnya dibanding bunga di taman kota.
Karnanya, tekanan yang tiba-tiba datang membuat yang di atas angin berjatuhan, yang terluka mengerang kesakitan hingga merasa lumpuh.
Samar-samar suara dengan nada suram tersebar melalui angin. Itu hanya terdengar seperti bisikan namun terlalu jelas untuk tidak didengar.
“Tunggu sampai kalian berada ditingkat sepuluh sebelum menyerang kota ini.”
Ucapan Realf membuat kekacauan berakhir seketika. Kelompok naga hitam mundur. Rumah ke tiga belas hanya menyisakan dua yang termuda, sisanya tidak selamat.
Namun ucapan Realf menjelaskan semua. Jika dia menyarankan tingkat sepuluh yang menyerang kota berarti dia sekuat itu.
Berita tentang hujan darah tersebar ke setiap kelompok pemberontak. Tidak ada lagi yang menargetkan El Ceza, mereka lebih memilih kota dibawah rumah cabang suku air lainnya. Kekuatan mereka kebanyakan tingkat delapan. Hanya rumah utama yang memiliki tingkat sembilan dan sepuluh.
Realf memastikan pimpinan kota yang baru untuk menutupi identitasnya bahkan dari rumah utama suku mereka.
Tentu saja mereka tidak berani menolak. Realf terlalu dekat hingga bisa melenyapkan mereka dalam hitungan detik, sementara rumah utama terlalu jauh dan tak akan sembarangan membunuh anggotanya.
Dengan begitu, Realf bisa hidup dengan sedikit lebih baik bersama adiknya. Namun masalah tidak pernah selesai begitu saja.
Barier rusak, salju menumpuk dan menghancurkan tanaman-tanaman yang tadinya memperindah sekaligus memenuhi kebutuhan penduduknya.
Setiap orang menuntut agar pimpinan kota mencari orang untuk menahan barier. Karna pemberontak mengarahkan cakar mereka ke tempat lain, membuat rumah ke tiga belas kesulitan mencari bantuan. Sedangkan rumah utama tidak sepeduli itu dengan rumah ketiga belas. Mereka berjanji akan mengirimkan seseorang, namun kenyataannya tidak kunjung datang.
Siapa yang mau meninggalkan rumah utama yang nyaman untuk pergi El Ceza. Itu seperti mereka melepaskan hidup nyaman demi menyambut penderitaan.
Dan Realf, mengusir pemberontak saja dilakukan karna tidak sengaja memicu amarahnya, apalagi menahan barier untuk orang banyak. Dia tidak sebaik itu.
Menahan barier menghabiskan banyak tenaga dan membuat seseorang tidak bisa pergi dari area barier. Itu juga yang menyebabkan kekalahan pimpinan kota sebelumnya. Dia telah lama berada ditingkat delapan, tentu saja memiliki variasi serangan juga pengalaman yang memadai dibanding pemberontak yang hanya mengandalkan insting dan baru mencapai tingkat delapan.
Itu adalah perkiraan Realf melihat jenis serangannya yang belum variatif padahal menguasai beberapa kekuatan unsur minoritas sebagai pendukung. Pemberontak itu jelas belum bisa memanfaatkan kekuatannya untuk serangan yang paling efektif.
Jadi, kenapa Realf mau mengorbankan kekuatannya untuk banyak orang sementara mungkin saja dia diserang sebagai balas dendam oleh para pemberontak.
Kesulitan semakin bertambah saat para pemberontak memblokir jalur hubungan El Ceza dengan kota-kota lainnya hingga kesulitan pangan meningkat ke tingkat ekstrem.
Realf tidak lagi berminat untuk pindah. Dia berpikir mungkin kehidupan sulit lebih cocok dengan mereka. Jadi tujuannya hanya mencari makan dan membuat dua adiknya tumbuh lebih kuat.
Itu berlangsung hingga empat belas tahun berlalu.
______________________
Ps. Chap depan Reeka udah gede ^_^ selamat. Selamat. #jabattanganReeka.
[…] << Sastra Jendra 4 […]
[…] Chapter 4 […]
Diriku kira Realf laki:”)