BL – My Dear Siren (Original Indonesia)

– My Dear Siren –

Original story by Zora_Lin

Genre : Fantasy

Sub-genre : Romance, BL, Fantasy

***

Note Penulis:

Ini adalah cerita original pertama yang kubuat. Mungkin masih banyak terdapat kesalahan dan belum sebaik penulis lain.

Terdengar nyanyian yang begitu indah, tetapi terasa menyayat hati. Sebenarnya itu bukan sebuah lagu yang tengah disenandungkan, namun rintihan pilu sosok siren yang terperangkap dalam sebuah kutukan ‘kerangka manusia berkaki ikan’.

Miris, menyedihkan, dan tragis adalah kata-kata yang sering mengungkapkan sosok siren ini. Lalu bagaimana jika seorang siren jatuh cinta pada manusia? Ketika cinta dua insan berbeda alam ini berkembang, di situlah akan timbul berbagai permasalahan.

Pada dasarnya, siren memang makhluk abadi yang malang. Namun, kali ini akankah cinta dapat memenangkan segalanya atau justru sebaliknya?

Ketika sinar purnama menembus ke dalam air, membangkitkan hati merana yang tersembunyi di antara karang dan bangkai tak beraroma. Gelapnya palung tanpa dasar mengekang jiwa-jiwa sengsara, yang terombang-ambing dalam nestapa … tanpa arah, tanpa asa dan tanpa tujuan.

Bayangan hitam melesat, menerjang arus tenang dalam kekuasaan Poseidon. Di balik karang pelangi bagai tak berwarna … dari sana nyanyian kesakitan itu tersiar. Bagai sebuah undangan, nyanyian itu akan menuntun hati yang luka, gundah, kecewa, untuk masuk ke dalam singgasananya.

Di atas bangkai kerangka tiada guna dan terselimuti oleh kerak juga ganggang yang serupa. Duduklah sosok yang begitu menawan. Maniknya menerawang jauh ke awang-awang, mengamati jutaan bintang yang bertaburan.

“Datang kemari … siapapun kau, lepaskan siksaan ini.”

Entah pada siapa dia berujar, tapi tak lama kemudian bayangan pilau tampak bergerak ke tempatnya. Segera tubuhnya melesat menyambut pilau tersebut dengan muncul ke atas permukaan laut dan bersimpuh di atas batuan besar

“My Lord ….”

***

Pada pertengahan abad ke-17, desas-desus akan keberadaan sosok siren di daratan Anthemusa¹ bukan hanya kabar burung belaka. Hal itu dibuktikan oleh seorang pangeran yang berasal dari Kerajaan Capria yang berdiri kuat di Semenanjung Sorrento, di sisi selatan Teluk Napoli, wilayah Campania, Italia.

[1] Anthemusa¹ adalah sebuah pulau dekat semenanjung Sorrento, Italia. Menurut mitologi Yunani kuno, pulau ini merupakan salah satu habitat kaum Naiad (termasuk bangsa Siren).

Saat tengah berkelana seorang diri menggunakan kapal layar, sang pangeran tanpa sengaja bertemu dengan sosok indah menawan, yang memikat hati.

Di atas sebuah batu karang dan dikelilingi tebing tinggi. Sosok itu bersimpuh menyenandungkan nyanyian yang merdu. Jari-jari lentiknya memetik senar Harpa², alunan nada yang dihasilkan sungguh memanjakan telinga.

[2] Harpa² adalah alat musik petik yang bentuknya menyerupai busur yang direntangi dengan dawai pada posisi vertikal dan dimainkan dengan cara memetik dawai-dawai itu menggunakan jari kedua belah tangan.

Pahatan yang sempurna, rambut panjang sehitam eboni, kulit putih bak batu giok dan mata jernih bak berlian Wittelsbach-Graff³ adalah gambaran nyata sosok tersebut. Sang pangeran pun dibuat terkesima akan kecantikannya. Dia bahkan bersedia menyerahkan jiwanya untuk siren indah itu. Namun, siren tersebut justru tak menginginkan jiwanya, melainkan hati sang pangeran yang siren itu minta.

[3] Wittelsbach-Graff Diamond³ adalah berlian biru tua dengan kejernihan yang sempurna secara internal.


DAFTAR ISI :

 

No shortCode found

Recommended Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!