Bab 16 (Selir Resmi Kekaisaran)
Changyi memandang sedikit penasaran, pada tamu yang mengunjungi kediamannya siang itu.
Dengan pandangan menyelidik, Changyi memandang penuh tanya, pada gadis cantik berwajah pucat dengan penampilan anggun di hadapannya.
“Selir Fangying memberi salam, pada selir Changyi.” gumam wanita berparas anggun tersebut, dengan penuh sopan santun memperkenalkan dirinya kepada Changyi.
Changyi sedikit mengernyit. Ia merasa, bahwa nama itu tak lagi asing di telinganya.
“Maafkan ketidak sopananku, karna mengunjungi kediaman selir Changyi secara tiba-tiba seperti ini. Tapi… Tidakkah selir Changyi ingin mempersilahkanku untuk duduk terlebih dahulu?” tanya selir Fangying, menatap Changyi dengan wajah tegang. Sepertinya ia merasa takut, bahwa kedatangannya di sini, tidaklah begitu disenangi.
“Ah!” Changyi tersadar akan ketidak sopanannya dalam menyambut seorang tamu. Meskipun masih merasa waspada, namun akhirnya Changyi tetap mempersilahkan selir Fangying untuk duduk di kursi yang telah tersedia di dalam kediamannya saat itu.
“Apakah… Selir Changyi punya sedikit waktu untuk bercakap-cakap denganku?” tanya Fangying akhirnya, setelah mendudukkan dirinya, dan menyuruh kedua pelayan yang mendampinginya untuk menunggu di luar.
Untuk sejenak, Changyi tampak masih merasa ragu.
Bukannya ia ingin berprasangka buruk pada seseorang. Tapi semenjak kejadian mengerikan dengan permaisuri Han xian terjadi, Changyi jadi mulai merasa sedikit was-was pada para wanita kaisar. Apalagi, saat ini bukanlah sebuah rahasia lagi, bahwa memang hampir semua wanita kaisar, begitu terang-terangan membencinya. Bahkan Changyi pernah memohon dalam hati, supaya dirinya tidak pernah mengetahui, alasan mereka begitu membencinya.
“Selir Changyi tidak perlu khawatir. Kedatangan Fangying kemari, bukan untuk menyakiti selir Changyi.” tutur Fangying cepat, dengan senyum tulus yang menampakkan sikap lemah lembutnya, seperti bisa membaca raut keraguan dalam wajah Changyi.
Changyi menatap Chang dan Cong yang bertugas menemaninya saat itu. “Chang! Cong! Tolong ambilkan minuman dan beberapa makanan ringan untuk selir Fangying.” pinta Changyi akhirnya-yang langsung disanggupi oleh kedua pelayannya-sembari ikut mendudukkan dirinya pada salah satu kursi yang terletak tak jauh dari tempat selir Fangying.
“Terimakasih. Aku tau bahwa kau adalah orang yang baik.” gerutu Fangying, membuat Changyi tak tahu harus memberikan respon seperti apa.
Selir Fangying tampak menarik nafas sejenak, mempersiapkan dirinya sebelum mulai menyampaikan maksud serta tujuannya mengunjungi kediaman Changyi saat ini.
“Kedatanganku kemari, adalah untuk meminta bantuan darimu selir Changyi!” sambar Fangying cepat, sebelum Changyi sempat membuka mulut untuk menanyakan tentang kunjungan mendadaknya.
“Bantuan?” tanya Changyi merasa sangsi, dengan pendengarannya sendiri.
Fengying mengangguk, tampak jelas raut keputusasaan dalam wajah pucatnya yang sendu.
“Kau… Sepertinya tampak tak sehat? Apakah kau baik-baik saja?” tanya Changyi khawatir, mengutarakan rasa empatinya ketika melihat wajah dan bibir yang seputih kapas di hadapannya.
Fengying tampak menggeleng sedih. “Aku tidak sedang baik-baik saja. Karna itulah… Aku memutuskan untuk datang menemuimu selir Changyi. Hanya kaulah satu-satunya, yang bisa menolongku saat ini!” ujarnya, dengan nada memelas.
“Bantuan apa… Yang kau inginkan dariku?” tanya Changyi, penuh rasa penasaran dalam hatinya.
‘Bantuan seperti apa yang bisa diberikan oleh selir tawanan seperti dirinya?’ Changyi bertanya-tanya dalam hati.
Fangying meraih lengan Changyi dan menggenggam tangannya secara tiba-tiba, hingga Changyi tampak sedikit tersentak. “Aku mohon padamu! Tolong jaga putraku, saat aku tak ada lagi! Hanya kaulah yang bisa aku percayai! Tolong lindungi pangeranku,  selir Changyi!” pinta Fangying tampak terburu-buru, dengan raut yang benar-benar penuh harap.
“Putra?” Changyi masih menuntut sebuah penjelasan.
Kali ini Fangying tampak mengangguk, mengiyakan. “Pangeran Xiuhuan. Dia adalah keturunan dari Kaisar Xianfeng sendiri.”
“Lalu… Kenapa kau memintaku untuk menjaganya?” Changyi masih merasa tak mengerti, dengan penjelasan selir Fangying yang terlalu berbelit.
Fangying tampak menundukkan kepala, mencoba menyembunyikan kesedihannya yang begitu kentara di mata Changyi. “Karna aku… Sebagai ibu kandungnya, merasa tak akan mampu lagi untuk membesarkannya! Aku sedang sekarat, saat ini.” ujarnya pelan, seperti bisikan yang begitu memilukan.
Changyi tampak tersentak! Kata-kata Permaisuri Han Xian saat itu, kembali terngiang di telinganya!
Sekarang bahkan Changyi mulai mengingat, dimana dirinya pernah mendengar nama ‘Selir Fangying’ sebelumnya.
“Kaukah… Selir yang telah diracuni oleh permaisuri Han xian?” tanya Changyi terbata, merasa semakin simpati pada sosok di hadapannya.
Wanita bertubuh lemah tersebut, hanya mampu kembali mengangguk pelan, menanggapi.
Suasana di dalam kediaman Changyi, tiba-tiba saja hening sejenak.
“Sejujurnya, jauh sebelum kau masuk ke dalam istana ini, aku adalah selir yang mampu menarik perhatian yang mulia kaisar hingga membuatnya cukup sering mengunjungi kediaman pribadiku saat itu.” Fangying tampak mulai bercerita, dengan pandangan yang jauh kedepan, seakan sedang kembali menerawang kejadian di masa lalu. “Meskipun sejak awal aku telah mengetahui ketidak sukaan permaisuri Han xian dengan kedekatanku dan yang mulia, namun aku tak pernah berniat untuk menggubrisnya karna aku merasa itu bukanlah hal yang begitu penting untukku…”
Fangying memberi jeda sejenak.
“…Hingga akhirnya aku melahirkan seorang pangeran, lima tahun yang lalu.” Fangying menghela nafas berat sejenak. “Sikap permaisuri semakin terang-terangan mengancamku dan bahkan mengutus beberapa orang, untuk mencelakaiku dan pangeran kecilku beberapa kali.”
Changyi masih saja diam, menjadi seorang pendengar yang setia.
“Sejak awal hingga saat ini, yang mulia kaisar memanglah orang yang sangat sulit didekati meskipun begitu mudah untuk jatuh dalam pesonanya. Aku adalah salah satu dari selir wanita, yang bersedia melakukan apapun untuk bisa memperoleh perhatiannya. Hati Kaisar begitu beku, hingga aku harus menggunakan banyak tipuan untuk memperoleh perhatiannya yang begitu sulitnya untuk mempercayai seseorang. Tapi setidaknya, aku mampu sedikit menggerakkan hatinya.” Fangying melanjutkan cerita panjang lebarnya. “Tapi aku lupa memperhitungkan satu hal! Dia… Permaisuri kejam yang juga rela melakukan apapun untuk mempertahankan posisinya! Wanita kejam itu! Permaisuri Han xian datang kepadaku dan mengancamku hampir setiap harinya, karna ia belum juga mampu melahirkan seorang pangeran mahkota untuk yang mulia. Ia takut bahwa aku dan anakku akan mengancam posisinya kelak!” Fangying tampak mengambil nafas sejenak. Air mata juga mulai tampak jatuh dari pelipisnya yang kurus.
“Aku benar-benar tak menyangka, bahwa Permaisuri akan setega itu ingin menyakiti nyawa seorang anak kecil yang tak berdosa! Ia berniat meracuni pangeran kecilku, tanpa ragu sedikitpun! Ia ingin menghabisi nyawa anakku!”
Changyi mulai menahan nafas, menanti penuturan Fangying selanjutnya.
“Beruntung, aku segera menyadari niatan jahatnya yang ingin meracuni makanan pangeran Xiuhuan-ku. Aku yang merasa bahwa semua pelayan bisa saja adalah suruhannya,  menawarkan diriku sendiri untuk mencicipi terlebih dahulu makanannya sebelum masuk ke dalam mulut pangeran kecilku. Dan… Ketakutanku benar adanya! Beruntung bahwa hanya akulah, yang terkena racun yang mematikan yang entah bernama apa itu.”
Kali ini Changyi kembali berhasil dibuat tercekat oleh penuturannya.
Kasih sayang Selir Fangying yang begitu tulus dan besar pada putranya, mengingatkan Changyi akan kasih sayang kedua orang tuanya yang saat ini telah tiada.
“Lalu kenapa kau tidak meminta perlindungan dari yang mulia Kaisar? Dia pasti akan melindungimu dan juga pangeran Xiuhuan!” kali ini Changyi memberi saran.
“Semuanya sudah terlambat.” Fangying mendesah putus asa. “Meskipun lambat, tapi racun itu sudah menyebar dalam tubuhku dan tak dapat lagi disembuhkan. Bahkan saat Kaisar mengetahui perbuatan Permaisuri, Yang Mulia tetap tidak memberi hukuman padanya. Perlu kau ketahui, bahwa Kaisar tidak akan pernah menghukum permaisuri yang adalah teman kecilnya, sebelum kedatanganmu kemari.”
Changyi tampak terbelalak tak percaya. “Bukankah kau bilang, bahwa kau adalah selir yang mampu menggerakkan hatinya?! Lalu bagaimana bisa ia bersikap acuh seperti itu pada keselamatanmu dan juga putranya sendiri?!” Changyi tampak terbawa emosi, mulai meninggikan suara.
“Itulah konsekuensi yang harus aku terima. Karna menarik perhatian yang mulia dengan tipuan, maka kedekatan yang kurasakan juga hanya sekedar tipuan. Keberuntunganku karna bisa sempat melahirkan seorang pangeran untuk kerajaan ini, aku tak menyesal. Nasib wanita dalam istana yang tak mampu memperoleh cinta dari Kaisar, memanglah semenyedihkan ini. Aku sudah mempersiapkannya, jauh sebelum memasuki istana ini.” Fangying mengakhiri kalimatnya kali ini, dengan ketegaran yang sungguh tak dibuat-buat.
“Kalau Yang Mulia Kaisar memang sulit memberi cinta, lalu kenapa ia mengambil begitu banyak selir dalam istana ini?” tanya Changyi tak mengerti, mengingat bahwa ayahanda rajanya saja, hanya memiliki satu orang istri untuk mendampinginya.
“Tidakkah kau tahu? Semua selir dan bahkan Permaisuri sekalipun, dibawa kemari, hanya untuk perdamaian negara dan menghindari peperangan. Kami adalah jaminan, agar kerajaan Yang mulia Xianfeng yang berkuasa, tidak menyerang kerajaan kecil kami.” ujar Fangying, dengan senyum miris yang tampak di wajahnya. “Tapi akupun bisa memastikan, bahwa aku dan juga selir yang lainnya, benar-benar mencintai Yang mulia Kaisar. Yang mampu kami harapkan, hanyalah kasih sayang Kaisar yang bisa tertuju pada kami.”
Changyi mendesah prihatin, pada kenyataan yang sepertinya memang banyak menimpa para wanita dalam istana.
“Lalu… Kenapa kau memilihku untuk menjaga pangeran Xiuhuan?” setelah diam beberapa lama, akhirnya Changyi memutuskan untuk kembali pada topik utama mereka. “Tidakkah kau merasa salah memilih orang? Perlu kau ketahui bahwa kondisikupun tak jauh lebih baik dari kalian, dalam istana ini. Keselamatanku dan juga orang-orangku saja, sangat sulit untuk kupertahankan. Aku hanya seorang pangeran, yang dipaksa menjadi seorang selir tawanan. Yang mulia memusuhi seluruh keluargaku, termasuk juga diriku. Aku berada di sini, karna Yang Mulia ingin membalas dendamnya pada keluargaku. Lalu… Apa yang bisa kau harapkan dariku, selir Fangying?” tanya Changyi, bersikap sarkastis pada dirinya sendiri.
“Tidak! Itu tidaklah benar.” Fangying menggeleng cepat, menatap Changyi sungguh-sungguh. “Kau berbeda dari kami! Posisimu jauh lebih istimewa di hati Yang mulia kaisar.”
Changyi mengerjap beberapa kali. Sungguh! Apa yang membuat selir Fangying, bisa berfikiran seperti itu pada dirinya?
“Kau mungkin tak menyadarinya, tapi sikap Yang Mulia padamu, sungguh berbeda.” Fangying menjawab pertanyaan yang terlontar, dalam benak Changyi.
“Tentu saja! Karna Yang Mulia ingin menghinaku, dengan caranya sendiri!” Changyi mendengus prihatin, pada nasibnya sendiri.
“Tidak. Tidak. Percayalah pada insting para wanita yang mendambakan kasih sayang Yang Mulia Kaisar. Jika tidak, bagaimana permaisuri bisa begitu membencimu? Aku mengetahuinya, kau memperoleh kasih sayang yang lebih, dari Kaisar.”
Changyi kembali terbelalak ngeri, pada pemikiran wanita yang kira-kira usianya tak jauh lebih tua darinya itu. “Aku rasa… Ada kesalah pahaman di sini! Jika ini menyangkut tentang malam Kaisar yang sangat sering di habiskannya di sini, maka itu alasannya hanya untuk memberi penghinaan padaku yang seorang selir lelaki.” Changyi memberi penerangan.
“Aku rasa kau belum mengenal Yang Mulia Kaisar, dengan baik.” kata Fangying. “Kau mampu membuat yang mulia bertahan lama dalam kediamanmu, itu sebuah keajaiban. Membuat yang mulia memberi hukuman pada Permaisuri, itupun sebuah hal yang diluar kemampuan selir yang lain. Dan yang paling penting adalah… Posisi selir resmi kekaisaran yang sebentar lagi akan kau miliki, membuktikan bahwa Yang mulia sangat menaruh keistimewaan padamu.”
“Apa?!” kali ini Changyi berhasil terlonjak, tak percaya. “Selir resmi apa?! Aku benar-benar tak tahu apa yang sedang kau bicarakan?!”
Hari ini kesehatan jantungnya benar-benar terancam, karna berita mengejutkan yang beruntun menghantuinya.
Fangying tampak mengerjap heran. “Tidakkah kau tahu? Yang Mulia Kaisar telah mengumumkan pengangkatan posisimu, yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat ini. Sebentar lagi kau akan memperoleh posisi, yang hanya setingkat di bawah Permaisuri. Selanjutnya, Aku bahkan yakin kau bisa melawan bahkan menggulingkan Permaisuri Han xian jika kau ingin. Aku ingin kau yang menjaga Pangeran kecilku, karna aku percaya kau adalah orang yang baik dan juga pantas untuk melindunginya. Bersediakah kau membesarkan putraku setelah aku tiada, Selir Changyi? Aku mempercayakan pangeran kecilku kepadamu.”
Lagi-lagi Changyi hanya mampu terdiam, menanggapi. Sungguh! Butuh waktu cukup lama, agar dirinya mampu mencerna setiap kata yang keluar dari mulut selir Fangying.

Bab 17 (Tiga Syarat)
Akhirnya Changyi menghentikan kegiatan mondar-mandir tak jelasnya, ketika seruan pengawal yang memberitahukan tentang kedatangan Kaisar Xianfeng, terdengar menggema di telinganya!
Dengan langkah terburu-buru dan kegelisahan yang telah mencapai ubun-ubun, Changyi segera menghampiri pintu masuk kediamannya, untuk menemui sang Kaisar secara langsung.
Saking tergesanya, Changyi bahkan tak lagi memperhatikan langkahnya, hingga kakinya yang sudah terasa lemas- sejak kepergian selir Fangying tadi- jadi tersandung dan membuatnya jatuh tersungkur dengan posisi wajah yang hampir mencium lantai, membuat suasana kediamannya jadi ramai oleh pekikan kaget para pelayannya.
Detik berikutnya, suara decakan yang memprotes keteledoran Changyi, berhasil lolos menembus telinga Changyi. “Apa yang kau lakukan? Sebegitu senangnyakah kau dengan kedatanganku, hingga kau menyambutku dengan cara seperti ini?” dengus Xianfeng, dengan suara beratnya yang mengejek.
Changyi sedikit mendongak ke atas, dan mendapati posisinya saat ini, tengah bersujud tepat di kaki Xianfeng, hampir saja mencium sepatu hitam berukiran naga yang dikenakan oleh lelaki gagah tersebut.
Changyi melepaskan ringisan kecil dari mulutnya, ketika Chang dan Cong-yang sempat terpaku atas tingkah cerobohnya-membantunya untuk berdiri.
“Maafkan Changyi yang mulia, tadi… Changyi hanya terlalu terburu-buru hingga terjatuh.” balas Changyi, begitu berhasil berdiri di hadapan Xianfeng, dengan rasa malu yang mati-matian ditahannya.
Xianfeng tampak mengerutkan alisnya. “Apa yang membuatmu tergesa-gesa seperti itu?” Xianfeng terdiam sejenak,  seakan menyadari sesuatu. “Tadi selir Fangying meminta izin padaku untuk mengunjungimu. Apakah dia melakukan sesuatu hal yang buruk padamu?” tanyanya kemudian.
Changyi menggeleng cepat. “Tidak Yang Mulia! Tentu saja tidak!  Selir Fangying adalah wanita yang baik, dia sama sekali tak melakukan hal yang buruk.” timpal Changyi secepat mungkin. Takut kalau wanita malang itu akan mendapatkan hukuman, sama seperti Permaisuri Han xian beberapa waktu lalu.
Xianfeng tampak mengangguk paham. “Aku mengerti.” lalu menatap Changyi dengan sebelah mata yang menyipit. “Lalu… Dimana salam selamat datangku? Bukankah kau sudah berjanji akan melakukannya?” tuntut Xianfeng, mulai mengintimidasi.
Wajah Changyi spontan memucat! Berkat berita mengejutkan yang dibawakan Selir Fangying siang tadi, ia berhasil melupakan hal yang sepenting ini!
“Yang Mulia… Tidak bisakah… Aku mendapatkan sedikit keringanan?” pinta Changyi memelas, dengan wajah yang memerah karna menahan malu.
Semua ini terjadi karna kecerobohannya menentang Xianfeng yang kejam! Jika saja saat itu tangannya tak lancang membuat coretan pada wajah tampan Xianfeng, mungkin nasibnya tak akan sememalukan saat ini. Changyi telah dengan berani menghina seorang Kaisar, jadi pantaslah jika ia harus memperoleh hukuman yang setimpal. Namun Changyi benar-benar tak menyangka, bahwa hukuman yang ia terima akan seberat ini!
“Bukankah kita sudah pernah membicarakannya? Apakah aku perlu memberimu hukuman yang akan lebih menyenangkanku?” Xianfeng kembali bersuara, sarat akan ancaman.
Changyi jadi teringat akan hukuman yang ditawarkan Xianfeng setelah ia menghinanya dengan sebutan ‘Kaisar Panda!’ saat itu. Tawaran pertama, memberinya ciuman setiap kali pertemuan, perpisahan, akan tidur dan bangun tidur? Atau memilih tawaran kedua, yang membiarkan Xianfeng melakukan sesuatu yang menyenangkan pada tubuhnya untuk sekali saja?
Terang saja Changyi akan langsung memilih tawaran yang pertama, karna jelas tak akan ada pilihan ketiga lagi baginya.
Changyi bergidik ngeri, jika membayangkan hal ‘menyenangkan’ seperti apa yang akan dilakukan Xianfeng padanya!
Dengan langkah ragu dan rasa malu yang memuncak, Changyi akhirnya melangkah mendekati Xianfeng.
Karna tak ingin memperparah hukumannya, Changyi akhirnya memberanikan diri memajukan wajahnya ke wajah Xianfeng, dan memberinya ciuman yang ‘teramat’ singkat di daerah pipinya.
Changyi bahkan mulai membujuk dirinya, agar tak menghiraukan keberadaan para pelayannya dan juga Tuoli yang saat ini juga berada di sekitar mereka.
“Apakah perjanjiannya seperti itu? Di pipi?” suara Xianfeng yang terdengar seperti ancaman iblis di telinga Changyi, kembali terdengar.
Changyi berteriak frustasi dalam benaknya, namun juga tak mampu melakukan apapun selain melaksanakan titah iblis di hadapannya.
Dengan helaan nafas yang teramat panjang, Changyi mulai kembali mendekatkan wajahnya ke arah Xianfeng dan menutup rapat kedua matanya.
“Bagaimana bisa kau mencium di tempat yang benar, jika kau menutup mata seperti itu?” Xianfeng berdecak kesal. “Biar aku yang membantumu.” katanya.  Kemudian dengan gerakan cepat, menangkup bagian belakang kepala Changyi dan menuntunnya hingga bibir mereka menyatu dengan cara yang kasar.
Kemudian, Xianfeng menggunakan sebelah tangannya untuk menyentuh pipi Changyi dan mendorong masuk ibu jarinya ke dalam mulut Changyi, memaksanya membuka mulutnya yang saat itu terkatup rapat.
Changyi tersentak, dengan pekikan tertahan ketika lidah Xianfeng mulai masuk ke dalam mulutnya dan menguasainya di dalam sana. Ini bukan pertama kalinya bagi Changyi, namun tetap mampu membuat jantungnya hampir jatuh ke tanah saking cepatnya ia memacu.
Untuk waktu beberapa menit, Xianfeng memainkan bibir Changyi dengan kalap hingga tangan Changyi yang mencengkram lengan kanannya membuat Xianfeng tersadar, bahwa pemuda di hadapannya telah kehabisan nafas karna ulahnya.
Xianfeng segera melepaskan jeratannya pada Changyi, dan mendengus menatap pemuda berwajah cantik yang saat ini terengah-engah dengan wajah memerah yang seakan menggodanya. “Lakukan seperti itu, jika kau tak ingin mendapat hukuman yang lebih dariku!” tegas Xianfeng, seakan baru saja selesai memberitahukan sebuah pelajaran berharga untuk Changyi.
Changyi hanya mampu menatap Xianfeng dengan pandangan yang semakin ngeri, pada pria di hapannya itu. Jika ia disuruh untuk melakukan hal seperti ini lebih dari dua kali setiap harinya?! Maka bisa-bisa, lama-kelamaan, mungkin bibirnya yang lembut ini, akan terlepas dari mulutnya saking kerasnya Xianfeng menghisapnya seperti yang barusaja ia lakukan.
“Katakanlah, apa yang ingin kau sampaikan padaku?” tanya Xianfeng akhirnya, membuyarkan lamunan Changyi.
Changyi tampak mengerjap sesaat, ketika menyadari bahwa Xianfeng telah mendudukkan dirinya pada kursi yang terletak di sana.
Sekarang Changyi kembali mengingat tujuan sebenarnya ia ingin menemui Xianfeng secepatnya.
“Yang Mulia! Benarkah bahwa Yang Mulia ingin mengangkat Changyi menjadi seorang Selir Resmi Kekaisaran?!” tukas Changyi menuntut penjelasan, tanpa ingin berbasa-basi lagi.
Xianfeng tampak bergumam sejenak, kemudian menatap Changyi tepat di manik matanya. “Apakah selir Fangying yang memberitahumu? Jika itu memang dia. Lalu, apakah kau fikir dia akan berbohong tentang hal seperti itu?” Xianfeng malah balik bertanya.
Changyi balas menatap mata hitam kelam Xianfeng. “Aku berharap, ia membohongiku.” kemudian ia bergumam pelan.
Xianfeng kembali mendengus, kali ini Kaisar berwajah dingin terlihat sedang marah. “Sayang sekali bahwa itu bukanlah sebuah kebohongan! Aku memang akan segera menobatkanmu dengan gelar tersebut.”
“Yang Mulia! Tolong fikirkanlah lagi keputusan anda! Changyi sungguh tidak pantas menerima gelar tersebut! ” sambar Changyi, mulai meninggikan suaranya.
“Akulah yang berhak memutuskannya!  Siapa yang pantas atau tidak! Itu semua terserah padaku!” kata Xianfeng dengan nada dingin.
“Aku mohon padamu Yang Mulia! Semua orang akan menertawakanmu dan juga diriku!” Changyi kembali memelas. “Seluruh dunia akan mencemoohku, seorang pangeran yang menjadi seorang selir pria! Aku akan merasa malu menghadapi dunia ini!” tangis Changyi mulai pecah.
Xianfeng menggebrak meja di sampingnya dengan keras. “Berani sekali kau berkata seperti itu, seakan jabatan Selir Resmi adalah hal yang menjijikkan! Seharusnya kau merasa berterima kasih, karna hal itulah yang diharapkan banyak wanita di istana ini namun hanya kaulah yang mendapatkannya! Siapa yang berani menertawakanku?! Siapa yang akan mencemoohmu?! Bawa orang itu di hadapanku, dan perlihatkan padaku!” bentak Xianfeng, penuh kemarahan.
“Kalau begitu, berikan saja gelar itu pada wanita yang mengharapkannya!  Tapi jangan padaku! Itu hanya sebuah penghinaan bagiku!” balas Changyi, kembali kehilangan rasa takutnya pada Xianfeng.
“Penghinaan?!” Xianfeng kembali mengulang ucapan Changyi, tak percaya. “Kau bilang ini sebuah penghinaan?!” Xianfeng menggeram murka. “Kalau begitu anggap saja aku sedang ‘ingin’ memberi penghinaan padamu! Tidak! Aku benar-benar ‘akan’ memberi penghinaan itu padamu! Aku sengaja melakukannya untuk merendahkanmu! Karna aku membencimu dan seluruh anggota keluargamu!”
Changyi kembali tersedu karna rasa kesal dan ketidak berdayaan yang dibendungnya. “Tapi Yang Mulia…”
“Aku tidak meminta pendapatmu!” potong Xianfeng cepat, kemudian bangkit berdiri dari tempatnya dan berniat untuk meninggalkan kediaman Changyi.
Malam ini ia bahkan tak berminat lagi untuk tidur bersama Changyi seperti malam-malam sebelumnya. Ia harus menjauhkan dirinya sementara waktu, agar emosinya yang sedang meluap saat ini tak melukai Changyi.
“Kau hanya perlu mempersiapkan dirimu untuk hari penobatan itu! Aku tidak akan mentolerir lagi jika kau melakukan siasat lagi. Taruhannya! Adalah nyawa salah satu dari pelayan kesayanganmu. Ingatlah bahwa aku tak pernah bermain-main dengan kata-kataku.” ancam Xianfeng tajam, sebelum ia meninggalkan Changyi yang hanya mampu meratapi nasib saat ini.
***
Seminggu telah berlalu! Namun Changyi belum juga menemukan solusi atas masalah yang sedang dihadapinya.
Belum lagi berita kematian selir Fangying, yang semakin membuat perasaannya menjadi kacau.
Ditambah lagi dengan ketidak hadiran Kaisar Xianfeng, yang tak pernah lagi mengunjungi kediamannya semenjak perseteruan mereka mengenai gelar Selir Resmi Kekaisaran waktu itu.
Semestinya Changyi bisa merasa senang, karna tak perlu menerima pelecehan dari Xianfeng. Namun entah mengapa, hal itu malah membuat perasaannya semakin gelisah dan tak tenang.
“Selir Changyi! Selir Changyi!” tiba-tiba saja, seruan suara seorang wanita yang menghambur masuk ke dalam kediamannya, membuyarkan lamunan Changyi yang sedang terduduk dalam ruang utamanya.
Changyi menatap wajah wanita, yang dikejar oleh dua pengawal utusan Xianfeng. Sepertinya ia baru saja memaksa masuk ke dalam kediaman Changyi.
“Selir Changyi! Tolong dengarkan permintaan hamba! Selir Changyi!” Teriak wanita tersebut, yang wajahnya langsung dikenali oleh Changyi. Dia adalah salah satu pelayan Selir Fangying, yang ikut menemani Selir Fangying untuk menemui Changyi saat itu!
“Tunggu!” seru Changyi cepat,  sebelum kedua pengawal lelaki berwajah bringas tersebut, menyeret wanita itu untuk pergi. “Aku yang memintanya untuk datang kemari. Lepaskan dia!” perintah Changyi, sedikit berbohong.
“Ada perlu apa kau datang kemari?” tanya Changyi akhirnya, setelah kedua pengawal bringas telah pergi menuruti perintahnya.
Pelayan wanita tersebut, tampak menunduk dalam memberi hormat pada Changyi dengan air mata yang memenuhi kedua pelipisnya.
“Tenangkanlah dirimu… Berbicaralah pelan-pelan, aku akan mendengarkanmu.” kata Changyi, menenangkan pelayan wanita yang tampak masih sangat belia tersebut.
“Hamba bernama Lamei Yang Mulia.” gadis itu memperkenalkan diri. “Hamba adalah pelayan dari kediaman Selir Fangying. Kedatangan hamba kemari untuk memohon pertolongan Selir Changyi.” Lamei tampak mengambil nafas sejenak, meredakan tangisnya. “Yang Mulia Selir Changyi, pasti sudah mendengar tentang berita kematian junjungan hamba?” tanyanya, malah terdengar lebih seperti sebuah pernyataan.
Changyi hanya membalas dengan anggukan kecil, namun juga dibarengi dengan raut wajah yang menunjukkan turut bersedih atas kepergian majikan Lamei tersebut. Meskipun Changyi baru berbicara sekali dengan Selir Fangying, namun Changyi tau bahwa dia adalah wanita yang baik hati.
Nasibnya saja yang malang,  karna harus masuk ke dalam istana ini,  sama seperti dirinya.
“Semenjak kepergian Selir Fangying, maka pangeran Xiuhuan harus memiliki seorang wali yang akan mengurusinya.” gadis bernama Lamei kembali membuka mulut, bercerita. “Sayangnya Permaisuri Han xian yang mendapat wewenang tersebut! Hamba sangat khawatir dengan nasib pangeran kecil selanjutnya. Selir Changyi… Hamba mohon selamatkanlah pangeran kami!” Lamei kembali terisak,  kemudian bersujud berulang kali di hadapan Changyi.
Changyi memegangi kepalanya dengan bingung. ‘Bahkan masalahnya saja belum mendapatkan solusinya!’ Batinnya berteriak frustasi.
“Sudahlah Lamei, berhentilah bersujud. Aku akan membantumu.” putus Changyi akhirnya, menghentikan gerakan Lamei yang entah sudah berapa kali mencium lantai di hadapannya.
***
“Aku akan menerimanya! Terserah Selir Resmi Kekaisaran atau apapun itu! Aku akan menerimanya, asalkan Yang Mulia mau menerima tiga syarat yang Changyi akan ajukan!” tutur Changyi lantang, setelah selesai memberi salam pada Xianfeng di dalam ruang belajar sang Kaisar.
Yup! Changyi segera menemui Xianfeng, untuk mengajukan tiga syarat yang tiba-tiba saja muncul dalam kepalanya itu!

Bab 18 (Tiga Syarat Part 2)
“Aku akan menerimanya! Terserah Selir Resmi Kekaisaran atau apapun itu! Aku akan menerimanya, asalkan Yang Mulia mau menerima tiga syarat yang Changyi akan ajukan!” tutur Changyi lantang, setelah selesai memberi salam pada Xianfeng yang tengah berada di dalam ruang belajarnya.
Xianfeng meletakkan buku yang tengah dipegangnya, mengembalikannya ketempat semula dimana jejeran buku tersusun rapih pada rak-rak buku pribadi miliknya.
Kemudian ia berbalik, menatap Changyi dengan pandangan mencemooh. “Jadi kau datang kemari hanya untuk mengajukan syarat tawar menawar denganku?” Xianfeng mendengus mengejek. “Berhentilah menyia-nyiakan tenagamu. Bukankah sudah aku katakan? Bahwa ‘dengan’ atau ‘tidak’ adanya persetujuanmu, penobatan itu akan tetap dilaksanakan!”
“Yang Mulia! Bahkan anda belum mendengarkan permintaan Changyi!” Changyi menatap kecewa pada Xianfeng.
“Aku ingin lihat, sejauh apa kau mampu mempertahankan kekeras kepalaanmu di hadapanku! Sepertinya aku perlu mengingatkanmu, tentang posisimu dalam istana ini! Kau terlalu besar kepala, jika kau merasa dirimu pantas untuk mengajukan syarat padaku.” tutur Xianfeng dingin,  menatap rendah pada Changyi.
Changyi tersentak, dengan kata-kata menusuk yang keluar dari mulut pria di hadapannya!
Awalnya Changyi berfikir, bahwa Xianfeng tak lagi melihatnya sebagai seorang musuh. Changyi pernah beranggapan, bahwa dirinya telah mampu sedikit demi sedikit menghilangkan kebencian dalam hati Xianfeng padanya. Tapi setelah melihat pandangan dingin yang merendahkan di hadapannya itu, Changyi benar-benar merasa kehilangan seluruh tenaga yang dimilikinya. Sepertinya ia telah salah dan berharap terlalu banyak. Bahkan untuk menjadi seorang temanpun, akan terasa amat sulit digapainya.
Merasa tak lagi memiliki kekuatan, Changyi menjatuhkan kedua lututnya di hadapan sang Kaisar. Berlutut dengan rasa kekecewaan yang mendalam di hatinya. “Kalau begitu Changyi akan terus berlutut, sampai Yang Mulia mau mendengarkan permintaan Changyi.” balas Changyi lirih, dengan hanya kekeras kepalaan, yang tersisa dari dirinya.
“Apakah kau begitu senang menentangku?!” Tunjuk Xianfeng geram, dengan nada membentak kepada Changyi.
Xianfeng tampak mendengus kasar, dan mengibaskan jubah yang dikenakannya dengan murka hingga semua pelayan yang berada di sekitarnya, refleks berlutut ketakutan dengan kemarahan yang ditunjukkannya.
“Yang Mulia…” para pelayan Changyi yang mengikutinya sejak tadi, mulai membujuk Changyi agar bangkit berdiri dan memohon pengampunan Kaisar sesegera mungkin. Mereka benar-benar khawatir, dengan nasib selanjutnya majikan mereka.
Tapi bukannya bergeming, Changyi malah menepis tangan para pelayannya pelan dan mempererat lututnya Menempel pada lantai yang keras di bawahnya.
“Berlututlah sesukamu! Aku tidak perduli! Bahkan jika sampai kakimu itu terlepas dari tubuhmu, penobatanmu akan tetap dilaksanakan!” tandas Xianfeng kejam, kemudian meninggalkan Changyi yang masih berlutut di tempatnya.
***
“Apa yang terjadi?” tanya Xianfeng cepat tanggap, langsung mengetahui ada hal yang tidak beres terjadi, begitu Tuoli menghampirinya dengan tergesa ditengah-tengah rapat sidang Istana yang sedang berlangsung.
Tuoli nampak menghela nafas sejenak, sebelum lebih mendekat dan berdiri tepat di sebelah Xianfeng. “Lapor Yang Mulia. Hamba mendengar dari pelayan Fei zi, bahwa Selir Changyi baru saja jatuh pingsan dalam ruang belajar anda.” terang Tuoli singkat, dengan penjelasan yang terkesan terburu-buru.
Xianfeng menggebrak meja di hadapannya dengan geram dan penuh kemarahan.
Bahkan masalah penyusup yang telah membunuh beberapa pengawal dalam Istana saja, belum berhasil ditemukamnya hingga membuatnya pusing tujuh keliling. Xianfeng dan para pejabatnya baru saja merundingkan masalah yang membuatnya repot selama beberapa hari itu. Mencari pembunuh yang sudah pasti sedang menyamar menjadi seorang pengawal, sama saja dengan mencari jarum di dalam tumpukan jerami. Benar-benar merepotkan!
Hal itu saja sudah berhasil membuat Xianfeng cukup sibuk untuk mengurus seorang penyusup yang begitu pandai dan berpengalaman. Dan kali ini,  Changyi malah memperparah sakit kepalanya dengan terus memancing dan menguji kesabarannya.
“Apakah kau membiarkannya berlutut di sana semalaman?!” bentak Xianfeng keras, tidak memperdulikan para pejabat yang mulai saling berbisik dan menunduk ketakutan di sekitarnya. Bertanya-tanya dalam hati,  tentang hal apa yang telah membuat Kaisar mereka begitu kehilangan kesabarannya.
“Lapor yang mulia. Para pelayan sudah berusaha keras untuk membujuk Selir Changyi, namun tak ada satupun yang mampu membuatnya bergeming dari tempatnya semenjak kemarin.” Tuoli kembali menerangkan dengan suara yang pelan, agar para pejabat yang hadir dalam ruangan tersebut tak mendengarkan pembicaraan mereka. “Selir Changyi bahkan menolak semua makanan dan minuman, yang di tawarkan padanya, hingga membuat kondisinya semakin tidak menguntungkannya.”
“Lalu?” Xianfeng menuntut penjelasan yang lebih.
“Sepertinya saat ini selir Changyi tengah diperiksa oleh tabib, dalam kediamannya, Yang Mulia.” balas Tuoli, tetap dengan sikap sigapnya.
Xianfeng tampak berdecak kesal, dan bangkit berdiri dari singgasananya. Menuruni tangga yang memisahkan jaraknya dan para pejabat pemerintahannya, dan hendak berjalan ke arah pintu keluar. “Sidang Istana ditunda sampai waktu yang nanti akan aku tentukan!” putus Xianfeng tegas, kemudian segera bergegas menuju ke kediaman Changyi.
***
PRANG!
Xianfeng baru saja melangkahkan kakinya memasuki kamar pribadi Changyi, ketika mangkuk kaca yang terjatuh berserakan di hadapan kakinya, lengkap dengan ramuan obat yang tampak tumpah kemana-mana.
“Apa yang sedang terjadi disini?!” bentak Xianfeng geram, menatap garang pada Changyi yang baru saja melemparkan ramuan obatnya ke atas lantai.
Changyi yang melihat kehadiran Xianfeng, tampak segera membuang muka, bukannya memberi hormat pada sang Kaisar yang jelas-jelas tengah marah besar kepadanya saat ini.
“Lapor Yang Mulia. Hamba telah melaksanakan tugas hamba untuk membuat ramuan obat untuk kepulihan selir Changyi. Tapi itu semua tidak ada gunanya, jika beliau menolak untuk meminumnya.” terang tabib tua,  yang sudah tampak kewalahan menghadapi sikap Changyi.
“Apa gunanya kalian berempat berada di sini?!” bentak Xianfeng tajam, kepada keempat pelayan Changyi.
Chang, Cong,  Fei zi dan Zhaoyang, tampak kembali membujuk Changyi dengan hasil yang sia-sia.
“Jadi kau tetap tidak ingin meminum obat yang diberikan tabib?” tanya Xianfeng tajam, dengan nada penuh ancaman.
Changyi tetap tak bergeming dari tempat pembaringannya, membelakangi Xianfeng dalam diam.
“Pengawal!  Seret dia ke tiang gantungan, sekarang juga!” perintah Xianfeng telak, menunjuk tepat ke arah pelayan Chang.
“Baik yang mulia!” kedua pengawal yang berdiri di ambang pintu, menjawab cepat dan serentak.
Cong yang melihat saudari kembarnya sedang di seret, segera menangis histeris dan berlutut memegangi bagian bawah jubah Kaisar dan memohon pengampunan. “Tidak Yang Mulia! Tolong jangan membunuhnya! Hamba memohon belas kasihmu, Yang Mulia!” tangis Cong kalap, benar-benar tak ingin kehilangan saudari kandung yang begitu dicintainya.
“Berhenti! Jangan lakukan itu! Lepaskan dia!” teriak Changyi terduduk, tak berdaya untuk meninggalkan tempat tidurnya.
“Inilah akibatnya, jika kau berani menentangku! Bukankah sudah aku katakan, bahwa aku tak akan bermain-main dengan kata-kataku?!” serang Xianfeng dingin, mengisyaratkan pada para pengawalnya agar melanjutkan melaksanakan perintahnya.
“Jika Yang Mulia membunuhnya, maka Changyi bersumpah akan memotong satu tangan Changyi di hadapan Yang mulia!” balas Changyi tak kalah dingin, tanpa ketakutan sedikitpun. Changyi benar-benar telah kembali merasa putus asa saat ini.
“Apa maksudmu?! Berani sekali kau mengancamku!” seru Xianfeng menggelegar, menatap Changyi dengan mata yang melebar geram.
“Karena para pelayan Changyi, melambangkan kaki tanganku, Yang Mulia! Jika Yang Mulia membunuh salah satu dari mereka, itu artinya Changyi telah kehilangan sebelah tangan Changyi. Changyi bersungguh-sungguh akan memotong seluruh kaki dan tangan Changyi, jika Yang Mulia berani menyentuh nyawa keempatnya!” ancam Changyi, menatap tepat ke manik mata hitam pekat milik Xianfeng.
Xianfeng tampak berdecak kesal, memberi isyarat pada para pengawal agar melepaskan Chang dan segera menyuruh orang-orang yang berada di sana, untuk segera meninggalkannya dan juga Changyi dalam ruangan tersebut. “Kau terlalu keras kepala.” umpat Xianfeng, mulai terdengar sedikit merendahkan nada bicaranya pada Changyi.
“Karena yang tersisa dari Changyi, hanya tinggal kekeras kepalaan itu Yang Mulia.” tangis Changyi, terdengar sarat akan rasa sakit hati yang mendalam. “Yang Mulia telah merampas segalanya dariku! Keluargaku yang berharga, tempat tinggalku, kebanggaanku, harga diri serta kebebasanku! Yang Mulia telah merampas semuanya dari Changyi.
Changyi hanya berusaha mempertahankan bukti, bahwa Changyi juga adalah seorang makhluk hidup.” lirihnya,  kemudian terdiam sejenak untuk sekedar mengambil nafas. “Dahulu… Tak ada yang berani, memaksakan Changyi untuk melakukan hal yang tidak aku sukai. Bahkan kedua orang tuaku, tak pernah memaksakan kehendak mereka kepada Changyi. Tapi… semenjak tiba dalam istana ini,  semua yang Changyi lakukan, harus sesuai dengan izin orang lain. Apakah Yang Mulia bahkan pernah memikirkan tentang perasaan Changyi?” tutur Changyi, dengan tubuh bergetar hebat menahan emosi yang siap meledak dalam dirinya.
“Tidakkah kau terlalu berlebihan? Aku hanya memberikanmu posisi yang lebih tinggi! Kenapa kau begitu marah? Aku tidak bermaksud merugikanmu! Kau tidak akan kehilangan sehelai rambutpun, jika kau menurutinya.” kilah Xianfeng, merasa perlu memulai pembicaraan secara baik-baik.
“Harus berapa kali aku katakan?! Aku tak menyukainya! Menjadi seorang selir, meskipun Changyi adalah seorang lelaki. Itu sudah lebih dari cukup untuk menyakiti harga diriku! Dan bahkan kini Yang Mulia seperti berniat ingin menunjukkannya pada seluruh dunia! Changyi berusaha menerimanya, tapi bahkan Yang Mulia tak ingin untuk sekedar mendengarkan persyaratan yang Changyi ingin ajukan.” hardik Changyi, menyampaikan segala keluhan di dalam hatinya.
Xianfeng tampak terdiam, berfikir sejenak. Kemudian akhirnya menghembuskan nafas, menghampiri Changyi dan mengambil posisi duduk di ujung tempat tidur Changyi yang besar dan luas.
“Baiklah. Kau menang. Katakanlah, apa persyaratanmu?” sungut Xianfeng, memilih menyerah dari sikap keras kepala pemuda di hadapannya.
Changyi menatap Xianfeng dengan pandangan berbinar. “Sungguhkah Yang Mulia?!” tanyanya memastikan.
Xianfeng hanya mengangguk menanggapi.
“Kecuali membebaskan kakak laki-lakimu dari dalam penjara Istana. Aku berjanji akan menyanggupi segala persyaratan yang akan kau ajukan.” Xianfeng menegaskan.
Changyi mengangguk bersemangat. Tak apalah jika ia belum mampu membebaskan kakak Fengying-nya saat ini. Toh dirinya masih akan tetap mencari cara, agar Kaisar Xianfeng mau membebaskan kakaknya suatu saat nanti.
“Syarat yang pertama… ” Changyi memulai, mengemukakan permintaan pertamanya. “… Meskipun Changyi bersedia menjadi seorang Selir Resmi Kekaisaran, tapi Yang Mulia Kaisar tetap harus menepati janjinya untuk tidak menyentuh Changyi.”
Xianfeng tampak terbelalak, menatap tak percaya pada Changyi. “Jadi… Kau membuang-buang seluruh waktuku dan tenagamu hanya untuk syarat bodoh itu?” tanya Xianfeng sarkastis, sedikit merasa keki dalam hatinya. “Tubuhmu tak sebagus itu. Jika kau merasa, bahwa aku sangat mendambakannya.” komentarnya menusuk penuh penghinaan, saking kesalnya dengan tingkah Changyi yang terkesan kekanakan.
“Maksudku adalah, hentikan ritual ‘mencium’ itu! Itu melanggar perjanjian! Aku tidak menyukainya!” seru Changyi lantang, entah memperoleh tenaga dari mana untuk terus berteriak-teriak. Padahal saat ini tubuhnya masih sangat lemah dan sakit.
Xianfeng mendengus mengejek. “Lalu kenapa kau mendesah begitu keras, saat aku melakukannya?”
“Karna itulah aku membencinya! Itu membuat jantungku menjadi berdetak tidak karuan dan terasa hampir keluar dari tempatnya!” kilah Changyi, sepertinya terlalu jujur. “Lagipula bibirku bisa terjatuh, jika Yang Mulia terus menciumnya dengan kasar, dengan jumlah beberapa kali dalam sehari.”
“Kalau begitu, lain kali akan kulakukan dengan lembut.” sambar Xianfeng pelan, seperti menggerutu tak jelas pada dirinya sendiri. “Aku sangat ingin mengajarimu, tentang perbedaan antara perjanjian dan juga hukuman.”
“Maaf Yang Mulia?” Changyi yang tidak mendengar ucapan Xianfeng, malah bertanya.
Xianfeng hanya mengangkat kedua bahunya, kemudian mengangkat sebelah telapak tangannya sekilas, mempersilahkan Changyi melanjutkan mengajukan persyaratannya.
“Yang kedua… Changyi ingin, agar pangeran Xiuhuan tidak diberikan kepada Permaisuri Han xian yang kejam.” lanjut Changyi kemudian. “Sebagai gantinya, Changyi berjanji, akan merawat pangeran kecil dengan sangat baik.”
Xianfeng tampak berfikir sejenak, tak butuh banyak waktu untuk menyanggupi. “Baiklah. Aku tak keberatan sama sekali.” putusnya enteng, kemudian kembali meminta Changyi melanjutkan kalimatnya.
“Yang ketiga…” Changyi tampak ragu mengatakannya. “Pertama-tama, Yang Mulia harus berjanji untuk mengiyakannya terlebih dahulu.” pinta Changyi, benar-benar memelas saat ini.
Xianfeng menatap Changyi dengan alis berkerut curiga. Namun tetap tak mampu menolak permohonan Changyi.
“Yang ketiga… Tolong izinkanlah Changyi untuk menemui kakak Fengying!” pinta Changyi, dengan nada penuh pengharapan.
Xianfeng sungguh ingin menolak permintaan Changyi yang satu ini! Namun begitu kedua mata lebar itu mulai menatapnya dengan pandangan berkaca-kaca. Mau tak mau, Xianfeng jadi harus menuruti permohonan Changyi yang ketiga ini jika tak ingin ada pertumpahan darah dari Changyi.
“Jika kau mau berjanji untuk tidak melakukan hal yang akan membuatku kehilangan kesabaran. Kau boleh mengunjunginya sekali saja.”

Bab 19 (Pangeran Kecil Xiuhuan)
Semuanya tampak kacau dan berantakan!
Sejauh mata memandang, apapun yang sanggup digapainya telah ia hancurkan untuk melampiaskan kemarahannya!
Permaisuri Hanxian bahkan belum sanggup menghilangkan kemarahannya, meskipun telah membuat seluruh isi ruang utama kediamannya tampak tak berbentuk lagi.
Ia terus meraung dan memaki dengan suara keras! Bahkan salah seorang pelayan setianya yang masih tersisa, setelah Xianfeng membantai hampir seluruh pelayannya saat kejadian dengan selir Changyi saat itu-hanya mampu menyaksikan dan mendampingi majikannya dari sudut ruangan, menunggu hingga Sang Permaisuri, puas melampiaskan kekecewaannya.
“Berani sekali dia menentangku terang-terangan seperti itu! Dia… Selir Changyi yang berwajah dua itu… Ia pasti sengaja merebut hak asuh Pangeran Xiuhuan dariku! Aku pasti akan membalas perbuatannya!” raung Permaisuri Hanxian, tampak kalap dan sama sekali tak lagi menunjukkan sikap sebagai seorang wanita bangsawan.
Belum puas dengan kondisi kediamannya yang telah porak-poranda, Hanxian kembali meraih sisa satu vas bunga kecil yang masih utuh di atas meja dan melemparkannya hingga membentur dinding dan pecah hingga menjadi beberapa keping.
“Permaisuri Hanxian! Mohon tenangkan diri anda.” pelayan wanita yang sejak tadi hanya diam menunggu hingga kemarahan Sang Permaisuri mereda, akhirnya memutuskan untuk membuka mulut.
“Bagaimana aku bisa tenang?! Hah! Dia telah merampas segalanya dariku!Dia yang hanya seorang Selir lelaki! Bagaimana bisa ia memperoleh segala apa yang aku inginkan?!” bentak Hanxian keras, dengan tangis yang penuh dengan kemarahan. “Dia telah mempermalukan diriku! Membuat aku mendapatkan hukuman dan membuat hampir seluruh pelayan setiaku, kehilangan nyawa mereka! Dia bersikap sombong, karna memiliki wajah dan tubuh yang indah! Dia merayu Yang Mulia Kaisar dan membujuknya untuk mendapatkan posisi yang tinggi! Bahkan Yang Mulia tidak segan-segan untuk mengumumkan waktu penobatannya sebagai seorang Selir Resmi Kekaisaran! Dan kini ia merebut Pangeran Xiuhuan dari kendaliku! Berani sekali dia padaku!” geram Hanxian, penuh dendam.
Pelayan wanita yang bernama Anchi, tampak membungkuk hormat dengan tenang. “Hamba mengerti perasaan Permaisuri. Hamba telah mendampingi anda semenjak Permaisuri masih kanak-kanak. Hamba telah melihat, bagaimana perjuangan Yang Mulia Permaisuri, hingga bisa sampai pada posisi saat ini.” Anchi tampak menarik nafas sejenak, memberi kesempatan pada Permaisuri Hanxian, agar bisa mendengarkan perkataannya dengan seksama. “Tapi jika anda bertindak terlalu gegabah, itu hanya akan merugikan permaisuri.”
“Lalu apa yang harus aku lakukan?! Selir Changyi itu! Mendengar namanya saja, sudah membuat kebencianku naik hingga keubun-ubun!” tandas Hanxian kemudian.
Anchi tampak tersenyum sejenak. Memberi isyarat pada Hanxian, bahwa semuanya pasti akan baik-baik saja.
“Jangan biarkan tangan anda terlihat kotor, di hadapan Yang Mulia Kaisar!” ucap Anchi akhirnya, menunjukkan wajah pintarnya yang tampak licik.
“Apa maksudmu?” tanya Permaisuri, mulai tampak sedikit tenang.
“Sebelumnya, mohon maafkan kelancangan hamba, Yang mulia. Tapi… Tidakkah Permaisuri merasa tindakan anda terlalu terang-terangan, selama ini?” Anchi bertanya.
Permaisuri Hanxian tampak menaikkan sebelah alisnya tersinggung, namun tetap tidak mengatakan apa-apa dan menunggu kelanjutan ucapan pelayannya.
“Selama ini… Permaisuri mencelakai beberapa Selir yang mengusik anda, tanpa anda benar-benar berusaha menutupi tindakan anda tersebut di hadapan Kaisar. Mungkin Yang Mulia Kaisar memang tidak menunjukkan reaksinya saat itu, tapi… Siapa yang tau bahwa ia sebenarnya menaruh tindakan buruk anda dalam hati? Bagaimanapun, mendiang Selir Fangying adalah ibunda dari putra Yang Mulia Kaisar satu-satunya. Namun anda telah mencelakainya hingga kehilangan nyawa dengan terang-terangan! Menurut hamba… Apakah tindakan Permaisuri tidak terlalu gegabah?”
Hanxian mendengus meremehkan. “Apa yang harus aku takutkan? Aku bertindak terang-teranganpun, mereka tak akan mampu melakukan apa-apa!” decihnya kemudian.
“Tapi ini merusak citra anda di hadapan Kaisar! Dan bukankah anda ingin menguasai pangeran kecil, untuk berjaga-jaga jikalau Yang Mulia Kaisar tak berniat membuat anda melahirkan seorang penerus? Tapi anda telah terang-terangan menghabisi nyawa ibundanya yang telah melahirkannya dan membuat Pangeran kecil berkemungkinan besar untuk membenci anda! Meskipun memang awalnya anda ingin menghabisi nyawa Pangeran Xiuhuan, tapi bukankah saat ini kondisinya telah berubah semenjak anda bisa memanfaatkannya? Karna itulah… Seharusnya… Permaisuri bisa lebih bersikap menggunakan kepala yang dingin. Tidakkah seharusnya anda mencoba berusaha menarik hati Yang Mulai Kaisar dan Pangeran Xiuhuan? Janganlah mangikuti amarah anda Permaisuri. Itu hanya akan menyesatkan anda.” nasehat Anchi, panjang lebar.
Hanxian melirik Anchi dengan pandanga dingin. “Berani sekali kau menghardik diriku?!” bentaknya tersinggung.
Anchi tampak kembali menunduk dalam. “Mohon maafkan pelayan anda yang kurang ajar ini, Permaisuri! Hamba hanya ingin anda tidak merugikan diri anda lagi.”
Permaisuri kembali mendengus kesal. “Lalu katakanlah, apa rencanamu?” tanya Hanxian beberapa saat kemudian, membuat Anchi sontak mendongak dan mendapati wajah Hanxian yang menyeringai.
Anchi balas tersenyum, kemudian kembali meluruskan tubuhnya ketika Hanxian memintanya. “Lakukanlah dari belakang, Yang Mulia! Kita bisa mencelakai Selir Changyi, tanpa perlu mengotori tangan sendiri.”
Hanxian kembali tersenyum, dengan penuh aura kejahatan. “Aku akan pastikan Selir Changyi mendapatkan balasan dariku! Aku akan membuat perhitungan padanya! Aku akan membuatnya menyesal, karna telah berani mengusikku!”
***
Changyi menatap anak laki-laki berusia lima tahun dihadapannya, dengan seksama!
Awalnya, saat berfikir tentang Pangeran kecil, Changyi membayangkan wajah kecil polos dengan senyuman yang manis. Tapi setelah ia bertemu dengan anak yang akan mulai diurusinya, Changyi mulai merasa sedikit terintimidasi di hadapan anak kecil yang menatapnya tajam saat itu.
Changyi seakan kembali bertemu dengan Xianfeng, tapi kali ini menurut fersi anak kecilnya. Tatapan tajam mengintimidasi, dengan kesombongan dalam tatapan licik pada wajah kecilnya.
Pangeran Xiuhuan, sama sekali tidak manis. Tampaknya, ia terlalu berusaha tampak dewasa sebelum waktunya.
Changyi tahu, mengurusi seorang putra naga, pastilah tidak akan semudah membalikkan telapak tangan. Ia harus mengurusi segala keperluan Pangeran, mengurus pendidikan Pangeran kecil, dan lain sebagaianya tanpa boleh ada kesalahan sedikitpun. Changyi sangat menyadari bahwa ia telah menerima sebuah tugas yang begitu berat.
Tapi Changyi memang harus melakukannya untuk keselamatan Pangeran Xiuhuan. Ia harus menjauhkannya dari pengaruh buruk Permaisuri, juga harus mendidik Pangeran kecil dengan baik, agar ia bisa berguna untuk rakyatnya kelak.
“Changyi memberi salam pada Pangeran Xiuhuan.” sapa Changyi lebih dulu, ketika pangeran kecil yang saat itu mengunjungi kediamannya untuk memberi salam-setelah kediaman sang Pangeran dipindahkan di sebelah kediaman Changyi-tidak juga membuka suara.
“Aku tidak menyukaimu!” seru Pangeran Xiuhuan langsung, menunjukkan wajah bermusuhan kepada Changyi.
Changyi hanya mampu menghela nafas di tempatnya.
Changyi sebenarnya sudah menduganya sejak awal, saat pangeran kecil melangkah memasuki kediamannya untuk pertama kalinya saat itu. Ia sudah bisa menduga, dari raut wajah kecil pangeran yang terus menatapnya dengan kening yang berkerut.
Changyi merasa tak perlu untuk terkejut lagi. Bukankah buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya? Jika Xianfeng membenci dirinya, maka tidak perlu kaget lagi jika putranyapun membencinya.
“Aku tidak membutuhkan bantuan siapapun! Baik kau maupun Permaisuri, kalian sama saja! Ibundaku meninggalkanku gara-gara kalian!” Pangeran kembali berseru, dengan suara khas kekanakannya yang tampak sombong.
Sungguh anak yang kuat! Changyi bahkan pernah mendengar cerita para pelayan, bahwa Pangeran kecil Xiuhuan bahkan tidak meneteskan air mata setetespun saat Ibundanya meninggalkannya.
Menurut Changyi, terlalu tegarpun juga tak baik untuk ukuran seorang anak kecil. Kenapa harus menahan semuanya, jika kau ingin menangis? Changyi merasa semakin simpati pada kelakuan Pangeran kecil, yang terlalu memendam penderitaannya.
“Pangeran! Anda tidak bisa bersikap seperti itu pada Selir Changyi! Bagaimanapun, selir Changyi adalah orang yang telah dipercayakan mendiang ibunda Pangeran untuk menjaga anda. Ketahuilah pangeran, selir Changyi telah menyelamatkan anda dari jeratan Permaisuri Hanxian.” Lamei, yang bertugas melayani Pangeran kecil, terdengar memperingati.
“Aku tidak takut pada Permaisuri! Aku bisa melawannya seorang diri, meskipun tanpa bantuan siapapun!” Pangeran Xiuhuan bersikeras.
“Tapi Pangeran… “
“Sudahlah. Tidak apa-apa Lamei.” Changyi memotong ucapan Lamei dengan tenang. “Baiklah Pangeran! Aku tidak keberatan jika kau membenciku. Aku memakluminya. Lalu… Apa yang akan Pangeran lakukan?” Changyi bertanya memancing.
“Aku berjanji akan memisahkanmu dari Ayahandaku!” balas Pangeran kecil, penuh keyakinan.
Bukannya merasa terganggu dengan ucapan Sang Pangeran, diluar dugaan anak itu. Changyi malah menunjukkan senyum samar, di hadapannya. “Tentu pangeran! Aku sangat menantikan saat itu tiba!” balas Changyi antusias. “Tapi sebelum itu terjadi, Pangeran harus mengumpulkan kekuatan terlebih dahulu. Entah itu menjauhkanku dari Yang Mulia Kaisar atau menyingkirkan Changyi, Pangeran Xiu-er harus memiliki kekuatan agar bisa melakukannya. Sayangnya, anda harus menuruti segala prosedur sebelumnya. Karna Changyi telah diberi kepercayaan untuk merawat Pangeran, jadi Pangeran harus menuruti segala perkataan Changyi jika ingin memiliki kekuatan itu.” tutur Changyi, mulai memanggil Pangeran kecil dengan panggilan yang akrab.
“Mulai saat ini! Changyi pun akan bekerja keras agar Pangeran kecil bisa memiliki kekuatan untuk menjaga dirinya sendiri!” senyum Changyi tulus, menatap Pangeran kecil dengan sungguh-sungguh.
“Lakukan saja! Jika kau sanggup bertahan!” Dengus Pangeran kecil, keras kepala. Kemudian menghentakkan kaki kecilnya, sebelum mengibaskan jubah Pangeran yang dikenakannya, untuk meninggalkan kediaman Changyi.
“Yang Mulia… Apakah anda benar-benar yakin ingin merawat Pangeran itu? Lihatlah kelakuannya yang buruk itu.” Cong yang tadinya hanya menyaksikan di pinggir ruangan, kini mulai membuka suara ketika sosok Pangeran kecil tak lagi terlihat.
Chang dan Zhaoyang tampak mengangguk menyetujui ucapan Cong saat itu.
Changyi menghela nafas berat sesaat. “Justru karna sifat buruknya itulah, aku jadi semakin ingin mendidiknya dengan baik. Aku tak ingin Permaisuri Hanxian semakin memperburuk keadaannya dan mempengaruhinya hingga ia me jadi Pangeran yang tak berperasaan. Aku akan berusaha agar ia menjadi seorang Pangeran yang baik. Aku tak ingin ia tumbuh seperti ayahnya yang kejam dan…”
“Siapa yang kau sebut kejam?! Berani sekali kau menghina seorang Kaisar dibelakangnya!” tiba-tiba sebuah suara suram, menginterupsi perkataan Changyi.
Tidak perlu menoleh untuk menebak bahwa Xianfeng lah yang baru saja memasuki kediamannya. Lagi-lagi ia muncul tiba-tiba seperti itu! Xianfeng pasti sengaja melarang para pengawal untuk mengumumkan kedatangannya! Ia memang suka mengagetkan Changyi seperti saat ini!
Changyi menoleh ke arah Xianfeng dengan wajah mulus yang berhasil memucat. Ketika Changyi mendapati wajah iblis yang menakutkan itu, Changyi semakin bertekad dalam hatinya untuk tidak membiarkan Pangeran kecil tumbuh besar seperti itu!

Bab 20 (Kelakuan Ayah Dan Anak) 
Changyi terbangun dengan keringat dingin yang terasa menyucur deras dari sekujur tubuhnya!
Sepertinya, ia baru saja terbangun dari mimpi buruk yang membuat seluruh tubuhnya gemetar hebat.
Entah dari mana datangnya mimpi yang terasa begitu nyata dan mengerikan itu?! Yang jelas, Changyi baru saja menyaksikan bahwa kakak laki-laki tertuanya, telah memenggal kepala Kaisar Xianfeng dengan sebuah pedang, tepat di hadapan mata kepalanya!
Darah yang bercecer disekitarnya, suara kepala yang terjatuh ketanah, segala perasaan mencekam dan ketakutan yang dirasakannya, begitu nyata! Hingga membuatnya hampir sulit untuk bernafas, bahkan setelah ia menyadari bahwa apa yang baru saja dialaminya hanyalah sebuah mimpi yang tak nyata.
Dan yang paling tak bisa dimengerti oleh Changyi, adalah perasaannya yang begitu ketakutan saat telah terbangun seperti ini.
Bagaimana bisa ia merasa seburuk ini? Meskipun yang terpenggal di dalam mimpinya, sama sekali bukan kakak laki-lakinya melainkan Xianfeng sendiri!
Apa yang membuat Changyi begitu ketakutan, hingga membuat perasaannya sekacau ini?!
Apakah karna ia sudah terpengaruh dengan sikap Xianfeng yang mulai memperlakukannya dengan baik akhir-akhir ini dan mulai merasa dekat dengannya, hingga ia merasa takut jika kakaknya menuntut balas atas perbuatan Xianfeng dan merasa takut jika kakaknya, malah berniat menyakiti Kaisar berwatak keras tersebut? Atau, dirinya hanya merasakan trauma yang mendalam, akan kematian mengerikan ibunda dan salah satu saudaranya, hingga Changyi tak ingin lagi menyaksikan kejadian mengerikan yang sama seperti itu? Atau… Apakah mungkin Changyi hanya merasa gelisah, karna sebentar lagi ia akan diperbolehkan untuk mengunjungi satu-satunya saudaranya yang tersisa itu, setelah sekian lama kejadian mengerikan yang terjadi pada kerajaannya itu berlalu?
Saat ini Changyi bahkan tak cukup memiliki akal sehat, untuk memikirkan hal tersebut.
Yang ingin Changyi lakukan, adalah memastikan bahwa laki-laki itu baik-baik saja. Ia ingin memastikan bahwa wajah gagah yang selalu memandang dirinya dengan penuh kebencian itu, masih baik-baik saja berbaring di sampingnya, seperti malam-malam sebelumnya.
Meskipun saat itu nafasnya belum terasa teratur, Changyi memberanikan diri berbalik, untuk memastikan keberadaan Xianfeng yang selalu memaksa untuk tidur tepat di kasur yang sama dengannya.
Saat itu, Changyi baru bisa sedikit membuang nafas lega, setelah menyaksikan wajah yang biasanya dingin itu, tertidur pulas di sampingnya.
Dengan gerakan pelan, Changyi menggerakkan tangan gemetarnya untuk sedikit menyentuh dahi Kaisar yang tampak mengkerut. Seperti tubuhnya bergerak sendiri, ingin lebih memastikan bahwa orang yang berbaring di sebelahnya ini, memang baik-baik saja.
“Apakah kau baru saja menyentuhku secara sembunyi-sembunyi?” tegur Xianfeng tiba-tiba, dengan mata yang masih terpejam. Membuat Changyi terlonjak kaget, dan secara spontan segera menjauhkan tangannya dari wajah berwibawa yang nyaris sempurna itu.
“Ti… Tidak Yang Mulia… Aku… Aku… Hanya… ” gumam Changyi gugup, dengan perasaan yang benar-benar terasa canggung.
“Apa yang terjadi?” tanya Xianfeng akhirnya, dengan kedua mata yang kini telah terbuka dan mengatur posisi duduk yang sama dengan Changyi. Saat itu, ia langsung menyadari, bahwa Changyi tidak sedang tampak baik-baik saja.
“Apa kau merasa kurang sehat?” tanya Xianfeng seperti mendesak, ketika tidak mendapatkan jawaban dari pertanyaannya yang sebelumnya.
Tanpa menunggu jawaban dari pria yang tampak rapuh di sampingnya, Xianfeng segera menggerakkan tangannya untuk menyentuh kening Changyi dan memeriksa suhu tubuhnya.
“Changyi baik-baik saja, Yang Mulia. Changyi hanya… merasa… Sedikit haus.” jawab Changyi berbohong, segera menepis telapak tangan Xianfeng yang membuat Changyi merasakan perasaan tak jelas, yang semakin menggerogoti hatinya.
“Tuoli!” seru Xianfeng kemudian, membuat pengawal pribadinya yang tampak berjaga di luar pintu itu masuk ke dalam ruangan dan berlutut di hadapan mereka beberapa detik kemudian.
Changyi bahkan sempat bertanya dalam hati. Pernahkah orang kepercayaan Kaisar ini tertidur? Bagaimana bisa ia selalu siap siaga di samping Xianfeng setiap waktu, bahkan di saat seperti ini?
“Tuoli siap menerima perintah!” pernyataan pria bertubuh tegap yang selalu berbicara seperlunya itu, membuyarkan lamunan Changyi.
“Segera perintahkan tabib Wu untuk datang kemari saat ini juga!” perintah Xianfeng mutlak, dan segera dipatuhi oleh Tuoli.
“Untuk apa mengganggu Tabib Wu, di waktu seperti ini?” tanya Changyi tak nyaman, setelah Tuoli tak terlihat lagi dan beranjak untuk melaksanakan perintah Kaisarnya.
“Aku merasa kesal, ketika kau berpura-pura kuat di hadapanku.” Xianfeng menyuarakan pendapatnya.
“Yang Mulia hanya ingin berdebat denganku! Akupun merasa kesal, saat diperlakukan seperti anak perempuan yang lemah. Aku yang lebih mengetahui dimana saat tubuhku merasa baik-baik saja dan tidak!” Changyi berkata keras kepala.
“Perlukah aku menyuruh pelayan untuk membawakanmu sebuah cermin yang besar, agar kau bisa menanyakan pada cermin itu tentang bagaimana wajah pucatmu itu terlihat saat ini?” Xianfeng bertanya sarkastis.  “Lagipula, siapa yang memperlakukanmu seperti anak perempuan? Aku tidak pernah berfikir bahwa kau memiliki dua lubang di bawah sana. Aku hanya pernah berfikir untuk menusuk bagian bokongmu. Apa kau mengerti maksudku?”
Changyi sukses tercekat! Begitu Xianfeng menyelesaikan ucapannya, Mulut Changyi tampak terbuka dan tertutup berulang-ulang, merasa kehabisan kata-kata dengan perasaan kesal luar biasa di dalam hatinya.
Xianfeng bahkan tampak menikmati pemandangan menarik di hadapannya itu. Ia selalu bisa merasa menang, jika melawan selir keras kepalanya itu, dengan cara seperti ini.
“Bagaimana… Bagaimana bisa Yang Mulia menghubungkan hal yang itu dengan hal yang ini?!” Changyi berseru kesal.
‘Apakah Kaisar berotak kotor ini tak memiliki rasa malu?’ Maki Changyi, hanya berani dalam hati.
“Kenapa? Kau ingin aku membuktikannya?” tanya Xianfeng.
“Membuktikan apa?” Changyi merasa tak mengerti, dengan masih menahan kesal.
“Bahwa aku memperlakukanmu seperti anak perempuan atau anak laki-laki.”
Changyi kembali tercekat. Bahkan tubuhnya yang tadi gemetar karna rasa takut, kini  telah berganti dengan getaran rasa kesal yang membuncah. Seluruh wajahnya, pasti sudah memerah, entah karna rasa malu atau karna rasa dongkol yang dialaminya?
“Anda… Anda… Anda adalah Kaisar yang tidak pandai membaca situasi dan mesum! Aku tak ingin berbicara lagi dengan Yang Mulia!” semprot Changyi kemudian, menyembunyikan seluruh tubuhnya di bawah selimut. “Aku menyesal telah mengkhawatirkan Yang Mulia, sampai merasa hampir mati!”
“Apa maksudmu?” Xianfeng yang masih sempat mendengarkan gerutuan Changyi, bertanya bingung.
Namun Changyi sudah terlanjur tak ingin meladeni Xianfeng lagi. Sepertinya ia akan terus seperti itu, sampai tabib tiba untuk memeriksa keadaannya.
***
Changyi baru bisa keluar dari kamar pribadinya, ketika matahari sudah agak tinggi. Meskipun tubuhnya sudah terasa sedikit membaik setelah meminum ramuan obat yang diberikan tabib, namun tetap saja demam yang dideritanya masih tidak bisa hilang seluruhnya dalam waktu yang singkat.
“Katakanlah, apa yang terjadi?” tanya Changyi pada Lamei, begitu mendapati pelayan pribadi Pangeran Xiuhuan itu berlutut di hadapannya.
Saat itu, Changyi sudah berada di ruang utama istana pribadinya.
Lamei tampak membungkuk cemas di hadapan Changyi. “Hamba melapor pada Selir Changyi. Pangeran kecil mengurung diri di dalam kamarnya. Menolak makan dan menolak menemui guru yang datang untuk mengajarinya. Hamba sudah mencoba membujuknya, namun Pangeran bersikeras agar Selir Changyi yang datang menemuinya dan menanyakan keinginannya.”
Changyi terdengar menghela nafas. Ia hampir saja melupakan tanggung jawabnya, untuk mendidik pangeran Xiuhuan.
“Baiklah. Aku akan segera menemui Pangeran.” kata Changyi, kemudian segera beranjak menuju istana pangeran kecil, dengan para pelayannya yang mengikuti dibelakangnya.
***
“Apa yang bisa Changyi lakukan untuk Pangeran Xiu-er?” tanya Changyi akhirnya, begitu tiba di hadapan pintu pangeran kecil.
Pintu yang semula tertutup rapat, akhirnya terbuka perlahan, memunculkan sosok anak laki-laki kecil,  dengan seringaian dingin dan merendahkan di wajahnya.
‘Dia benar-benar terlalu mirip dengan ayahnya.’ Changyi sempat berfikir dalam hati.
“Aku akan melaporkan pada Ayahanda Kaisar, bahwa kau tidak mengurusiku dan hanya tinggal bermalas-malasan di dalam istanamu.” hardik pangeran kecil, benar-benar tampak bersungguh-sungguh dengan ucapannya.
“Ah… Sepertinya Pangeran Xiu-er memang pantas melaporkan Changyi.” balas Changyi, merasa sedikit menyesal. “Kalau begitu Pangeran segeralah bersiap-siap. Changyi akan mendampingi Xiu-er di ruang belajar. Tapi sebelum itu, Pangeran harus mengisi perut terlebih dahulu.”
“Aku paling tidak suka diperintah!” keluh Pangeran kecil, dengan kedewasaan yang tampak dipaksakan.
Changyi hampir melepaskan kekehan kecil dari mulutnya, dengan perasaan miris. Kata-kata Xiu-er barusan, seperti pernah di dengarnya dari seseorang. Orang yang sama-sama  tidak suka diperintah! Dia adalah penguasa kerajaan terbesar dan terkuat ini, dan lainnya yang mungkin akan jadi calon penerusnya.
“Changyi tidak sedang memerintahkan Pangeran Xiu-er. Changyi hanya memberi saran.” kata Changyi. “Aku akan mengulanginya.  Changyi jelas tau pangeran tak menyukaiku dan ingin menyingkirkanku. Itu tak masalah. Bukankah kita sudah membicarakannya? Pangeran butuh kekuatan untuk melakukannya. Sekedar pemberitahuan, jangan sering-sering melakukan mogok makan jika sedang marah, atau pertumbuhan pangeran akan terhambat. Kau tidak akan tumbuh setinggi dan segagah ayahmu, jika kau sering-sering melewatkan waktu makanmu. Tubuhmu masih dalam proses pertumbuhan agar bisa menjadi pria yang kuat.” kata Changyi panjang lebar.
“Kau pasti sering melakukannya?” Pangeran Xiu-er, terdengar bertanya tak jelas.
“Maksud Pangeran?” Changyi bertanya.
“Kau tampak kecil dan lemah, jika dibandingkan dengan ayahanda. Kakimu juga terlihat pendek. Kau pasti sering melewatkan waktu makanmu sewaktu kecil.” Pangeran kecil menjelaskan.
Para pelayan yang sejak tadi hanya diam menyaksikan perdebatan keduanya, kini malah tampak menahan tawa dengan susah payah.
Changyi mendengus jengkel. “Buah benar-benar selalu jatuh tidak jauh dari pohonnya.” keluhnya. “Aku sama sekali tidak pendek! Lihatlah baik-baik! Kaulah yang pendek.”
Keduanya sama-sama membuat dongkol! Mereka benar-benar ayah dan anak.

Bab 21 (Ibunda Xiu-er)
Setelah menyelesaikan sarapan ‘pagi’ yang agak terlambat, Pangeran Xiu-er segera memerintahkan pelayannya untuk menyajikan beberapa hidangan pencuci mulut dengan teh hangat sebagai pendampingnya.
Sebenarnya, Changyi sudah merasa ada sesuatu yang janggal, ketika Pangeran kecil yang biasanya bersikap tak bersahabat kepadanya itu, tiba-tiba saja bersikap manis ketika membujuknya agar tinggal sebentar lagi di kediamannya untuk mencicipi teh yang katanya sangat langkah itu.
Dan benar saja! Beberapa menit kemudian.
Kecurigaan Changyi diperkuat, saat sosok pelayan kecil itu menuangkan teh di hadapannya dengan tangan gemetar yang tampak berusaha keras agar teh yang dituangkannya di cawan milik Changyi, tidak berceceran kemana-mana.
“Siapa namamu?” tanya Changyi tiba-tiba. Mengejutkan pelayan muda, yang baru saja selesai menuangkan teh untuknya.
Sebelum ia menjawab, Changyi bisa melihat dengan jelas, bahwa pelayan yang berusia sekitar belasan tahun itu, tampak berusaha keras untuk menyembunyikan kegugupannya di hadapan Changyi.
“Hamba… Hamba ber…nama Xuemei, Yang Mulai.” jawab pelayan perempuan kecil, tampak hampir pingsan di mata Changyi.
Changyi berbalik sejenak-melirik Pangeran Xiuhuan yang saat ini duduk tepat di hadapannya-untuk mendapati wajah tak nyaman anak itu. Ternyata Pangeran kecil yang keras kepala, juga bisa menunjukkan wajah seperti ini saat sedang gugup.
Diam-diam, Changyi memunculkan senyum kecil di wajahnya.
Sepertinya, ia baru saja manangkap seorang penjahat kecil di sini.
Saat itu, Changyi langsung saja pura-pura memasang wajah masam menatap Xuemei. “Apa yang kau letakkan dalam minumanku?” tanyanya, mencoba sedikit memastikan kecurigaannya.
Setelah Changyi menyelesaikan pertanyaannya. Xuemei yang malang, langsung tampak jatuh berlutut dan terus meminta maaf pada Changyi. “Hamba pantas mati! Hamba pantas mati!” sontak pelayan kecil, menangis ketakutan.
‘Mereka begitu polos, tapi masih berani menyusun rencana untuk menjebak Changyi. Bukankah ini lucu?’ Pikir Changyi dalam hati.
Meskipun Changyi tahu jelas, bahwa apapun yang mereka masukkan ke dalam minumannya tidak akan mengancam jiwanya, namun itu pasti akan membuat tubuhnya mungkin sedikit menderita. Entah racun busuk apa yang mereka gunakan, tapi pasti penjahat kecil di hadapannya ini masih tidak akan sejahat itu untuk mengancam nyawanya.
Awalnya Changyi juga curiga dengan beberapa makanan ringan di hadapannya, namun karna Pangeran kecil memakannya dengan enteng,  jadi hanya minumannya yang berpeluang besar untuk dicurigai.
“Kenapa kau begitu gugup? Aku hanya bertanya, tentang daun teh apa yang kau gunakan?” terang Changyi, sengaja pura-pura tak tahu, bahwa sesuatu yang akan merugikannya, telah dicampurkan ke dalam minumannya.
“Eh?” Xuemei langsung tampak mendongak, dengan wajah polosnya.
“Itu… Itu… Terbuat dari helaian pucuk daun Camellia sinensis yang sangat muda dan belum mekar yang dipetik secara hati-hati, Selir Changyi. Ini… Biasa disebut teh putih, Yang Mulia.” terangnya gugup, dengan keringat dingin yang mulai tampak di bagian dahinya.
Changyi mengangguk mengerti. “Oh… Begitukah? Aku pernah mendengar tentang ini sebelumnya. Aku dengar, ini teh yang cukup langkah.”
Lagi. Changyi diam-diam melirik Pangeran kecil yang saat ini tengah mengelap bulir-bulir keringat di dahinya, dengan ujung lengan jubahnya.
Reaksi lucu dari Pangeran kecil, benar-benar membuat Changyi semakin ingin menggodanya.
“Sudah berapa lama kau mengikuti Pangeran Xiu-er?” Changyi mengangkat cawan teh di hadapannya, dan kembali bertanya, tepat sebelum benda tersebut mencapai bibir merahnya.
“Hamba… Sudah melayani Pangeran Xiuhuan sejak Pangeran masih bayi, Yang Mulia Selir Changyi.” jawab Xuemei.
Changyi kembali mengangguk. “Pasti sangat sulit bagimu, untuk menolak apapun yang disuruhkannya.” gumam Changyi pelan, merasa prihatin.
“Pangeran Xiu-er, kau seharusnya memperlakukan pelayan setiamu dengan baik. Merekalah yang akan selalu ada bersamamu saat kau membutuhkan seorang teman.” dengan penuh arti, Changyi sedikit memberi nasehat pada Xiuhuan yang terdiam tak mengerti, dengan apa yang diocehkan Changyi.
“Apakah… Pangeran Xiu-er pernah menyulitkanmu, Xuemei?” penuh perhatian, Changyi kembali bertanya pada Xuemei.
“Tidak Yang Mulia! Tidak! Tentu saja tidak!” Xuemei menjawab tegas.
Changyi menghela nafas. Meletakkan cawan teh di tangannya, kembali ke atas meja.
“Kenapa kau tak jadi meminumnya?” tanya Xiuhuan, kali ini mulai kembali bersuara. Sepertinya mulai gemas.
“Kenapa Xiu-er begitu ingin Changyi untuk meminumnya?” Changyi balas bertanya, sedikit memiringkan kepalanya.
Xiuhuan tersentak gugup. “Karna… Itu… Itu sangat baik untuk kesehatanmu. Aku hanya sedang memperhatikanmu.” kilahnya.
“Benarkah?” Changyi terdiam sejenak. “Ah… Changyi sangat terharu karna Pangeran Xiu-er begitu perduli pada kesehatan Changyi.” Changyi tersenyum ke arah Xiuhuan.
“Tiba-tiba saja aku merasa ingin untuk membagi teh ‘menyehatkan’ ini bersama Yang Mulia Kaisar. Pasti Yang Mulia tak akan menolak jika kita mengundangnya untuk duduk bertiga dan sedikit berbincang-bincang di kediaman Pangeran. Karna Changyi sedang tak ingin meminum ramuan teh apapun saat ini, maka Changyi akan meminta Yang Mulia untuk menggantikan Changyi untuk menerima ‘perhatian’ Pangeran Xiu-er. Bagaimana?” usul Changyi dengan mata berbinar, seakan penuh semangat saat ini.
“Zhaoyang! Segeralah pergi ke ruang belajar Kaisar, dan katakan bahwa aku dan Pangeran Xiu-er mengundangnya saat ini.” sebelum Xiuhuan sempat bereaksi, Changyi sudah memberi perintah pada Zhaoyang yang sejak tadi berdiri bersama dengan pelayan Changyi yang lain, tidak jauh darinya.
“Tidak! Tunggu! Jangan Panggil Ayah Kaisar kemari!” Xiuhuan berseru, menghentikan Zhaoyang.
Changyi langsung memasang wajah polosnya. “Kenapa?” tanyanya.
“Tidak perlu diminum, kalau tidak ingin meminumnya!” balas Xiuhuan masam, menggertakkan gigi-gigi kecilnya yang putih.
“Hari ini aku sedang tidak ingin belajar dengan buku yang menyebalkan itu! Aku akan belajar, saat aku menginginkannya. Itu artinya, tidak seorangpun yang bisa memerintahku.” Xiuhuan melampiaskan kekesalannya, dengan bangkit berdiri dari kursinya dan mengibaskan jubah Pangerannya dengan sombongnya. “Saat ini aku sedang ingin belajar menunggangi kuda! Karna kau memiliki tugas untuk mendampingiku, maka kau harus menemaniku. Bukankah begitu, Ibunda Selir Changyi?”
Changyi mengernyit terganggu. “Changyi ini anak laki-laki! Changyi mohon, Pangeran jangan memojokkanku dengan sebutan seperti itu.”
Xiuhuan tersenyum sinis, dengan satu sudut bibir yang terangkat. “Kenapa? Bukankah Selir Changyi, sebentar lagi akan mendapatkan gelar Selir Resmi dari Kaisar? Apakah ‘Ibunda’ Changyi tak menyukainya? Maka aku akan melakukannya dengan senang hati!” kali ini,  Xiuhuan tertawa senang. “Karna aku tidak mampu membuat Ibunda Changyi meminum cairan pencuci perut itu. Maka setidaknya, aku mampu mengganggumu dengan kata-kata yang akan membuatmu kesal. Mulai saat ini, aku akan memanggilmu seperti itu. IBUNDA Selir Changyi.” ujar Xiuhuan kecil, melangkah keluar dengan skor seri di tangannya, setelah membeberkan rencananya yang gagal dengan jujur.
***
Lapangan berkuda, tampak sangat luas. Dibatasi dengan pepohonan besar yang memisahkannya dengan hutan.
Lapangan tersebut, terletak di sudut belakang istana. Beberapa pengawal Istana, tampak berjaga di sekitar.
Changyi sedikit merapatkan lapisan jubahnya, saat udara dingin menerpa tubuhnya.
Berada di ruangan terbuka saat cuaca dingin seperti ini, benar-benar merepotkannya. Bahkan pakaiannya yang berlapis-lapis, masih belum mampu melindungi tubuhnya untuk menderita seperti ini. Ditambah lagi, demamnya yang belum benar-benar sembuh, semakin memperburuk perasaannya.
“Yang Mulia Changyi, tolong dengarkanlah pelayan rendahanmu ini. Bukankah semalam anda menderita demam?  Tidak baik berada di luar saat musim dingin seperti ini.” Cong kembali membujuk Changyi, saat Changyi sudah mengelus seekor kuda putih yang gagah perkasa di hadapannya.
Xiuhuan mencibir di sebelahnya. “Kudengar Ibunda Changyi dimanjakan seperti anak gadis di Kerajaannya terdahulu. Sebelumnya kufikir itu hanya rumor tak benar yang beredar. Tapi setelah melihat tingkah para pelayan Ibunda Changyi yang berlebihan, aku sekarang merasa percaya pada rumor itu. Bahkan sekarang Xiuhuan mulai merasa ragu, bisakah Ibunda Changyi menunggang kuda seperti seorang pria sejati?”
Changyi melirik kesal pada Xiuhuan.
Ia tahu tidak seharusnya ia meladeni ejekan anak kecil, yang sengaja memancingnya seperti ini. Namun Changyi merasa, Pangeran kecil selalu berhasil menyentuh titik kelemahannya, dalam menahan emosi. Karna itulah, ia jadi sering terpancing, dan malah tanpa sengaja meladeni tingkah Pangeran kecil keras kepala di hadapannya ini.
“Aku bahkan bisa menunggangi seribu kuda gagah perkasa yang liar sekalipun. Mengajarimu bukanlah masalah bagiku. Bahkan Kaisar juga sekalian, akan aku ajari! Kau lihat dirimu. Jika bisa menunggangi kuda barulah pria sejati, maka kaulah yang bukan pria sejati di sini.” balas Changyi, mengejek Pangeran kecil, yang belum bisa menunggangi kuda.
Beruntungnya, meskipun Changyi tidak memiliki kondisi tubuh yang memungkinkan untuk berlatih silat saat masih kecil, setidaknya dulu Ayahanda Rajanya mengisinkannya untuk menunggang kuda.
“Akukan masih anak kecil.” Xiuhuan membalas dengan dagu yang terangkat tinggi, penuh kesombongan.
Changyi mendengus kesal. “Ya! Pangeran Xiu-er adalah anak kecil, jadi bertingkahlah setidaknya seperti anak kecil.”
Changyi menaiki kuda putih milik Xiuhuan, kemudian mengajak anak itu menunggangi kuda yang sama, untuk mengajarinya.
Awalnya semuanya baik-baik saja, ketika tiba-tiba saja kuda yang mereka tunggangi berlaku aneh dan menjadi liar.
Semuanya menjadi panik, saat kuda putih itu tiba-tiba saja menukik dengan dua kaki depan yang terangkat,  kemudian mengamuk dan berlari tak tentu arah tak terkontrol, hingga menabrak pagar pembatas dan merusakkannya.
Changyi kembali berusaha keras memegang tali kuda dan melindungi pangeran kecil yang duduk di hadapannya-agar tidak terjatuh, ketika kuda yang mereka tumpangi berlari kalap dan masuk kedalam hutan.
Dalam sekejap, cuaca yang awalnya dingin, berubah memanas saat teriakan beberapa pelayan dan pengawal istana yang panik, ada yang dengan sigap mengejar kuda yang membawa Changyi dan Xiuhuan masuk ke dalam hutan.
Wajah-wajah itu, pucat dan ketakutan.
Seorang Pangeran (Putra Langit) dan juga Selir kerajaan, menghilang ke tengah hutan!
***
Mata tajam itu manyala murka, saat seorang pengawal selesai melaporkan situasi buruk yang baru saja menimpa Pangeran kecilnya dan juga Selir Istimewanya.
Ia tidak akan membiarkan siapapun yang bertanggung jawab, untuk lolos jika sampai terjadi sesuatu pada mereka berdua!
“Tuoli! Aku akan ikut turun tangan mencari mereka! Pastikan kau melakukan tugasmu juga, tanpa ada kesalahan sedikitpun!” tegas Xianfeng, dipenuhi aura hitam di sekitarnya. “Pastikan keduanya kembali dengan selamat!” perintahnya.
Tuoli bisa melihat dengan jelas, kekacauan dan pembantaian besar-besaran, akan benar-benar terjadi, jika sampai keduanya tidak kembali dengan selamat.

Bab 22 (Semua Akan Baik Saja) 
Tubuh Changyi yang memeluk Xiuhuan dengan erat, akhirnya terhempas, setelah kuda yang mereka tumpangi meringkik ke atas dan menghilangkan keseimbangan pegangan tangan Changyi.
Changyi sempat merasakan tubuhnya terguling beberapa kali, sebelum punggungnya terasa menabrak sebatang pohon dan akhirnya menghentikan tubuhnya.
Menarik nafas dalam-dalam. Changyi mencoba mengendalikan rasa sakit yang ia rasakan di sekujur tubuhnya. Kemudian, segera melepaskan diri dari tubuh kecil Xiuhuan yang sejak tadi dikungkungnya dalam pelukannya.
Kuda yang gila, telah lari entah kemana! Bahkan memandang berkeliling, Changyi hanya mampu mendapati pepohonan, di sekitarnya.
“Xiu-er! Xiu-er! Bagaimana keadaanmu? Apakah kau terluka?” tanya Changyi panik, memeriksa tubuh Xiuhuan dari atas ke bawah, setelah membantu anak itu berdiri.
“Ada apa dengan kudanya? Kenapa… Dia menjadi marah seperti itu?” tanya Xiuhuan lirih, tampak benar-benar syok.
Jubah Pangeran kecil, tampak kotor dan berantakan.
Meskipun tak seburuk kondisi pakaian Changyi yang tampak koyak di beberapa bagian, namun Changyi tetap merasa cemas, saat Xiuhuan kecil tampak gemetar ketakutan.
“Xiu-er! Dengarkan aku! Semuanya akan baik-baik saja! Mereka pasti akan menemukan kita sebentar lagi!” bujuk Changyi cepat, sembari membersihkan beberapa kotoran yang menempel pada wajah Pangeran Kecil yang tampak menahan tangis.
“Ini semua gara-gara Selir Changyi! Kau tidak bisa mengendalikan kudanya dengan benar!” hardik Xiuhuan keras kepala, malah menyalahkan Changyi.
Changyi hanya menghela nafas, tidak berniat meladeni tingkah Pangeran kecil, yang sepertinya telah kembali pada mode angkuhnya.
Beberapa saat kemudian, suara tangis yang tak tertahankan, keluar dari mulut kecil Xiuhuan.
“Ah… Xiu-er, jangan menangis! Apa yang Pangeran takutkan? Kita hanya sedikit tersesat. Para pengawal, pasti akan menjemput kita sebentar lagi.” ujar Changyi, kembali membujuk Xiuhuan.
“Aku tidak takut! Sama sekali tidak! Huuuaaa… ” Xiuhuan membantah,  namun tetap saja tangisnya semakin menjadi.
“Baiklah, baiklah. Xiu-er tidak takut.” Changyi meraih Pangeran kecil dalam pelukannya dan menepuk-nepuk punggung anak itu dengan lembut, mencoba menenangkannya. “Tidakkah Xiu-er kita adalah seorang Putra Langit yang pemberani? Bagaimana hal kecil seperti ini, mampu membuatnya menangis seperti penakut?” ujarnya.
Kata-kata yang dilontarkan Changyi, ajaibnya langsung membuat Pangeran kecil itu berhenti menangis. Xiuhuan kemudian melepaskan pelukan Changyi dan menghapus sisa-sisa air mata di wajahnya. “Aku tidak menangis dan tidak ketakutan.” elaknya dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada dan membuang muka.
Changyi tersenyum, menepuk pelan kepala Pangeran kecil. “Semuanya akan baik-baik saja…” kata-kata Changyi terhenti, karna rasa sakit yang menusuk tiba-tiba saja menyerangnya.
Changyi meringis sesaat, baru memperhatikan luka-luka goresan di beberapa bagian tubuhnya.
Sepertinya tubuhnya terluka, saat terjatuh dari kuda, dan terguling beberapa meter, tergesek tanah dan remahan ranting kering sebelum akhirnya mendarat dan mendapatkan benturan dengan pohon di bagian punggungnya.
“Darah! Selir Changyi! Kau berdarah!” seru Xiuhuan panik, menunjuk jubah putih Changyi, yang kini telah diberi motif koyak kemerahan.
Changyi menggeleng pelan. “Hanya goresan kecil. Pangeran Xiu-er tidak perlu memikirkannya.” kata Changyi.
“Kita jatuh bersama-sama, tapi bahkan aku tidak tergores sedikitpun. Apakah… Selir Changyi terluka karna… Melindungiku?” tanya Xiuhuan, kembali menunjukkan tanda-tanda tangisan yang akan segera meledak. “Kenapa? Tidakkah kau membenciku? Bukankah aku selalu bertingkah buruk padamu?”
Changyi membuang nafas berat. Terduduk, menyandarkan punggungnya pada sebatang pohon, dan mengundang Xiuhuan untuk duduk di sampingnya dengan isyarat tangannya.
Dengan patuh, Xiuhuan yang hampir kembali menangis, mendudukkan dirinya tepat di sebelah Changyi.
Changyi mengeluarkan seruling berharganya yang selalu menemaninya sejak kecil, pemberian mendiang Ayahandanya. Kemudian, Changyi mendekatkan benda itu ke mulutnya, dan memainkan sebuah lagu yang merdu untuk menenangkan Pangeran kecil.
Xiuhuan berkedip beberapa kali, menatap takjub pada sosok Changyi, yang kini malah tampak bersinar di matanya. Ia memainkan sebuah lagu indah yang menghanyutkan, hingga Pangeran kecil melupakan segala perasaan buruk yang menghantuinya saat ini.
Mendiang Ibunda Pangeran Xiuhuan juga pandai bermain seruling dan juga tak jarang memainkannya untuk Pangeran kecil.
Tapi ini pertama kali dalam hidupnya, Pangeran kecil mendengarkan musik yang seindah ini.
“Pangeran Xiu-er, dengarkan Changyi baik-baik.” setelah lagu yang dimainkannya selesai, Changyi kembali manatap Xiuhuan. “Rasa benci atau dendam, hanya akan merugikanmu dan juga orang lain. Xiu-er tidak akan mendapatkan keuntungan apapun dari hal itu. Daripada menghabiskan tenaga dan waktumu untuk membenci dan menyakiti orang lain, tidakkah lebih baik jika kita mengalihkan perhatian kita pada orang-orang yang kita cintai yang masih tersisa di sekitar?” tanya Changyi, tersenyum ke arah Xiuhuan.
Xiuhuan belum sempat merespon, ketika perhatian mereka teralihkan pada sebuah suara langkah kaki yang mendekat.
Changyi mendongak penuh harap. Bahwa semoga saja, itu adalah pengawal Istana yang menemukan mereka, setelah mendengar permainan serulingnya.
Namun Changyi berhasil mengernyit dalam, ketika sosok orang itu mulai mendekatinya.
Ia dengan sigap, menarik Xiuhuan untuk berdiri di belakangnya.
“Siapa kau?!” tanya Changyi waspada, menatap sosok berpakaian serba hitam yang juga menutupi wajahnya dengan sehelai kain.
Orang yang ditanyai tidak menjawab. Hanya terus melangkah ke arah Changyi dengan menggenggam pedang berlumur darah di tangannya, tanpa memperdulikan luka sayat yang juga terdapat di bagian pahanya.
***
Bagaimana bisa penjagaan yang semestinya ketat, menjadi kendor seperti ini?
Bagaimana mungkin kuda yang semestinya jinak, tiba-tiba saja menjadi gila dan membawa kabur Selir Changyi dan juga Pangeran Xiuhuan-nya?
Xianfeng sudah merasa ada sesuatu yang janggal terjadi,  ketika pengawal itu melapor kepadanya.
‘Bagaimana bisa seseorang begitu berani membuat siasat untuk mencelakai Selir Changyi dan Pangeran Xiuhuan?’ Xianfeng berfikir marah, dalam hati.
Memandang ke bawah, pada mayat beberapa pengawal yang sempat melakukan pengejaran untuk Changyi. Xianfeng mengalihkan pandangannya pada Tuoli yang berlutut di hadapannya.
Duduk di atas punggung kuda yang ditumpanginya. Mata tajam Xianfeng, tampak haus akan darah seseorang.
Sebuah benda kecil, yang adalah peluit khusus yang mampu membuat binatang menggila, disodorkan kepadanya oleh Tuoli.
“Sepertinya beberapa pembunuh, telah diutus untuk mencelakai Selir Changyi dan Pangeran Xiuhuan.” lapor Tuoli, semakin memperkuat kecurigaan Xianfeng. “Hamba berhasil membunuh seorang lelaki yang mencurigakan dan menemukan benda tersebut di tubuhnya, Yang Mulia. Salah satu dari mereka berhasil lolos, namun hamba telah berhasil melukai salah satu kakinya. Ia pasti tidak akan jauh dari sini.” homat Tuoli, menyelesaika laporannya pada Kaisar.
Mata elang Xianfeng menyipit, ketika suara seruling yang merdu, mengalihkan pandangannya.
Ia mengenal dengan jelas suara seruling yang begitu penuh dengan perasaan ini! Ia tahu dengan jelas,  siapa yang mampu memainkan sebuah lagu yang mampu menghanyutkan perasaan seseorang seperti ini!
Diikuti oleh Tuoli di belakangnya, Xianfeng segera menuntun kudanya, agar segera berlari kencang menyusuri pepohonan hutan, menuju ke asal suara terasebut.
***
Sebelum bangkit berdiri dari tempatnya, Changyi sempat meraih segenggam tanah di salah satu tangannya.
Ketika sosok pria mencurigakan itu semakin mendekat, Changyi semakin memperkuat kewaspadaannya.
“Apa yang kau inginkan?!” tanya Changyi sekali lagi, melindungi pengeran kecil di belakangnya.
Orang berpakaian hitam tetap tampak tidak menjawab, namun niat membunuhnya nampak jelas di permukaan.
Meskipun Changyi tidak terampil dalam hal bela diri. Namun tekadnya untuk melindungi Pangeran kecil, tidaklah goyah sedikitpun.
“Selir Changyi, apa yang terjadi?” tanya Xiuhuan, juga menampakkan sedikit kecemasan. “Orang itu… Apakah dia orang yang jahat?”
Changyi sedikit menoleh kebelakang. “Dengarkan baik-baik! Pangeran, jika sesuatu terjadi, tolong larilah sekuat tenaga. Usahakan agar orang seperti ini tidak menemukanmu! Apakah Xiu-er mengerti?” bisik Changyi kemudian.
Xiuhuan menggeleng cepat. “Apa maksudmu? Kau terdengar seperti orang yang akan mengorbankan hidupnya. Tidak, tidak! Aku tidak ingin lari dan meninggalkanmu. Kita lari bersama-sama!” tegas Xiuhuan, berusaha seberani mungkin.
Changyi berdecak sesaat. Ia sadar bahwa tubuhnya sudah tak kuat lagi untuk berlari cukup jauh. Yang ia mampu lakukan saat ini, hanya untuk sedikit menahan si penjahat di sekitar dan membiarkan Pangeran Xiuhuan untuk kabur dan menyelamatkan diri. Namun bagaimana jika penjahat lain muncul, dan menemukan Pangeran kecil?
Bahkan demam yang diderita Changyi, sebenarnya sudah terasa semakin parah sejak tadi. Ditambah lagi dengan luka-luka di sekujur tubuhnya, membuat kondisinya semakin melemah.
Tidak membiarkan Changyi berlama-lama dalam fikirannya, si pria berbaju hitam sudah tampak mangangkat pedangnya, berniat menghunuskan pedang ke arah Changyi.
Sekuat tenaga, Changyi melemparkan tanah di genggamannya tepat ke arah mata si penjahat!
Si penjahat tampak meraung kesakitan.
Changyi menggunakan kesempatan itu, untuk segera lari dari sana. Kali ini dengan menggenggam erat, tangan kecil Xiuhuan.
Tidak mampu berlari cukup jauh, Changyi mengatur nafasnya yang mulai berat dan memandang berkeliling untuk mencari tempat untuk bersembunyi.
Changyi menemukan sebuah gua kecil. Segera memasukkan Pangeran Xiuhuan ke dalamnya.
Jantung Changyi berdetak semakin kencang, ketika penjahat itu berhasil pulih dengan cepat dan kembali mencari mereka.
“Aku pasti akan membunuhmu!” geram si penjahat, tampak benar-benar murka.
Celakanya! Perhatian si penjahat, malah terpaku pada gua persembunyian Changyi.
Changyi segera keluar dari persembunyiannya, berniat mengalihkan perhatian si penjahat dan membiarkan Pangeran kecil untuk tetap bersembunyi.
“Jangan tinggalkan aku! Jangan!” tangis Xiuhuan, ketakutan. Malah membuat penjahat menyadari keberadaannya.
Dengan gerakan cepat, Changyi segera kembali mengungkung tubuh kecil Xiuhuan ke dalam pelukannya. Takut jika si pembunuh akan menghunuskan pedang ke tubuh kecil anak itu.
Dalam hati, Changyi mulai putus asa! Yang dia pikirkan, hanya keselamatan Pangeran kecil yang berharga.
Bagaimana ini? Siapa yang bisa menyelamatkannya saat ini?
Saat kalut seperti ini. Dikepala Changyi hanya muncul satu orang!
“Yang Mulia!” gumam Changyi, bertepatan dengan suara pedang yang saling beradu di belakangnya.
Changyi berbalik, dan seperti sedang bermimpi, ia mendapati Xianfeng yang kini telah berhasil membuat si penjahat tersungkur bersimbah darah.
Xianfeng yang sudah tidak lagi berada di atas kudanya, menghampiri Changyi dengan langkah pelan, tidak minus dengan sorot mata tajamnya.
Changyi segera meraih lengan jubah hitam Xianfeng yang berukiran warna emas, untuk memastikan keberadaan orang itu.
“Yang Mulia.” Panggil Changyi sekali lagi, dengan tubuh yang bergetar hebat karna berbagai perasaan yang melandanya.
Ketika Changyi mengendorkan pertahanannya, tubuhnya meradang karna tak sanggup lagi untuk bertahan agar tetap terjaga.
Jelas saja Xianfeng berhasil meraih tubuh lemah itu, sebelum berhasil jatuh ke tanah.
“Semuanya sudah baik-baik saja.” gumam Xianfeng pelan, seperti coba untuk menenangkan tubuh tak sadar Changyi yang masih gemetar dalam pelukannya.

Bab 23 (Kaisar Yang Menyeramkan) 
Semalaman Xianfeng mendampingi Changyi yang belum juga siuman, di dalam kediaman Selir lelaki satu-satunya itu.
Para tabib yang didatangkannya, tidak ada yang berani bertindak gegabah sedikitpun, lantaran aura yang ditimbulkan sang Kaisar, begitu menakutkan. Hingga mengambil nafaspun, sang tabib harus penuh dengan perhitungan jika tak ingin nyawa berharga mereka terancam karenanya.
Demam Changyi belum juga turun.
Xianfeng memutuskan meliburkan semua aktifitas politik Istana untuk melihat sendiri, bagaimana para tabib menangani pengobatan Selirnya.
Putri Xiangyu dan Pangeran Xiuhuan, yang berkunjung pagi-pagi sekali juga bahkan diusirnya kembali kekediaman mereka, agar tidak mengganggu ketenangan Selir Changyi.
Wajah tampan yang dingin, terus saja mengkerut menakutkan. Para pelayan yang berjaga di sekitar, terus saja memohon dalam hati, agar semoga saja tidak ada seorangpun dari mereka melakukan kesalahan yang akan membawa kemalangan bagi mereka. Saat tiba-tiba saja seorang pengawal yang tampaknya tak takut pada kematian, datang menghadap di hadapan Xianfeng.
“Ada apa?” tanya Xianfeng suram. Memunculkan wajah dengan aura hitam yang mengancam.
Sang pembawa pesan, gemetar juga dibuatnya. “La-por Yang Mulia! Beberapa Pejabat Negara, meminta hamba untuk menyampaikan pesan mereka.” gugupnya.
Xianfeng mengerutkan kening. “Katakanlah!” perintahnya lugas.
Pembawa pesan tampak semakin gemetar. Takut jika kemarahan Sang Kaisar, akan menimpa dirinya. Sebenarnya ia sungguh tak ingin mendekat, bahkan dalam radius sepuluh meterpun pada Kaisar yang seperti ini, kakinya akan gemetar ketakutan. Jujur saja, sebenarnya ia hanya pengawal kecil yang berada dalam posisi serba salah, namun harus tetap melaksanakan tugasnya.
“Hamba melapor pada Yang Mulia Kaisar! Para pejabat berkumpul di ruang sidang Istana, dan memohon agar Yang Mulia bersedia memenuhi panggilan mereka.” kata pembawa pesan yang malang, setelah beberapa lama mengumpulkan keberaniannya.
“Tidakkah mereka ingin mematuhi perintah dari Kaisar? Aku sedang tidak ingin bertemu siapapun saat ini! ” tegas Xianfeng.
“Ta-pi… Para Pejabat bersikeras tidak akan pergi, sebelum Yang Mulia mengabulkan permintaan mereka.” pembawa pesan tidak bisa mundur lagi.
Xianfeng mendengus murka. Tidakkah mereka terlalu gegabah? Xianfeng bahkan sudah berbaik hati memberi mereka (Para pejabat pemerintah yang terlibat) waktu untuk bernafas sebelum Xianfeng mengambil tindakan untuk membalas dendam.
Xianfeng bukanlah Kaisar yang bodoh. Cepat atau lambat, mereka yang terlibat dalam kasus percobaan pembunuhan pada Selir Changyi dan Pangeran Xiuhuan akan  muncul dengan sendirinya. Entah dengan alasan apapun atau motif apapun, mereka pasti akan mengungkapnya sendiri di hadapannya.
Seharusnya mereka menggunakan waktu yang diberikan Xianfeng dengan sebaik-baiknya. Bukannya malah memprofokasi macan yang sedang menutup mata, untuk segera menyantap mangsanya.
Pembawa pesan segera bersujud berulang kali di hadapan Xianfeng. “Hamba yang rendah ini, tidak bermaksud lancang, Yang Mulia! Hamba hanya melaksanakan perintah.” mohonnya.
Xianfeng melirik Tuoli sekilas.
“Katakan pada mereka, bahwa ‘kematian’ yang mereka undang, akan segera datang.” ujar Xianfeng pelan, namun mampu membuat si pembawa pesan, hampir membuang air di celana.
***
Xianfeng memasuki ruang sidang Istana dengan jubah kebesarannya, dan segera menaiki beberapa anak tangga, untuk duduk di singgasananya.
Ia memandang berkeliling, dan mendapati beberapa wajah Pejabat Tinggi yang berkeringat dan adapula yang menelan ludah dengan susah payah.
Belum ada yang berani mengangkat suara, saat kesuraman yang mencekam menguasai setiap sudut ruangan tersebut, selama beberapa waktu. Beberapa dari mereka segera merasa ingin bisa menghilang dari tempat tersebut, namun sama sekali tak bisa berbuat apapun lagi selain terpaku di tempatnya.
Xianfeng tersenyum dingin, melihat wajah tertunduk, yang berbaris menyerong sisi kiri dan kanan di hadapannya.
“Apakah aku ‘dipaksa’ datang kemari, hanya untuk diam dan memerhatikan wajah kalian seperti ini?” gumam Xianfeng pelan. Penuh penekanan pada kata ‘Dipaksa’, agar orang-orang ini sadar betapa fatalnya kesalahan yang telah mereka perbuat.
Seorang Pejabat tua, yang dikenali Xianfeng sebagai Menteri perang Tu, maju dari barisan dan menghadap Xianfeng dengan gagah berani. “Lapor Yang Mulia! Pelayanmu yang rendahan ini sama sekali tidak berani! Pria tua ini hanya mengkhawatirkan nasib Pangeran Xiuhuan dan juga kesejahteraan Yang Mulia Kaisar dan juga kerajaan Tang, hingga merasa hal ini harus segera di selesaikan.” tutur Menteri Tu, memberanikan diri. “Selir Changyi telah membahayakan keselamatan Pangeran Xiuhuan. Hamba hanya ingin agar Yang Mulia segera mengambil tindakan!”
Jadi si otak permasalahan, sudah muncul di permukaan! Batin Xianfeng sinis.
“Mengkhawatirkan!? Mengambil tindakan!? Menyelesaikan!?” ulang Xianfeng datar. Namun mampu membuat beberapa orang, menahan nafas dengan ngeri.
“Lalu… Apa yang harus Kaisar ini lakukan, Menteri Tu?” lanjut Xianfeng, belum juga meninggikan nada suaranya yang dingin, namun semakin mencekik nafas para pejabat yang ada di ruangan.
Jika saja saat itu ada yang berani untuk memasukkan Menteri Tu ke dalam karung dan segera membawanya pergi dari sana, mungkin saja ia masih bisa sedikit tertolong saat ini.
“Hamba… Menginginkan Selir Changyi agar segera dihukum pancung, karna telah berusaha mencelakai Pangeran Xiuhuan.” ungkap Menteri Tu penuh percaya diri. Sepertinya ia terlalu percaya pada jabatan dan kedudukannya.
“Begitukah? Hal apa yang membuat Menteri Tu berfikir seperti itu?” Xianfeng bertanya.
“Bukankah Selir Changyi adalah seorang musuh yang berasal dari kerajaan yang telah Yang Mulia tundukkan? Tidakkah Yang Mulia curiga, bahwa Selir Changyi sedang membuat siasat untuk membalas dendam pada kerajaan Tang dengan mencelakai Pangeran Xiuhuan!?”
“Hah…” Xianfeng mendesah pelan, memasang ekspresi sedih yang dibuat-buat, pada wajah iblisnya yang asli. “Apakah semua Pejabat yang hadir di sini, merasa sependapat dengan Menteri Perang Tu?” tanyanya, memandang beberapa pejabatnya satu persatu.
Semuanya hanya terdiam menunduk. Membuat Menteri Tu, menjadi sedikit gusar. Meskipun dukungan sembunyi-sembunyi dari seseorang yang diperolehnya dalam rencana ini cukup memiliki jabatan yang sangat tinggi, namun jika kali ini para pejabat lain berbalik tidak mendukungnya, maka semua usahanya akan pasti menuai kegagalan.
“Apa kalian datang kemari dengan mulut yang tertinggal di rumah!? Haruskah aku mengulang pertanyaanku!?” Xianfeng mulai meninggikan suaranya, pada para Menteri yang tertunduk.
“Menteri Lu! Maju ke depan dan wakili mereka berbicara!” perintah Xianfeng pada Menteri tertingginya yang lain.
“Hamba… Hamba… Sama sekali tidak berani berbicara, sebelum kasus ini diselidiki dengan jelas, Yang Mulia!” jawab Menteri Lu dengan keringat dingin yang bercucuran.
Menteri Tu memandang keberatan kepadanya, namun Menteri Lu jauh merasa lebih takut pada ketidak senangan Sang Kaisar.
“Jika ada yang merasa sependapat dengan Menteri Tu, silahkan maju ke depan dan utarakan keinginan kalian.” Xianfeng memberi titah.
Namun waktu berlalu, tanpa ada yang berani bergeming dari tempatnya.
Jadi yang lain hanya dipanggil secara paksa! Fikir Xianfeng dalam hati.
“Apa tujuanmu berkonspirasi untuk mencelakai Selir Changyi? Apa yang akan Menteri Tu peroleh, jika Selir Changyi berhasil digulingkan?” tanya Xianfeng tajam, langsung pada pokok permasalahan.
Wajah tua Menteri Tu, spontan menjadi panik luar biasa. “Hamba telah difitnah Yang Mulia! Hamba hanya ingin menjaga keselamatan Pangeran Xiuhuan yang masih kecil!”
“Menjaga keselamatan Pangeran Xiu-er?” Xianfeng mendengus mengejek. “Seharusnya kau katakan hal itu, sebelum kau menempatkan pengawalan yang rendah pada lapangan berkuda yang dihuni Pangeran Xiu-er dan Selir Changyi saat kejadian itu. Aku dengan jelas memerintahkan penjagaan yang ketat untuk keduanya. Lalu bagaimana bisa kejadian tersebut terjadi?”
Menteri Tu semakin memucat. Jelas Menteri yang lain tidak ada yang kalah pucatnya. Mereka baru saja hampir terlibat, dalam kasus yang berat, jika saja mereka tidak segera mundur di akhir.
“Kau menempatkan orang-orang yang payah untuk menjaga mereka! Membuat siasat untuk mencelakai Selir Changyi dan Pangeran Xiuhuan! Kemudian berkonspirasi untuk memfitnah Selir Changyi, yang saat ini tengah berbaring tak sadarkan diri dalam kediamannya setelah berusaha keras untuk menjaga Pangeran Xiu-er dengan mempertaruhkan nyawanya! Berani sekali kau mengeluarkan kata-kata busuk tentangnya di hadapanku!” saat menyelesaikan kalimatnya, kemarahan yang luar biasa besar, tampak jelas di wajah dingin Kaisar yang berwibawa.
“Hamba memohon pengampunan Yang Mulia! Hamba hanya sedang dibutakan oleh kekhawatiran hamba! Pelayanmu yang tua ini mengaku telah melakukan kekeliruan! Hamba hanya sedang lalai Yang Mulia! Tidak bermaksud mencelakai siapapun.” Menteri Tu, jatuh berlutut dengan tubuh yang gemetar hebat.
“Apakah ini menyangkut putrimu yang menghuni salah satu haremku? Apakah kau fikir putrimu akan memiliki kesempatan, setelah kau menjatuhkan Selir Changyi?” kata Xianfeng telak. Membuat Menteri Tu menangis putus asa.
“Mohon Yang Mulia agar tidak membawa-bawa putri hamba yang tak bersalah, dalam kasus ini. Semuanya murni kelalaian hamba! Hamba hanya terpengaruh pada hasutan seseorang.” aku Menteri Tu.
“Kau terlalu serakah dan juga gegabah! Bagaimana mungkin orang bodoh sepertimu bisa menjadi seorang Menteri berpangkat tinggi? Sebelum memutuskan untuk berniat mencelakai Selir Changyi, seharusnya kau memikirkannya terlebih dahulu. Gelar Selir Resmi Kekaisaran yang akan segera kunobatkan padanya, berarti bahwa aku menganggapnya istimewa dalam hatiku. Tapi kau malah bertindak gegabah, dan malah mempertaruhkan nasib keluargamu di sini!” tandas Xianfeng penuh kemurkaan. “Aku tidak akan meloloskan satupun dari anggota keluargamu! Kaulah orang yang telah membantai keluargamu sendiri!”
Tidak ada seorangpun yang berani mengeluarkan suara. Hanya raungan permohonan pengampunan, yang terdengar menggema,  saat para pengawal mulai menyeretnya atas perintah Xianfeng.
Dia sendiri yang telah menggali kuburannya. Menteri Tu telah salah memilih waktu dan juga lawan, di sini. Seharusnya pria tua itu tidak mengganggu singa yang sedang menahan sakit karna terluka, jika tidak ingin langsung diterkam.
“Hamba hanya melakukan perintah seseorang Yang Mulia! Hamba tidak berani berbohong! Mohon ampunilah hidup keluarga hamba Yang Mulia!” teriak Menteri Tu sebelum para pengawal berhasil menyeretnya keluar pintu.
“Aku akan menanyaimu tentang hal itu, setelah aku memiliki cukup waktu.” Xianfeng mengibaskan tangannya, memerintahkan para pengawal melanjutkan tugasnya.
“Masih adakah dari kalian yang ingin mengatakan sesuatu padaku?” Xianfeng berdiri dari singgasananya, bertanya pada wajah-wajah pucat bawahannya.
“Aku anggap kasus ini selesai sampai di sini! Meskipun kalian terlibat secara tak langsung, namun aku memutuskan memberi kesempatan terakhir bagi kalian.” kata Xianfeng kemudian.
Menteri Lu maju ke depan, menyatukan tinju kanannya pada telapak tangan kirinya dan menunduk pada Xianfeng. “Terimakasih atas kemurahan hati Yang Mulai! Semoga Yang Mulia Panjang Umur dan Sejahtera selalu!” serunya akhirnya, diikuti oleh para Pejabat yang lain.
Tanpa perlu menunggu lagi, Xianfeng segera meninggalkan ruang sidang itu. Ia tak ingin berlama-lama meninggalkan Selirnya yang sedang sakit saat ini.
***
“Yang Mulia! Biarkan Changyi melakukannya sendiri! Aku bisa melakukannya sendiri!” sela Changyi lemah, memegangi jubah yang dikenakannya yang basah karena keringat, dengan sekuat tenaganya.
Saat baru saja tersadar dari sakitnya, tabib segera menyarankan Changyi mengganti pakaian, agar demam yang dideritanya tidak kembali menjadi parah.
Xianfeng tidak mengizinkan tabib maupun pelayan untuk tinggal membantunya mengganti pakaian. Tidak juga mengizinkan siapapun mengoleskan obat pada luka goresan di tubuhnya yang dideritanya. Lalu apalagi yang bisa dilakukan Changyi selain melakukannya sendiri? Ia tak mungkin membiarkan Xianfeng melakukan hal itu untuknya.
“Biarkan aku membantumu mengganti pakaian dan mengoleskan obat secara baik-baik dan lembut, atau kau ingin aku melakukannya dengan paksaan?! Aku tidak keberatan memaksamu! Mungkin saat kau memberontak, aku akan merasa tersinggung dan melakukan hal yang tak kau inginkan setelahnya.” Xianfeng berujar tenang, namun penuh dengan ancaman.
Changyi tercekat. “Bagaimana mungkin Yang Mulia bisa bersikap seperti itu pada orang yang sedang sakit?” protesnya.
“Aku hanya akan melakukannya, jika kau tak patuh dan melawan!” Xianfeng menegaskan.
Changyi megap-megap, namun tak mampu berkata apapun. Selanjutnya, ia hanya bisa mengendorkan pertahanannya, saat Kaisar membantunya untuk duduk di atas kasurnya yang luas dan megah.
Changyi membuang wajahnya kesamping, saat Xianfeng benar-benar menyingkap jubahnya dengan gerakan yang lembut. Tubuh putih mulus yang telah dihiasi oleh beberapa goresan, kini terpampang nyata di hadapan Xianfeng. Rambut lurus panjang indahnya yang terurai, bahkan tidak lagi berhasil menutupi tubuh indahnya, saat Xianfeng membantunya menyibakkannya kebelakang.
Tubuh Changyi semakin merinding hebat, saat tangan kasar Xianfeng mulai mengoleskan salep dengan sangat lembut pada lukanya, setelah membasuh tubuhnya dengan handuk basah yang hangat.
“Ti… Tidak perlu ditiup!” tolak Changyi, saat Xianfeng meniup lukanya yang selesai ia beri obat.
Xianfeng terkekeh. “Itu memang harus, jika ingin obatnya meresap dengan cepat.” terdiam sejenak. “Kenapa? Apa kau merasa sesuatu yang panas, saat aku meniupmu?” godanya.
“Itu… Itu tidak benar! Aku hanya merasa sedikit geli.” elaknya, masih belum berani menatap langsung pada wajah Xianfeng.
Xianfeng kembali tertawa melihat tingkah Changyi yang ketakutan, seperti seekor kelinci yang sedang terpojok.
“Sebenarnya… Aku yang merasa ‘panas’, saat ini.” ujar Xianfeng pelan, berhasil membuat Changyi berbalik mamandangnya dengan panik.
Namun lagi-lagi nasib sial, matanya malah tak sengaja tertuju pada benda besar di selangkangan Xianfeng yang saat ini membengkak di balik celananya.
“Tolong ingatlah janji anda Yang Mulia! Changyi juga tidak melakukan perlawanan padamu!” ujar Changyi ketakutan, setelah menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya yang bebas.
Jantungnya berdebar terlalu keras! Ia hampir sesak nafas. Xianfeng bahkan belum selesai menerapkan obat di tubuh polosnya yang terbuka.
“Selama kau tidak menggodaku lebih jauh lagi…”
“Kapan Changyi menggoda Yang Mulia?!” sungguh, Changyi hampir menangis saat ini. “Changyi sudah mengatakan sejak awal, bahwa aku yang akan melakukannya sen… Akh!” Changyi memekik terkejut, saat benda kasar dan basah itu terasa menyapu salah satu putingnya.
“Apa yang…”
“Berani berbicara lagi. Maka aku tidak akan perduli lagi bahwa kau sedang sakit!” potong Xianfeng cepat, membuat Changyi menangis sesenggukan.
“Apa yang kau tangiskan? Aku hanya menjilatimu sekali! Tidak seperti kau kehilangan keperawananmu!” Xianfeng terkejut, pada reaksi Changyi yang dirasanya berlebihan.
Changyi hanya menggeleng, tidak berani membuka mulut maupun telapak tangan yang menutupi wajahnya.
“Sekarang aku memperbolehkanmu untuk berbicara.” Xianfeng menghela nafas menyerah.
“Anda… Anda… Yang Mulia membuatku takut. Tolong jangan memperlakukan Changyi seperti itu.” pintanya sesenggukan.
Xianfeng menghela nafas. Menepuk kepala Changyi dengan lembut dan membantunya mengganti pakaian tanpa menggodanya lagi.
“Tidurlah lagi, aku akan kembali ke kediaman pribadiku agar kau bisa istirahat dengan lebih tenang. Panggil pelayanmu jika kau membutuhkan sesuatu. Aku akan kembali memeriksa keadaanmu di pagi hari.” pesan Xianfeng, setelah membantu kembali menidurkan Changyi dan menyelimutinya.
Ada ruang kosong yang terasa di hati Changyi, saat langkah kaki Xianfeng mulai tidak terdengar lagi dan meninggalkannya untuk tidur seorang diri.
Mungkin Changyi sudah terlalu terbiasa dengan tubuh hangat yang selalu mendampingi disisinya setiap malam, hingga saat ini ia menjadi sulit memejamkan mata. Perlu berguling ke kanan dan ke kiri beberapa kali, sampai ia akhirnya merasa lelah, dan akhirnya dikalahkan oleh kantuk.

Bab 24 (Kakak) 
Setelah menghabiskan kebanyakan waktunya memulihkan diri dengan berbaring di atas tempat tidurnya, Changyi yang telah kembali pulih, meminta izin pada Xianfeng untuk segera menemui kakak laki-lakinya yang saat ini masih terkurung dalam penjara kerajaan Tang.
Begitu merasa tubuhnya telah benar-benar pulih, Changyi akhirnya kembali memiliki alasan agar Kaisar tiran bernama Xianfeng itu tidak lagi membatasi pergerakannya seperti beberapa hari belakangan.
Kali ini Changyi merasa, sudah waktunya bagi dirinya untuk mengunjungi kakak laki-lakinya, seperti apa yang telah Xianfeng janjikan kepadanya saat itu.
Changyi benar-benar merasa tak sabar, ingin segera bertemu dengan kakaknya, Fengying. Ia sangat mencemaskan kakak laki-lakinya dan ingin melihat keadaannya.
Terakhir kali ia dan Fengying bertemu, adalah beberapa bulan yang lalu, saat keluarga mereka dibantai habis-habisan oleh Xianfeng dan para pasukannya.
Meskipun saat ini Changyi tidak memiliki cukup kekuatan untuk membebaskan kakak laki-lakinya, namun ia berharap setidaknya bahwa ia bisa memberi semangat pada kakaknya, saat mereka bertemu nanti.
Setelahnya, Changyi pasti akan terus mencari cara agar bisa membebaskan kakaknya tersebut.
Setidaknya kini Changyi mengerti bahwa Xianfeng bukanlah orang yang benar-benar jahat. Laki-laki itu hanya dibutakan oleh dendam masa lalunya, pada kesalahan yang pernah dilakukan oleh ayahanda Changyi.
Changyi merasa, masih memiliki kesempatan untuk membujuk Xianfeng agar mau membebaskan kakaknya saat keadaan memungkinkannya.
Xianfeng telah menyelamatkan Changyi berulang kali, meskipun Changyi juga adalah putra dari musuhnya. Changyi berfikir, itu berarti bahwa tidak menutup kemungkinan jika Xianfeng juga bisa berlapang dada untuk mengampuni Fengying.
Changyi akan berusaha agar waktu itu bisa segera datang.
Beruntungnya, hari ini Changyi langsung mendapat izin khusus dari Kaisar untuk menemui kakaknya.
Meskipun harus didampingi dengan pengawasan ketat dari Tuoli, itu tak masalah bagi Changyi selama ia diizinkan untuk bercakap dengan Fengying selama beberapa waktu.
Karna itulah ia begitu bersemangat, melangkahkan kakinya kali ini.
Saat akan menuju tempat kakaknya berada, Changyi baru saja melangkahkan kaki bersama Tuoli yang mengawalnya, ketika ia berpapasan dengan Pangeran kecil yang memang tidak pernah melewatkan hari tanpa mengunjungi kediamannya akhir-akhir ini.
Saat itu, Changyi segera tersenyum ramah di hadapan Xiuhuan dan memberi salam pada pangeran kecil di hadapannya.
Meskipun anak itu masih menunjukan sikap arogannya di hadapan Changyi, namun samar-samar Changyi bisa sedikit merasakan adanya perubahan dari setiap perhatian yang ditujukan anak itu secara diam-diam padanya.
Xiuhuan mengangguk angkuh, membalas sapaan Changyi.
“Apa tubuhmu yang lemah itu sudah merasa lebih baik?” tanya pangeran Xiuhuan kemudian, berniat sarkastik di hadapan Changyi.
Namun bukannya merasa tersinggung, Changyi yang saat ini sedang merasa bahagia, malah merasa Pangeran kecil tampak menggemaskan di matanya.
Karna itulah, Changyi semakin memperlebar senyumnya di hadapan Pangeran Xiuhuan. “Tentu saja Changyi akan segera baik, setelah menerima banyak perhatian dari Pangeran Xiu-er.” balasnya dengan semangat yang menggebu.
Xiuhuan tampak melipat kedua tangan kecilnya di depan dada dan membuang muka. “Jangan sembarangan bicara! Aku sama sekali tidak memberi perhatian padamu!”
Changyi menahan tawa, menatap wajah kecil yang memerah di hadapannya. “Oh benarkah?  Jika begitu, Changyi telah salah mengartikan segala obat-obatan mujarab dan sarang burung walet yang telah Pangeran kirimkan ke kediaman Changyi ‘secara khusus’?” godanya.
“Memangnya apa yang kau artikan dari itu semua? Aku beritahu padamu, aku hanya merasa bertanggung jawab atas apa yang menimpamu! Sebagai seorang Pangeran sejati, aku memenuhi tanggung jawabku karna kau jatuh sakit setelah melindungiku.” Xiuhuan berkeras.
Changyi melepaskan sedikit tawa. “Oh baiklah. Changyi mengerti. Terima kasih atas kemurahan hati pangeran Xiu-er.” Changyi sedikit memberi hormat.
Xiuhuan tampak kesal. “Apa kau baru saja mengolok-olokku? Kenapa tertawa dengan wajah menyebalkanmu itu?”
Mata Changyi membulat lebar, kemudian segera memasang raut serius di wajahnya. “Maafkan kekasaran Changyi, Pangeran. Changyi sama sekali tidak bermaksud lancang. Hanya saja… Pangeran Xiu-er terlihat sangat gagah berani dan bertanggung jawab, sampai-sampai Changyi tak dapat menahan diri untuk tertawa gembira di hadapan Pangeran. Changyi merasa sangat senang memiliki Pangeran yang bijaksana di bawah naungannya.”
Xiuhuan terbatuk mendengar penuturan manis dari Changyi. Wajahnya semakin memerah. “Itu benar, kau harus merasa bersyukur telah diberi izin oleh ayahanda untuk menjaga Pangeran sepertiku.”
“Tentu, Pangeran!” Changyi menjawab cepat.
“Lalu… Kalau begitu Changyi akan pamit dulu.” tidak ingin berlama-lama, Changyi berniat mengakhiri percakapan mereka yang cukup menyenangkan.
Pangeran Xiuhuan tampak mengernyit tak senang. “Kemana? Apakah ayahanda sudah memberimu izin?”
“Changyi ada sedikit urusan. Dan telah mendapat persetujuan dari Kaisar.”
“Jangan berkeliaran terlalu sering, atau bibi Xiangyu akan membuat kekacauan saat mencarimu.”
“Tidak masalah Pangeran, Changyi juga baru saja telah bertemu dengan Putri Xiangyu.”
“Kau telah banyak melewatkan waktu tanpa mengawasiku saat belajar. Jangan buat tubuh lemahmu kembali sakit untuk menghindari tugasmu lagi.” Xiuhuan menggembungkan pipinya dan melirik ke arah lain.
Baiklah. Anggap saja saat ini telinga Changyi menangkap kata-‘Kau harus menemaniku saat melakukan pelajaran. Jaga kesehatanmu dan jangan sakit lagi.’-setidaknya hatinya menangkap maksud seperti itu.
Changyi mengangguk senang. Meskipun telinganya mendengar kata lain, namun hatinya menangkap maksud baik dari Pangeran kecil yang pemalu ini.
***
Changyi memasuki ruang yang gelap, sebelum Tuoli membuka sebuah gembok besar yang membelenggu jeruji besi di hadapannya.
Hatinya mencelos saat itu juga!
Saat sosok yang sangat dikenalinya itu tampak di hadapannya, Tuoli membuka pintu yang terbuat dari jeruji besi, agar Changyi bisa masuk kedalam ruangan yang memenjarakan kakaknya itu.
Awalnya ia telah mempersiapkan dirinya, untuk melihat kondisi kakak laki-lakinya yang pasti tidak akan sama dengan apa yang diharapkannya.
Ia jelas tau pasti, bahwa kakaknya akan dalam kondisi yang buruk saat ia tahu bahwa Fengying telah tinggal di dalam ruang gelap ini selama beberapa bulan.
Tapi setelah melihat keadaannya secara langsung, Changyi seakan ingin menjatuhkan tubuhnya yang gemetar sembari memeluk kakaknya yang tersisa ini.
Changyi gemetar menghampiri sosok kakak laki-lakinya yang tertidur dengan rantai di kedua kakinya.
Memperhatikan sosok kakaknya yang mengenakan pakaian tak layak dan rambut panjang yang berantakan. Changyi terpaku sesaat, dengan seribu kata yang tercekat di tenggorokannya.
Ia ingin bersikap tenang. Tapi bagaimana ia bisa, ketika melihat anggota keluarganya dalam kondisi seburuk ini?
“Ka…kak Fengying.” panggil Changyi serak, berlutut di hadapan kakak yang dikasihinya.
Fengying yang mendengar suara yang memanggilnya, segera terbangun dengan gerakan sigap untuk menyerang.
Ia berfikir bahwa orang di hadapannya adalah musuh. Tapi begitu sadar bahwa itu adalah sosok adik laki-lakinya, Fengying segera mengendorkan penjagaannya dan menatap Changyi dengan raut khawatir.
“Changyi! Apa yang kau lakukan di sini? Bagaimana keadaanmu? Apakah mereka menyiksamu?” Fengying segera membanjiri Changyi dengan banyak pertanyaan. Kemarahannya masih tampak jelas, meskipun sebagian wajahnya telah tertutupi jenggot dan kumis yang tak terurus.
Pertahanan Changyi segera runtuh. Ia menangis sembari berlutut di hadapan kakaknya. Ia menyesali bahwa dirinya lemah dan tak bisa berbuat apa-apa.
“Jangan menangis! Angkat kepalamu! Jangan biarkan musuh melihat kelemahanmu!” Fengying segera menegur adiknya.
Meskipun dalam kondisi yang buruk, kakaknya masihlah seorang petarung yang gigih dan kuat.
“Kakak… Maafkan aku… Maafkan aku…” Changyi tak mampu mengucapkan apapun, selain mengungkapkan rasa penyesalannya.
“Changyi angkat kepalamu! Aku akan terus bertahan hidup untuk membalas kematian orang tua kita!”
Changyi segera mendongak menatap kakak laki-lakinya. Ia bahkan telah melupakan sosok Tuoli yang masih berdiri di belakangnya.
“Kakak! Apa yang kau katakan? Tidakkah lebih baik jika kita hanya fokus untuk membebaskanmu?!” Changyi berkata.
Fengying yang menyadari keberadaan Tuoli, segera menatapnya dengan rasa ingin membunuh yang tidak berusaha ditutupinya. “Aku pastikan akan segera bebas dari sini! Aku akan menghancurkan ‘orang itu’ seperti apa yang telah ia lakukan pada kedua orang tua kita!” ujarnya penuh dendam.
Changyi berbalik menatap Tuoli, dan segera meminta orang itu untuk menunggunya di depan gerbang. Changyi ingin berbicara empat mata dengan kakak laki-lakinya.
Untung saja Tuoli mengerti, hingga ia meninggalkan Changyi dan kakaknya untuk bercakap berdua.
“Kakak… Bagaimana kondisi tubuhmu? Apakah mereka menyiksamu atau menjatuhkan cambuk padamu?” Changyi kembali berkata, setelah Tuoli tak lagi mengawasi mereka.
“Hingga saat ini, mereka hanya memenjarakanku. Namun aku tidak takut, jika mereka ingin menyiksaku. Aku akan tetap bertahan hidup, agar mampu membalas kematian kedua orangtua kita dan saudara kita.” ujar Fengying penuh tekad.
Changyi memasang raut murung pada wajahnya yang basah. “Kakak… Mari kita akhiri pembalasan dendam ini. Aku… Hanya ingin kita berdua terbebas dan kembali menjalani kehidupan yang normal.”
“Kehidupan normal?!” Fengying bertanya penuh kemarahan. “Kau masih mengharapkan kehidupan normal, setelah menyaksikan kepala ibu kandungmu menggelinding di hadapanmu? Aku tau bahwa kau tidak mampu bertarung. Karna itulah aku tidak akan membebanimu. Kau hanya perlu memberi dukungan pada kakakmu ini. Bagaimana bisa kau berkata seperti itu? Untuk melupakan dendam?! Bagaimana dengan nyawa Jianheng yang direnggut tanpa ampun setelah melindungimu? Bagaimana dengan Ayah kita yang mati karena tidak tahan melihat penderitaanmu? Bagaimana kau bisa melupakan kematian kedua orang tuamu?!” Fengying meneriaki Changyi.
Changyi menangis tercekat.
“Kau lemah sejak lahir, karna itulah semua orang hanya memberimu kasih sayang. Lalu apa balasan yang kau berikan pada mereka? Hanya melupakan kematian tak adil mereka? Lalu kau lebih baik jangan mengakuiku sebagai kakakmu lagi!” Fengying berkata tajam.
“Kakak… Kau telah salah paham… Aku hanya tidak ingin ada pertumpahan darah lagi. Apa yang akan kita peroleh setelah membalas dendam…”
“Itu akan menenangkan arwah orang tua kita yang mati secara tidak adil!” potong Fengying tegas.
“Itu hanya pemikiranmu saja. Bagaimana jika kau mati? Lalu orang-orang yang tak bersalah akan kembali terluka. Ketahuilah kakak, kita seperti ini karna pemikiran tentang dendam itu! Aku tidak ingin ada Changyi dan Fengying yang lain lagi. Siklus dendam tidak akan berakhir, selama tidak ada yang berniat mengakhirinya.” terang Changyi akhirnya, berharap agar Fengying bisa mengerti pemikirannya.
Fengying menyipit tak senang. “Kau hanya mencari alasan.” terdiam sejenak. “Beberapa waktu yang lalu,  seseorang membawa kabar padaku, bahwa kau akan segera dinobatkan menjadi seorang Selir Resmi Kekaisaran. Benarkah itu?”
Changyi terkejut. “Bagaimana… Siapa yang mengatakan hal itu padamu?”
“Kau hanya perlu menjawab pertanyaanku. Itu benar?”
Changyi terdiam sesaat, kemudian mengangguk mengiyakan.
“Awalnya aku hanya mengira orang-orang yang membawa pesan itu hanya menginginkan perpecahan kita. Tapi setelah mendengar pendapatmu, sekarang aku mengerti bahwa kau telah berpihak pada Kerajaan Tang dan mengkhianati Kerajaan Shu yang telah dijatuhkan.”
“Apa yang kau katakan kakak?! Itu sama sekali tidak benar!” Changyi membela diri.
“Jangan berbohong!” bentak Fengying penuh kemarahan. “Apakah kau benar-benar telah jatuh dalam pesona Kaisar Xianfeng yang hina itu? Tidakkah kau merasa malu membuka kedua pahamu lebar-lebar untuk seorang lelaki yang adalah musuh keluargamu sendiri?! Aku bahkan hampir muntah melihat tingkahmu yang menjijikkan itu! Bagaimana bisa? Bahkan dengan musuh kerajaan Shu?!” hinanya tanpa ampun.
Wajah Changyi segera memucat mendengar penuturan kakak laki-lakinya sendiri.
Changyi segera menggelengkan kepalanya dengan keras. “Tidak kakak! Itu sama sekali tidak benar! Aku… “
Plak!
Changyi segera memperoleh tamparan keras dari Fengying.
Darah segar bahkan mengalir dari sudut bibirnya.
Changyi terpaku dengan kedua mata yang terbuka lebar.
Rasa sakit di pipinya yang segera membengkak, tidaklah sedalam luka di hatinya.
Ini pertama kalinya ia dipukuli oleh anggota keluarganya sendiri.
“Jangan tunjukkan wajah menjijikkanmu itu lagi dihadapanku jika kau tak ingin mati di tangan kakakmu ini!” Fengying berteriak murka, membuat Tuoli yang berjaga di luar, segera masuk dan menghampiri Changyi.
“Selir Changyi! Kau tidak apa?!” Tuoli tampak panik.
“Segera bawa dia pergi dari sini! Atau aku akan segera membunuhnya!” Fengying kembali meninggikan suaranya saat bangkit berdiri, dengan penuh kemarahan.
Changyi segera merangkak dan memeluk salah satu kaki Fengying untuk memohon. “Kakak! Tolong maafkan aku! Kau telah salah paham! Tolong maafkan aku!” Changyi menangis pilu.
Satu-satunya keluarganya yang tersisa, kini berbalik membencinya.
Fengying menggerakkan kakinya yang dirantai, untuk menendang Changyi menjauh.
Changyi segera jatuh terduduk dan menangisi takdirnya.
Tuoli yang terprofokasi, segera menarik pedangnya dari sarungnya.
Changyi segera panik dan memohon pada Tuoli agar mengampuni kakak laki-lakinya.
Fengying hanya mendengus ketika Tuoli kembali menyarungkan pedangnya.
Changyi akhirnya meninggalkan tempat itu dengan batu besar yang membebani hatinya.

Bab 25 (Mimpi Terburuk)
Changyi, bersandar nyaman pada pelukan hangat ibunya. Melepaskan segala beban dalam hatinya dan mencurahkan segala isi fikirannya, pada sosok ibundanya yang tercinta.
Ia bahagia! Saat itu, semua anggota keluarga yang dicintainya, masihlah lengkap.
Tiba-tiba saja! Suasana yang hangat berubah mencekam!
Dalam penglihatan Changyi, hanya ceceran darah yang mampu tertangkap oleh pandangannya!
Changyi segera mendongak dan mendapati tubuh ibunya telah kehilangan kepala!
Changyi menoleh ke bawah dan menemukan kepala ibunda yang dikasihinya telah jatuh ke atas tanah.
Changyi menjerit! Namun hanya bisa dalam hati, karna mulutnya tiba-tiba saja tak sanggup mengeluarkan suara!
Air mata Changyi meleleh dari pipinya!
Ia merasa pilu. Karna begitu memandang berkeliling, semua anggota keluarganya telah jatuh bersimbah darah.
Tubuh Changyi gemetar ketakutan!
Ia ingin berteriak sekeras-kerasnya! Namun dirinya seakan tidak di izinkan!
Yang tersisa, tinggal bayangan Kakak tertuanya yang tampak melangkah menjauh,  membelakanginya.
Changyi ingin meraih kakaknya yang tersisa! Tapi kakinya seakan dipaku ke dalam tanah.
Changyi tak mampu bergerak!
“Changyi anakku.” tiba-tiba saja, potongan kepala ibunya berbicara.
Changyi menatap wajah penuh kasih, yang terus mengeluarkan darah dari mulutnya.
“Apakah kau tidak menginginkan kami lagi? Apa kau membenci kami?” tanya ibundanya pilu, membuat Changyi menggeleng berulang kali dengan air mata yang seakan tidak ada habisnya.
“Lalu kenapa kau menghianati kami, nak? Kenapa kau menghianati kami?!” ibundanya terus berbicara, diikuti oleh mayat keluarganya yang lain.
Changyi hanya bisa menggeleng dan menggeleng, dari balik kepedihan di hatinya.
“Tolong jangan biarkan Fengying mati. Jangan membunuh kakak laki-lakimu yang tersisa.” pinta ibunya, dengan tangisan air mata darah.
Changyi kembali mendongak, menatap punggung Fengying yang semakin menjauh.
Saat itu, Xianfeng tiba-tiba saja muncul dari arah belakang Fengying, membawa sebilah pedang berlumuran darah.
Saat pedang mengerikan itu terangkat.  Akhirnya Changyi bisa mengeluarkan teriakan lantang dari mulutnya.
***
“JANGAN!” teriak Changyi, yang baru saja terbangun dari mimpi buruknya.
Chang yang saat itu berada di sampingnya, segera menghambur mendekati Changyi yang saat ini telah terduduk dengan keringat dingin yang membasahi dahinya.
“Yang Mulia! Apa anda merasa tidak sehat? Dimana yang sakit? Haruskah aku kembali memanggil tabib?” tanya Chang panik, memancarkan kecemasan besar dari raut wajahnya.
Changyi yang tersadar bahwa ia baru saja mengalami mimpi buruk, segera menyeka keringat di dahinya dengan ujung jubah tidurnya yang berwarna putih.
Changyi menggeleng dan hanya meminta Chang untuk membawakannya air putih saja.
“Apa yang terjadi?” tanya Changyi akhirnya, setelah menyerahkan kembali gelas yang telah kosong kepada Chang.
Tiba-tiba saja, wajah cemas Chang berganti menjadi raut murung.
“Anda jatuh pingsan, setelah mendengar bahwa Pangeran Fengying dijatuhi hukuman mati oleh Yang Mulia Kaisar.” terang Chang, benar-benar merasa sedih.
Changyi terdiam! Tidak ingin percaya dengan pendengarannya sendiri.
Lalu… Ia mengeluarkan tangisan hebat, dari mulutnya.
Ia histeris! Namun Chang hanya mampu menonton dengan pedih dari sampingnya.
Ia hanya menangis dan berteriak, seperti seseorang yang telah kehilangan akal sehatnya.
Dua puluh menit berlalu, akhirnya Changyi bisa mengumpulkan kekuatannya.
Changyi segera bangkit dari tempat tidurnya, dan mengganti pakaian.
Setidaknya, ia ingin melakukan sesuatu untuk menyelamatkan kakak laki-lakinya. Ia tidak ingin tinggal diam, kembali menyaksikan orang yang dikasihinya, mati begitu saja.
Cong yang baru saja tiba, segera melarang Changyi keluar, karna kesehatannya masih belum stabil.
Tapi Changyi telah bertekad untuk menemui Xianfeng secepatnya.
Ia tidak perduli jika harus memohon atau bahkan mengiba.
Yang dia inginkan, hanya keselamatan kakaknya.
Apapun yang terjadi, Changyi tidak akan membiarkan Fengying mati begitu saja.
***
Changyi kembali dengan tangan hampa!
Segera setelah ia tiba di depan ruang belajar Xianfeng, pria kejam itu segera memerintahkan Tuoli untuk mengusirnya kembali dan menekankan padanya agar tidak membuat keributan jika tidak ingin hari eksekusi Fengying, dimajukan.
Saat berjalan kembali kekediamannya didampingi kedua pelayan setianya, Changyi berjalan gontai dan linglung beberapa kali.
Changyi kehabisan akal dan kehilangan harapannya.
Ia tidak memperdulikan matanya yang membengkak dan wajah putihnya yang semakin memucat. Dalam kepalanya, ia terus mencari cara untuk sesegera mungkin membebaskan kakaknya.
Tanpa terduga, saat itu ia berpapasan dengan rombongan Permaisuri Hanxian.
Entah disengaja atau tidak, tapi pertemuan mereka terlalu kebetulan.
Bahkan Hanxian tampak tidak terganggu, saat Changyi hanya berniat melewatinya tanpa memberi salam terlebih dahulu.
“Tunggu sebentar!” seruan Hanxian, membuat Changyi menghentikan langkahnya.
Hanxian memberikan senyum, yang langsung terdeteksi ‘palsu’ dalam pandangan Changyi.
“Aku bisa membantumu, membebaskan kakak laki-lakimu!” tandas Hanxian cepat, ketika melihat Changyi hampir berjalan kembali, berniat menghiraukannya.
Changyi mengerutkan keningnya, menyadari bahwa pertemuan mereka saat ini, ternyata bukanlah sebuah kebetulan.
“Aku tidak membutuhkan bantuanmu.” sinis Changyi,  sama sekali tidak perduli lagi dengan masalah sopan santun.
Pikirannya memang sedang kalut saat ini. Tapi dia bukanlah seorang yang bodoh. Ia tau orang seperti Hanxian, pasti sedang membuat siasat untuk menjebaknya.
Sebenarnya, ia tidak akan perduli jika jebakan ini ditujukan padanya. Tapi ketika itu akan melibatkan kehidupan Fengying, maka Changyi tidak ingin mengambil resiko apapun.
Ia tidak ingin memprofokasi kemarahan Xianfeng. Ia telah cukup tau wataknya dan tidak ingin bermain-main dengannya.
Xianfeng telah menekankan agar Changyi tidak melakukan hal yang bodoh. Setidaknya, Changyi masih memiliki beberapa hari untuk memohon pada Xianfeng.
Hanxian berteriak murka, saat Changyi kembali berjalan meninggalkannya tanpa menghiraukannya.
Changyi tidak perduli pada Hanxian, yang saat itu terus saja mengeluarkan sumpah serapah untuk memakinya.
Sampai Changyi berbelok dan tidak lagi mendengar suara Hanxian. Changyi berjongkok dan kembali menangisi keadaannya.
Ia tidak berdaya dan lemah sebagai seorang Pangeran. Karna itulah, ia dihukum untuk menjadi seorang selir dari musuh yang telah menghabisi nyawa orang-orang terkasihnya.
Yang lebih buruknya lagi! Kini Changyi telah menyadari bahwa hatinya telah jatuh pada Xianfeng, entah sejak kapan?!
Ia jatuh cinta, pada musuh keluarganya!
Changyi tidak ingin menyakiti mendiang orang tuanya, tapi hatinya berkhianat padanya.
Ia merasa sesak dan menyesal!
Changyi masih saja menangis, saat sosok Pangeran kecil muncul secara tiba-tiba.
“Apa yang terjadi? Siapa yang telah mengganggumu?” marah Xiuhuan, menghampiri Changyi dengan langkah kaki kecilnya yang tampak terburu-buru.
Changyi mendongak, dan baru menyadari keberadaan Xiuhuan.
“Katakan! Siapa yang membuatnya seperti ini?!” Xiuhuan menuntut Chang dan Cong, untuk segera menjawab pertanyaannya.
Chang dan Cong hanya mampu menggeleng, tanpa berani menjawab.
Xiuhuan sangat marah, hingga wajah kecilnya tampak memerah.
“Aku baru saja berpapasan dengan Permaisuri Hanxian. Apakah dia yang melakukannya?” duga Xiuhuan menuntut, saat tidak juga mendapatkan jawaban.
“Coba kita lihat, apa yang bisa aku lakukan, untuk memberinya pelajaran!” ujar Xiuhuan emosi, dengan tebakannya sendiri.
Saat Xiuhuan bergerak ingin kembali menghampiri Hanxian, Changyi segera menahannya dan memeluk Pangeran kecil yang telah dianggapnya sebagai anggota keluarganya itu.
Ia sangat berterima kasih, bahwa sosok kecil ini bersedia membelanya.
Meskipun posisi Xiuhuan cukup kuat, tapi itu tidak berpengaruh, jika lawannya adalah Xianfeng.
Karna itulah, Changyi memutuskan untuk hanya diam di hadapan Xiuhuan.
Setidaknya sedikit pelukan, sangat diperlukannya saat ini.
Ia menangis sebanyak yang ia bisa. Melampiaskan segala kesedihannya, dalam pelukan tangan kecil Xiuhuan yang kali ini bisa menjadi anak yang begitu patuh.
Dalam hati, Changyi berharap, semoga mimpi buruk itu tidak akan pernah menjadi kenyataan.
Selamanya.
Bab 27 (Senyum Dan Tangis)
Changyi terbangun, dengan rasa sakit yang menjalar pada seluruh bagian tubuhnya.
Memaksakan diri untuk terduduk, Changyi menyadari bahwa wajah-wajah asing berseragam pelayan, sedang menghampiri dirinya.
Changyi menatap datar pada salah satu pelayan wanita, yang saat ini telah berdiri di sampingnya. “Kemana Chang dan Cong?” tanyanya, masih dalam posisi terduduk dengan selimut yang menutupi sebagian tubuhnya yang polos.
Pelayan wanita, tampak menunduk hormat. “Hamba bernama Celan. Mulai saat ini, hamba ditugaskan untuk melayani anda.”
Changyi berusaha, menahan segala kemarahan dalam hatinya.
“Dimana Chang dan Cong?” ulangnya, menginginkan jawaban yang lebih tepat dari pelayan bernama Celan itu.
Saat itu, Xianfeng masih tidak terlihat.
“Kaisar menahan mereka, untuk sementara.” Fei zi yang baru saja memasuki kamar pribadi Changyi, muncul dari balik pintu dengan wajah sedih yang dilengkapi oleh luka bekas cambuk di pipi kirinya. “Mereka akan dibebaskan, setelah anda merasa lebih tenang.” lanjut Fei Zi kemudian, membuat Changyi menyadari maksud perkataannya.
Tidak perlu bertanya, dari mana bekas luka yang didapatkan oleh Fei Zi tersebut. Changyi sudah mengetahui, bahwa Xianfeng yang kejam, tidak akan meloloskan siapapun yang terlibat dari kemarahannya.
Changyi menarik nafas berat. Ia sangat ingin mengeluarkan segala emosi di hatinya, namun juga merasa terlalu lelah.
Semalam, setelah Xianfeng melampiaskan segala kemarahannya hingga Changyi kehilangan kesadarannya, Xianfeng segera meninggalkan Changyi dengan penjagaan yang ketat di belakangnya.
Karena merasa tubuhnya terlalu menjijikkan dengan sisa-sisa cairan yang lengket, akhirnya Changyi hanya mampu memutuskan untuk membersihkan dirinya saat ini.
Dengan memaksakan diri, Changyi berusaha bangkit untuk menuju bak mandi.
Mungkin ia akan merasa lebih baik, setelah mandi.
Namun ia baru mulai melangkah sekali, saat tiba-tiba saja rasa sakit itu kembali menggigitnya!
Changyi terjatuh, bersama selimut yang melilitnya.
Celan segera bergerak akan menolongnya, namun Changyi menepis tangannya dengan frustrasi. “Jangan! Jangan menyentuhku! Aku tidak mengizinkan siapapun!” teriaknya marah, mulai kehabisan kesabarannya.
Changyi merasa marah dan frustrasi! Namun ia tidak mengerti, tentang cara melampiaskannya.
Dengan langkah terseok, Changyi berusaha melangkah sendiri menuju bak mandi.
Tidak mengizinkan siapapun, untuk mengikutinya saat itu.
***
Changyi merendam tubuhnya, cukup lama.
Para pelayan telah bergantian membujuknya untuk keluar dari dalam kolam, tapi Changyi hanya akan terus menyuruh mereka untuk menjauhinya.
Setelah lelah menggosok tubuhnya, Changyi mulai melamun dengan pikiran yang kosong.
Ia seperti akan gila!
Bagian tubuh yang sejak tadi dibersihkannya, telah terluka karena terlalu kerasnya dia basuh.
Changyi berdiri mematung. Merendam sebagian tubuhnya dalam air, saat langkah kaki yang tegas itu menyadarkannya!
Tubuh Changyi segera terkesiap dan menggigil ketakutan, saat sosok Xianfeng terlihat olehnya berdiri di ambang pintu.
Changyi mengkerut ketakutan, di sisi kolam. Ini pertama kalinya, ia merasa setakut ini pada Xianfeng.
“Aku… Tidak melakukan kesalahan. Aku… Tidak melakukannya. Tolong… Maafkan aku.” ujar Changyi parau, berusaha menghentikan langkah Xianfeng yang mendekatinya.
Xianfeng tidak menanggapinya, dan hanya terus mendekatinya.
Saat Xianfeng melangkah masuk ke dalam kolam dengan pakaian lengkapnya, Changyi terkesiap.
Tubuhnya terpaku, saat Xianfeng meraihnya dan menggendongnya untuk keluar dari dalam kolam.
Tubuhnya yang menggigil, bercampur oleh rasa ketakutan dan kedinginan.
“Aku mohon… Jangan menyentuhku.” pinta Changyi frustrasi, kepada Xianfeng yang masih saja tidak mengeluarkan sepatah katapun.
Setelah mereka berhasil keluar dari dalam kolam, Xianfeng segera membungkus tubuh Changyi dengan jubah mandi yang disodorkan oleh pelayan.
Changyi tidak memiliki kekuatan, untuk memberontak.
Saat mereka kembali ke kamar tidur milik Changyi, Xianfeng secara khusus melayaninya mengenakan pakaian.
Tubuh Changyi yang lemah, masih tampak tidak berhenti gemetar ketakutan.
Changyi berulang kali, memohon Xianfeng untuk tidak menyentuhnya.
Namun Xianfeng tidak memiliki pilihan lain, selain bersikeras untuk mengoleskan obat pada bagian tubuh Changyi yang terluka.
Meskipun kali ini Changyi tidak memberontak, tapi Xianfeng malah bisa merasakan pukulan keras yang menghantam dadanya.
Saat itu, Xianfeng meminta salah satu pengawalnya untuk memanggil tabib. Ia baru bisa merasa lega, jika tabib mengatakan bahwa kondisi Changyi baik-baik saja.
Bertepatan dengan itu, Changyi mulai merasa sesak dan sulit untuk bernafas!
Dadanya mulai memburu, kemudian pandangan Changyi mulai kembali mengabur.
Changyi kembali kehilangan kesadarannya, saat Xianfeng berteriak  marah pada pelayannya yang bergerak lamban.
Tubuh yang lemah itu, tidak mampu menahan tekanan yang terlalu berat.
***
Xianfeng baru bisa keluar dari kediaman Changyi, saat tabib mengatakan bahwa kondisi Changyi akan segera membaik.
Xianfeng yang bertemu dengan sosok Tuoli yang berjaga di ambang pintu, segera menggertakkan giginya dengan penuh kemarahan.
Buku-buku jarinya mengepal, hingga melukai telapak tangannya sendiri.
Ia menyesal, bahwa ia telah melukai Changyi seperti ini.
Tapi ia juga merasa sangat marah, pada tindakan pemuda itu.
Saat ini yang bisa dilakukan Xianfeng, hanya kembali ke kediamannya dengan perasaan yang berat.
Dalam perjalanannya, Xianfeng berhenti memandangi pepohonan yang bergoyang karena tertiup angin.
Hari ini… adalah cuaca yang sama, saat ia bertemu pertama kali dengan sosok kecil Changyi yang indah.
Flashback
Saat itu, angin berhembus lembut menerpa dedaunan.
Dedaunan tampak sedang menari-nari, membuat suara gesekan yang seharusnya menenangkan orang di sekitarnya.
Xianfeng baru berusia enam belas tahun, saat itu.
Ia berdiri dari balik persembunyiannya, menatap penuh dendam pada gerbang Istana kerajaan Shu.
Ia sangat ingin menghancurkan gerbang itu, namun saat ini ia masih belum memiliki kekuatan yang cukup.
Saat ini, niatnya hanya untuk membunuh Pangeran kesayangan Yongseng.
Ia memperoleh informasi, bahwa Raja Yongseng sangat menyayangi Pangeran termudanya yang baru berusia enam tahun.
Xianfeng ingin, Yongseng sedikit mencicipi rasa kehilangan, sebelum ia menghancurkan kerajaannya kelak.
Dengan susah payah, Xianfeng memperoleh informasi, bahwa Pangeran itu sering menyamar untuk bermain ke luar Istana.
Xianfeng terus mengikuti anak laki-laki itu,  yang didampingi oleh ketiga penjaganya.
Changyi dan rombongannya mengelilingi pasar, yang tampak ramai untuk berbelanja atau sekedar melihat-lihat.
Bersama dengan Tuoli, Xianfeng menunggu kesempatan untuk mendekati anak itu dan mencari kesempatan untuk menghunuskan belatinya pada anak itu.
Tapi tiba-tiba saja, bocah itu menyadari keberadaan Xianfeng.
Changyi berhenti melangkah, dan menghampiri Xianfeng yang masih menatap tajam padanya.
“Kakak, kenapa kau terus mengikutiku?” tanya Changyi dengan senyum lebar, tiba-tiba saja meraih pergelangan tangan Xianfeng.
Xianfeng menepis tangan kecil Changyi, dan mendengus ke arahnya. “Jangan menyentuhku!” sinisnya, sama sekali tidak panik bahwa ia telah ketahuan.
Changyi menangis!
Ini pertama kalinya, seseorang membuat suara keras pada Changyi.
Xianfeng yang terkejut, segera memutuskan untuk kabur dari sana.
Rencananya gagal, namun Xianfeng masih memiliki kesempatan.
Selanjutnya, ia harus menghabisi nyawa anak itu.
***
Keesokan harinya, Xianfeng kembali ke pasar itu untuk mengikuti Changyi.
Tapi Xianfeng dan Tuoli, tanpa sengaja berpapasan dengan beberapa anak nakal dan terlibat perkelahian.
Xianfeng terpisah dengan Tuoli, karena mereka memutuskan untuk kabur dengan arah berlawanan.
Tiba-tiba saja, telinga Xianfeng menangkap suara seruling yang sangat merdu, saat ia akan kembali mencari Tuoli.
Xianfeng teringat, pada mendiang ibunya yang sangat menyukai permainan seruling.
Xianfeng mengikuti asal suara tersebut.
Ia terkejut, begitu melihat anak yang dibencinya sedang meniup seruling itu di bawah sebuah pohon yang tampak teduh.
Xianfeng terpaku, mendengarkan permainan seruling Changyi yang lebih menyejukkan dari pada suara dedaunan yang diterpa angin.
Xianfeng terlalu lama merasa takjub, hingga ia tak menyadari bahwa kini Changyi telah berdiri di hadapannya.
Changyi memasang senyum yang sangat indah, yang tertangkap mata oleh Xianfeng.
“Kakak. Kau terluka?” tunjuk anak itu,  pada wajah Xianfeng yang dihiasi sisa-sisa perkelahian.
Waktu seakan terhenti.
Xianfeng jadi lupa akan siapa dirinya, saat anak itu menariknya untuk mengobati luka-lukanya.
Saat itu, Xianfeng menyadari bahwa ia tidak akan pernah bisa membenci anak ini.
Bagaimanapun, Xianfeng tidak akan mampu melukainya.
Changyi telah mampu menggerakkan hati Xianfeng, dengan senyumnya yang indah.
Tapi sungguh disayangkan, bahwa senyum indah itu bisa dipastikan akan hancur di tangan Xianfeng, suatu saat nanti.
Senyum yang indah, akan berganti dengan tangisannya.
Tapi Xianfeng berjanji, akan tetap melindungi anak ini.

Bab 28 (Kesalah Pahaman) 
Changyi akhirnya membuka kedua matanya, setelah mengalami mimpi buruk yang telah berulang kali dilaluinya.
Semenjak kejadian buruk yang menimpanya, Changyi hanya menghabiskan waktunya seperti seorang mayat hidup.
Kadang berbaring dalam diam, kadang menatap keluar jendela dengan pandangan kosong, hanya makan tanpa rasa dan melewati hari dengan berharap kematian agar segera mengakhiri penderitaannya.
Saat membuka mata, ia merasa sakit dan menderita.
Saat menutup mata, mimpi buruk terus menyiksa seluruh saraf di tubuhnya.
Semuanya terasa menyesakkan!
Tubuhnya yang lemah, kini semakin tampak kuyu.
Sayang sekali bahwa tabib selalu berhasil menyelamatkan jiwa yang tidak diinginkannya, saat kondisinya mulai memburuk.
Xianfeng dengan ketat meminta orang-orangnya untuk mengawasi Changyi siang dan malam, namun tidak lagi pernah manunjukkan dirinya di hadapan Changyi semenjak kejadian hari itu.
Kini Changyi mengedarkan pandangannya, dan meyakini bahwa waktu masih menunjukkan pertengahan malam.
Tidak ada seorangpun dalam jarak pandangannya, namun sudah pasti bahwa pintu depan dijaga dengan ketat.
Changyi tiba-tiba saja terkesiap,  saat suara yang aneh terdengar dari luar.
Ia memanggil beberapa kali, namun tidak memperoleh jawaban dari mereka.
Saat akhirnya pintu itu terbuka, seorang pria berpakaian serba hitam  membuka penutup wajahnya.
Changyi benar-benar tidak mampu mempercayai penglihatannya sendiri!
Ia segera bangkit dari tempat tidurnya, dan menghampiri lelaki itu dengan langkah yang goyah. “Kakak! Kakak! Apa yang kau lakukan di sini?” Changyi benar-benar nampak panik.  “Kenapa kau kembali? Dia akan membunuhmu, jika ia menemukanmu! Apa yang kau lakukan? Cepatlah pergi dari sini kakak!” Changyi tidak mampu mengendalikan ketakutan dan emosinya.
Namun Fengying hanya menatap Changyi tanpa ekspresi.
Changyi berlutut di hadapan kakaknya. “Kakak! Aku mohon padamu. Pergilah dan lanjutkan hidupmu dengan damai! Pergilah kakak! Apa yang harus aku lakukan jika ia menangkapmu!” Changyi mulai menangis putus asa.
Fengying mendengus kasar. “Apa yang kau katakan? Bagaimana bisa aku melanjutkan hidup yang damai, sebelum aku membalaskan dendam orang tua kita?” katanya.
Changyi meratap. “Harus berapa kali aku katakan? Kau tidak akan memperoleh apapun, setelah kau membalas dendam.”
“Itulah sebabnya mengapa aku membencimu! Kau sangat lemah dan tidak punya balas budi terhadap orang-orang yang telah mengorbankan kehidupan mereka demi dirimu!”
“Lalu apa yang bisa aku lakukan? Apa yang bisa kau lakukan? Bahkan kita tidak memiliki kekuatan! Aku hanya seperti ini. Apa yang bisa aku lakukan untukmu kakak?!” Changyi berseru.
“Kudengar, kau dan juga Pangeran Xiuhuan sangat dekat.” Fengying menyeringai. “Kau bahkan mendapatkan wewenang untuk keluar masuk dalam kediamannya… “
Changyi mulai merasakan firasat buruk, sebelum kakaknya menyelesaikan kalimatnya. Tubuhnya meremang dalam kengerian, saat kalimat itu kembali dilanjutkan.
“…Bawa dia padaku, agar aku bisa mengakhiri hidup Putranya seperti ia menghabisi nyawa orang-orang yang kita cintai.” lanjut Fengying akhirnya.
Changyi menggeleng keras. “Tidak. Tidak. Kau tidak boleh menyakiti nyawa orang-orang yang tidak bersalah. Dia hanya seorang anak kecil. Kakak, tolong kasihanilah aku! Ayo kita lari dari sini! Bawa Chang dan juga Cong! Kita masih bisa menjalani hidup yang lebih baik.” sergah Changyi semakin putus asa.
Changyi sangat ingin mengakhiri dendam yang membuatnya sesak nafas. Lari sejauh yang ia bisa. Namun kekuatan apa yang dimilikinya saat ini?! Sama sekali tidak ada!
Fengying menggertakkan gigi dengan penuh kemarahan. “Kau benar-benar tidak berguna! Kau lakukan perintahku, atau aku yang akan melakukannya sendiri! Setidaknya aku masih bisa menerima tawaran wanita itu! Wanita itu lebih berguna darimu.”
Wajah Changyi semakin memucat. Mendengar kata kunci ‘wanita itu’,  menyadarkannya akan satu hal. Semua yang menimpanya, adalah jebakan yang telah dibuat oleh seseorang.
Orang itu, pasti bisa menggunakan segala cara untuk menghancurkan orang-orang yang ia benci.
Changyi adalah seorang idiot, jika ia tidak menyadari bahwa yang dimaksud kakaknya adalah Permaisuri Hanxian.
Tangan Changyi gemetar, meraih ujung jubah kakaknya. “Kakak. Apakah kau bersama dengan Zhaoyang, mendapat hasutan dari permaisuri Hanxian untuk melakukan semua ini?”
“Kakak. Apa yang ia janjikan padamu? Kata-kata apa yang ia gunakan untuk membujukmu? Kakak. Cepat lari dari sini! Pergi Kakak!” Changyi hampir meraih batasnya.
“Kau masih bersikeras?!” Fengying menatap penuh kemarahan ke arah Changyi.
“Sadarlah kakak! Ini adalah jebakan! Dia ingin menjebak kita! Kau seharusnya tidak mempercayainya!” Changyi berteriak parau.
Tepat setelah kata-katanya berakhir, keributan sudah terdengar kembali di luar.
Fengying memaki dengan berpuluh kata kasar. Ia sadar bahwa dirinya terlalu ceroboh. Ia dibutakan oleh dendam, hingga ia dengan bodohnya tertipu begitu saja dengan wanita ular itu.
Changyi menutup matanya dan air matanya jatuh mengiringi keputusasaannya. “Pergilah kakak.” Changyi berkata lemah, tidak lagi ingin melihat wajah kalah kakaknya.
Tepat sebelum bayangan Fengying menghilang, wajah Xianfeng yang penuh kemurkaan muncul di sana dan dengan sigap meminta prajurit yang bersamanya untuk mengejar Fengying.
Changyi masih terduduk di sana, saat langkah Xianfeng yang dingin menghampirinya.
Xianfeng berkata tajam. “Kini kakakmu membawa orang untuk melukai Xiu-er dan kalian ingin kabur bersama? Apa kau fikir, kau bisa melakukannya selama aku masih berada di sini?” aura yang gelap, menyelimuti  ruangan itu.
Changyi mengangkat wajahnya yang penuh air mata, menatap Xianfeng dengan penuh kebencian. “Kau terus menuduhku melakukan hal yang tidak aku lakukan! Mendesakku dan terus mendesakku untuk menjadi gila! Pada akhirnya, kau hanya ingin melihatku terluka dan kau akhirnya mendapatkannya! Menyiksaku sampai aku ingin memohon kematian, tapi kau tidak akan memberikannya. Kau memperoleh apa yang kau inginkan! Teruslah menyiksaku seperti ini sampai aku benar-benar mati!”
Xianfeng terdiam sesaat. “Apa yang kau katakan? Apa maksud perkataanmu?” tanya Xianfeng akhirnya.
Changyi menatap tepat, ke manik mata Xianfeng yang hitam kelam. “Aku tidak melakukan semuanya! Semua yang kau tuduhkan, aku tidak melakukannya! Aku tau ini tidak berguna bagimu. Yang kau inginkan, hanya melihatku menderita.”
Kau sangat jahat dan terlalu mengerikan! Aku membencimu, namun rasa benci itu tidak mampu mengalahkan perasaan lain di hatiku. Semua yang kualami, adalah hukuman untukku. Hukuman karena aku mencintai orang yang salah.’ batin Changyi, penuh kesedihan.
***
Hanxian menyeringai, menatap minuman di tangannya dengan sorot penuh kelicikan.
Ia duduk dengan anggun di atas singgasanya, dengan raut kemenangan.
“Bagaimana wajah Kaisar saat ia tahu bahwa Pangeran kecilnya hampir dalam bahaya gara-gara lelaki yang diperhatikannya itu?” tanya Hanxian tenang, meneguk anggur di tangannya sedikit demi sedikit.
“Lapor Permaisuri, setelah orang itu mengatakan apa yang kita perintahkan, Xianfeng segera memenggal kepalanya dan bergegas ke kediaman Selir Changyi dengan penuh kemarahan.” lapor Anchi, dengan setia membungkuk di hadapan majikannya.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa Anchi adalah otak dari semua siasat Permaisuri Hanxian. Dimulai dari menghasut Zhaoyang dan menjanjikannya untuk kebebasan Changyi. Pembebasan Fengying dengan melibatkan Zhaoyang, menyeret Changyi untuk disalahkan. Sampai akhirnya menggunakan orang-orang yang dicintai Xianfeng, untuk memfitnah Changyi. Semuanya diatur begitu sempurna dan menyenangkan.
Hanxian akan menunggu dengan sabar, sampai laki-laki yang menjijikkan itu mati di tangan Xianfeng sendiri.
Hanxian segera tertawa seperti orang gila. “Ai Ai. Bukankah Kaisar begitu emosional?” kembali terkekeh. “Sungguh kasihan! Selir Changyi begitu menyedihkan.” mata Hanxian menyipit, penuh niat membunuh. “Itulah yang akan kau peroleh, jika menghalangi langkahku!” tiba-tiba saja Permaisuri Hanxian membanting gelas di tangannya hingga pecahan kaca tercecer kemana-mana.
Tapi Anchi tidak menanggapi, ia hanya diam, membiarkan majikannya merayakan kemenangannya saat itu.

Bab 29 (Penobatan) 
Kediaman Selir Changyi diisolasi.
Tidak seorangpun diizinkan keluar-masuk dari tempat itu, kecuali pelayan dan pengawal kepercayaan Xianfeng.
Putri Xiangyu yang memaksa ingin bertemu Changyi, bahkan di tahan sebelum berhasil mengambil satu langkah untuk memasuki gerbang kediaman Changyi.
Tangisan Pangeran Xiuhuan dari balik pintu gerbang kediamannya, bahkan masih terbayang jelas di kepala Changyi.
Saat ini, Changyi merasa tidak lebih dari sekedar tawanan yang hina.
Sikap dingin Xianfeng, masih tampak kukuh untuk Changyi.
Xianfeng mengambil sikap diam, untuk menghadapinya.
Lalu hari penobatan Changyi, akhirnya tiba! Changyi berfikir, bahwa hal itu sudah lama dibatalkan.
Namun status sebagai Selir Resmi Kekaisaran, masih harus dinobatkan.
Membuat Changyi berfikir, bahwa sepertinya Xianfeng tidak ingin menyia-nyiakan kesempatannya, untuk memberi penghinaan bagi Changyi.
***
Saat itu, Changyi menatap pantulan dirinya di depan cermin.
Wajahnya yang sebelumnya pucat, telah ditutupi oleh riasan dan perhiasan yang dikhususkan.
Jubah yang megah, tidak menampakkan senyum di wajah putihnya yang indah.
Saat ia berjalan, tubuhnya harus dipapah beberapa kali agar mampu berdiri dengan tegap.
Hingga akhirnya, ia tiba di singgasana tempat upacara yang mengharuskannya duduk di samping Xianfeng dan keluarga kerajaan yang lain.
Sebelum menduduki tempatnya, Changyi bisa merasakan sikap dingin Xianfeng yang memandang rendah padanya.
Lalu reaksi Permaisuri Hanxian, jelas memandang Changyi dengan pandangan penuh kebencian dari balik senyumnya yang menawan.
Pandangan Changyi tampak kosong. Entah mengapa kesedihan di dalam hatinya, tidak mampu lagi ia rasakan.
Kekuatannya dengan susah payah ia pertahankan, untuk mampu menyelesaikan upacara itu.
Tarian, pertunjukan musik, atau hal apapun di hadapannya,  Changyi tidak bisa menikmati pertunjukkan apapun yang di sediakan.
Hanya menggenggam jubahnya rapat-rapat, agar tidak menunjukkan kelemahannya di hadapan orang-orang.
Saat itu, pertunjukan silat di atas panggung sedang berlangsung.
Saat mata Changyi sedikit melirik, ia tiba-tiba saja menemukan wajah-wajah yang dikenalnya sedang berlaga di atas panggung.
Changyi terkesiap ketakutan!
Rasa ngeri tiba-tiba saja menggerogoti hatinya!
Meskipun orang-orang yang memegang senjata, tampak menggunakan berbagai macam penyamaran. Namun bagaimana bisa Changyi tidak mengenali kakak kandungnya, serta pelayan setianya sendiri?
Bahkan… Beberapa prajurit Kerajaan Shu yang pernah ia temui, juga ada di sana.
Changyi memandang panik berkeliling, mendapati beberapa kilauan anak panah yang siap ditembakkan dari jauh.
Apakah Fengying sedang melakukan penyerangan?
Bagaimana bisa ia melakukan hal ini!
Changyi memegangi pegangan kursinya, dengan nafas yang terengah.
Kedua pihak… Changyi tidak ingin kedua pihak terluka!
Tapi… Apa yang bisa ia lakukan?!
“Ada apa denganmu?” tanya Xianfeng samar, masih menyiratkan sikapnya yang dingin.
Changyi mengeluarkan air mata, sembari menatap Xianfeng dengan tubuh gemetar yang ketakutan.
Bertepatan dengan itu, para pesilat telah selesai dengan pertunjukannya dan tampak siap mendekat untuk memberi hormat pada Kaisar Xianfeng.
Tindakan ini… Bukankah terlalu gegabah?
Apa yang kakaknya harapkan, saat berniat menyerang Xianfeng di tengah orang-orangnya yang siap-siaga di seluruh sisi?
Apakah ia berniat mengantarkan nyawanya, asalkan ia mampu membalaskan dendamnya?
Apa yang harus Changyi lakukan, agar bisa menyelamatkan kedua orang ini?
Dalam kepalanya, Changyi sangat jelas hanya mampu menyelamatkan satu!
Lalu… Mari segera putuskan mengambil jalan tengahnya!
Kejadiannya sangat cepat, saat orang-orang Fengying mulai menyebar untuk menghunuskan pedang.
Dalam sekilas pandang, ceceran darah telah ada di mana-mana.
Permaisuri Hanxian yang juga berada di sana, segera mendapatkan perlindungan.
Xianfeng yang berhasil menghalau pedang Fengying, menggunakan kemarahannya untuk membuktikan keunggulannya.
Lalu… Teriakan Hanxian yang memperoleh pembalasan dari Zhaoyang yang telah ditupunya, mulai terdengar.
Hanxian tampak memegangi telinganya, yang mengeluarkan darah.
Setengah dari daun telinga miliknya, telah jatuh ke tanah.
Apakah itu hukuman yang setimpal baginya?
Sebenarnya Zhaoyang membutuhkan nyawa wanita licik itu. Namun karena penjagaannya yang semakin mengetat,  Zhaoyang memutuskan untuk mundur dan bergabung kembali dengan pasukan Fengying yang lain.
Lalu di sisi lain, Xianfeng tampak berhasil menjatuhkan pedang milik Fengying.
Tuoli, tampak berhasil menjatuhkan beberapa musuh dengan sangat mudah.
Kondisi itu, membuat Xianfeng lengah.
Saat ingin menghunuskan pedangnya ke arah Fengying, anak panah yang menyilaukan tertangkap mata oleh Changyi.
Jika ini bisa membuat Xianfeng puas, maka Changyi bersedia mengorbankan nyawanya untuk membuatnya sedikit menebus dendam di hati pria itu.
Changyi berkedip, menatap Xianfeng yang telah berdiri di hadapannya.
Saat ingin berbicara, seteguk darah segar, segera keluar dari mulutnya.
Xianfeng menderu marah, maraih Changyi dalam pelukannya.
Sebuah anak panah, sudah tampak tertancap di punggungnya yang terlihat rapuh.
Zhaoyang dengan panik mendekati Changyi!
Xianfeng yang tengah dikuasai oleh kemarahan, segera menusukkan pedangnya tepat di perut pelayan Changyi tersebut.
Changyi mengedipkan matanya yang berair, merasa sangat tertekan dengan apa yang disaksikannya.
Seteguk darah, kembali ia muntahkan!
Xianfeng terus berteriak, untuk memanggil tabib.
Saat itu, kemarahan Xianfeng sudah seperti ingin menelan orang-orang yang berada di sekitarnya.
“Kakak… Kakak…” Changyi bergumam cemas, di sisa-sisa nafasnya.
“Jangan mati! Kau dengarkan aku?! Jangan mati! Atau kau ingin aku menghancurkan mereka yang berhubungan denganmu?!” Xianfeng mengancam marah, di sebelahnya.
Changyi mendengus dengan susah payah. Tertawa masam, menatap Xianfeng dengan penuh ejekan. “Pada akhirnya… Aku yang memutuskan tentang hidupku sendiri. Kau… Gunakanlah kekuatanmu… Jika kau bisa memerintahku untuk tetap hidup.” gumam Changyi terbata, dengan sisa tenaga yang dimilikinya.
“Aku akan melakukannya! Kau lihat saja! Aku pasti bisa menarikmu kembali, meski setengah kakimu sudah menginjak alam baka sekalipun!” Xianfeng berseru yakin.
“Lalu… Jika… Aku terbangun… Dan… Kau… Menghabisi nyawa kakakku… Maka… Aku pastikan… Kau pasti akan menyesalinya!” Changyi menggumamkan ancaman, yang membuat Xianfeng terdiam.
Meski ancaman ini dikatakan oleh orang yang sedang sekarat, itu terbilang sangat tepat untuk membuat Xianfeng menurutinya.
Tidak perlu waktu lama, untuk melumpuhkan pasukan Fengying yang sangat sedikit.
“Bunuh mereka semua, kecuali pria itu.” perintah Xianfeng mutlak, kepada Tuoli.
Tidak perlu menyebutkan namanya, untuk mengetahui siapa orang yang ingin Xianfeng sisakan.
Saat itu, Xianfeng segera menggendong tubuh tak sadar Changyi untuk dibawa ke tempatnya yang lebih aman.
Sepanjang langkahnya, ia memancarkan aura yang mampu membunuh seseorang yang berani mendekat beberapa meter darinya.
Tabib yang mengekor, tampak tergopoh-gopoh dengan keringat dingin di dahinya.
Jika terjadi sesuatu pada Changyi, maka tidak ada yang bisa menebak apa yang akan dilakukan Xianfeng untuk melampiaskan kemarahannya.
Sepuluh kerajaan, bahkan tidak akan cukup untuk menebusnya.
Suasana upacara yang megah, telah berubah menjadi tempat pertumpahan darah.
Kepercayaan Xianfeng yang terlalu tipis pada Changyi, membuat rasa bersalahnya semakin menebal.
Belakangan, saat Changyi menampik tuduhan Xianfeng padanya. Ia yakin, bahwa pemuda itu tidak pernah berbohong padanya.
Namun karena perasaan bersalah, maka Xianfeng memutuskan untuk tidak menemuinya.
Xianfeng sangat menyesali, bahwa ia mengambil tindakan seperti itu.
Wajah Changyi yang muncul pertama kali di hadapannya hari ini,  membuat hati Xianfeng membeku seketika.
Ia sadar akan kesalahannya.
Namun kesombongan miliknya, membuatnya enggan untuk sedikit melonggarkan sikapnya di hadapan Changyi.
Keputusannya yang salah, membuat Changyi harus menanggung luka sampai sejauh ini!
Lalu saat tubuh lemah itu menangkis sebuah anak panah untuk melindunginya, maka Xianfeng merasa pantas dibenci seumur hidup olehnya.
Jika kata seumur ‘hidup’, masih bisa digunakan. Maka biarkanlah Xianfeng menanggung kebencian dari orang ini.
Biarkan ia menanggung semuanya, asalkan Changyi ingin tetap hidup di sisinya.

Recommended Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!