Chapter 22 – Peringatan
Editor : norkiaairy
Proofreader : Chin
Dalam kebingungannya, Ling Xiao merasa seolah-olah sedang ditahan. Kepalanya menempel di dada yang lebar dan kokoh, dan pelukan itu terasa sangat hangat. Begitu hangat sehingga Ling Xiao ingin menangis karena alasan yang tidak bisa dia sebutkan.
Tangan Ling Xiao terluka, dan terasa sangat menyakitkan. Itu adalah rasa panas yang membakar yang membuatnya benci bahwa dia tidak bisa membuang tangan ini.
Tenggorokannya juga sangat menyakitkan, seolah-olah dia sedang ditusuk jarum suntik. Rasa sakitnya sangat luar biasa, begitu kering dan kasar bahkan menelan pun terasa sulit.
Namun, kesadarannya sangat jelas, dan dia tahu bahwa dia tidak bisa pingsan. Jika dia pingsan, maka identitasnya bisa terpapar setiap saat. Dia tidak bisa kehilangan nyawanya karena itu.
Ling Xiao memaksa dirinya untuk membuka matanya. Sebuah sosok samar muncul di depannya, bayangan itu perlahan menjadi lebih jelas.
Alis mata terlihat seperti pedang, hidung lurus, bibir yang membentuk garis dengan fitur yang tampan dan cerah, siluet yang dalam.
Itu adalah Kaisar. Mata Ling Xiao menyipit takjub, menemukan bahwa dia dibawa dalam pelukan Kaisar dan mereka bergerak maju.
Ling Xiao terkejut dan tanpa daya berjuang ingin turun.
Kaisar menunduk menatapnya dan mengerutkan kening, memerintahnya, “Jangan bergerak”
Setelah itu, Ling Xiao tidak berani untuk bergerak lagi.
Kaisar membawanya ke sebuah ruangan dan meletakkannya di atas ranjang yang empuk.
Ling Xiao terus membuka matanya, dan Kaisar berdiri di hadapannya, menunduk sambil menatapnya.
Ling Xiao mencoba bangkit, tapi Kaisar menghentikannya, “Tenanglah, tabib kekaisaran akan segera datang”
“Yang Mulia… Yang Mulia …” Ling Xiao berusaha bicara, suara yang keluar begitu serak. Membuat Kaisar mengerutkan kening.
“Jika kamu memiliki sesuatu untuk dikatakan, tunggu sampai kamu merasa lebih baik sebelum kamu mengatakannya” kata Kaisar kemudian.
Ling Xiao mengatupkan bibirnya dan mengangguk, itu bisa dianggap sebagai salam yang disederhanakan.
Kepalanya jatuh kembali di atas bantal, kelopak matanya juga perlahan turun.
Saat dia terbangun lagi, disekitarnya sudah terbebas dari bayang-bayang Kaisar. Hanya ada beberapa pelayan yang mengawasinya. Ling Xiao tiba-tiba mulai terkejut.
“Steward, Steward, kamu akhirnya bangun!” Pelayan yang berjaga-jaga, melihat Ling Xiao bangkit, berkata dengan nada penuh kejutan yang menyenangkan.
Ling Xiao menatapnya, dan dia memberi hormat, lalu perlahan mundur saat dia berkata, “Pelayan ini akan segera memberitahu Kaisar”
Mata Ling Xiao membelalak dan buru-buru menghentikannya, “Tunggu, kembalilah dulu”
Setelah mengatakan itu, Ling Xiao mulai batuk dan tersedak, tenggorokannya masih sangat kering dan sedikit menyakitkan. Pelayan itu buru-buru membawa air untuk diminum, dan Ling Xiao meminum dua mangkuk besar sebelum dia akhirnya merasa agak lebih baik.
Saat meletakkan cangkirnya, pelayan itu sudah menunggu di depan Ling Xiao.
Ling Xiao perlahan-lahan membalikkan tubuhnya, lalu bertanya dengan suara serak, “Sudah berapa lama aku tidak sadarkan diri?”
Pelayan itu menjawab, ” Steward, kamu telah tidur untuk satu hari satu malam”
“Satu hari satu malam?” Ling Xiao mengerutkan kening, lalu mengangkat kedua matanya untuk melihat sekelilingnya. Ini adalah tempat Kaisar di istana Qin. Tertegun, matanya melebar karena terkejut, dan dia langsung menatap pakaiannya.
Untungnya, dia masih mengenakan pakaian kotor yang sama dan belum dibersihkan oleh siapapun. Namun, tangannya telah dibungkus dengan perban.
Ling Xiao menghembuskan napas lega, turun dari pembaringan. Itu adalah pelayan Kaisar di Istana Qin, bagaimana dia bisa tidur di dalamnya seperti ini?
Melihat Ling Xiao bangkit, pelayan itu segera berlutut untuk mencegahnya, “Steward, Kaisar telah mengatakan agar dirimu beristirahat dengan baik. Tubuhmu masih belum sehat”
Ling Xiao kembali menatap tempat tidur brokat kuning, menggelengkan kepalanya lalu bergeser sedikit untuk bertanya, “Kenapa aku disini?”
Saat melihat Ling Xiao berdiri tanpa alas kaki di lantai, wajah pelayan itu menjadi canggung. Melihat bahwa Ling Xiao benar-benar tidak berencana untuk kembali ke tempat tidur, dia berjongkok untuk membantunya memakai sepatu, “Karena tempat tinggalmu terbakar, Kaisar memerintahkan orang untuk membangunnya kembali. Dengan alasan lukamu, Kaisar membawamu ke sini”
Saat berbicara, pelayan itu bermaksud untuk membantu Ling Xiao, “Steward, kamu tidak tahu betapa khawatirnya Kaisar. Kamu telah kehilangan kesadaran, tapi Kaisar secara pribadi membawamu dan bahkan membiarkanmu tidur di tempat tidurnya. Siapa yang tidak tahu itu, di istana ini, bahkan selir Kaisar belum pernah tidur di ranjang Kaisar sebelumnya”
Ling Xiao memutar matanya, selir itu secara alami tidak pernah tidur ditempat tidur itu. Mereka akan tidur di tempat tidur Kaisar di kamar lainnya. [1]
[1] tempat tidur yang dimaksud sebenarnya adalah untuk “Kegiatan Musim Semi”. Tempat tidur Kaisar itu istimewa karena hanya untuk penggunaan pribadi Kaisar, seperti takhtanya.
Ling Xiao juga terlalu malas untuk berdebat dengan pelayan tersebut. Tidak hanya itu, mengapa dia membandingkannya dengan selir itu? Itu benar-benar … konyol.
Ling Xiao menggelengkan kepala dan agak tidak sabar menyela kata-katanya, “Cukup”
Pelayan itu tidak mengatakannya lagi. Namun, saat melihat Ling Xiao memeriksa bajunya sepanjang waktu, dia berinisiatif untuk berbicara, “Steward, bagaimana dengan pelayan ini membawa air panas untuk mandi dan merawatmu? Saat dirimu tidak sadar, kami tidak dapat menyentuh pakaianmu. Bahkan Kaisar pun tidak bisa. Dengan demikian, kamu belum mandi sama sekali selama ini, dan kami hanya menyeka wajahmu”
Ling Xiao menatap kosong. Mengangkat tangannya dan menyentuh wajahnya. Benar-benar sangat bersih, sementara tubuhnya masih kotor. Bajunya juga masih compang-camping.
Melihat ini, Ling Xiao menganggukkan kepala dan memerintahkan, “Setelah kamu membawa air, laporkan kepada Kaisar aku baik-baik saja sekarang”
Dayang istana memberi hormat, “Baik”
Dia mandi dengan kecepatan tercepat untuk menyingkirkan kotorannya di tubuhnya tapi Ling Xiao menemukan sebuah masalah.
Pelayan itu tidak memberinya pakaian kasim. Sebagai gantinya, apa yang tergantung di sisi layar adalah seperangkat busana bersulam sutra, itu berwarna putih.
Di istana ini, selain Kaisar dan selirnya, siapa yang berani memakai pakaian secara acak.
Ling Xiao menatap satu set pakaian dengan kesusahan, tapi kemudian terdengar suara bergema di ambang pintu
“Yang Mulia telah tiba”
Merasa terkejut, dia tidak punya pilihan selain buru-buru mengenakan pakaian.
Sambil berjalan keluar dari balik layar, dia dengan hormat menyambut Kaisar.
Karena kasim kecil di depannya berpakaian putih, itu membuat perawakannya tampak lebih halus dan ramping. Rambutnya berantakan, setengah basah dan setengah kering, sementara pipinya agak merah karena uap air, terlihat agak menggoda.
Hati Kaisar tidak bisa menahan diri untuk mengingat kata-kata yang ada di dalam
kotak besi.
Ling Xiao berlutut untuk menghormatinya. Meskipun dia tidak berpakaian dengan benar, Kaisar tidak mengatakan apapun untuk waktu yang lama.
Ling Xiao merasa bingung. Ketika Kaisar berbicara, dia tidak berbicara kepadanya, tapi mengirim para pelayan dan kasim ke aula istana.
Hanya Kaisar dan Ling Xiao yang tertinggal di ruangan itu.
Untuk beberapa alasan yang tak terlukiskan, Ling Xiao mulai merasa gugup.
Kaisar melewatinya untuk duduk di dekat meja, berkata, “Ling Xiao, kemarilah”
Ling Xiao bangkit dan dengan punggung tertekuk, berjalan di depan Kaisar.
Tiba-tiba, Kaisar meraih dagu Ling Xiao, Ling Xiao yang terkejut segera membuang muka.
“Lihatlah Zhen” Kaisar memerintahkan.
Ling Xiao mengangkat matanya. Kaisar tiba-tiba mendekatinya. Saat melihat langsung ke mata Kaisar, jantungnya berdetak kencang seperti guntur.
“Apa pendapatmu tentang Zhen?” Tanya Kaisar kepadanya.
Ling Xiao melihat dengan hampa, merasa agak bingung. Apa maksud Kaisar? Meski dia berpikir begitu, Ling Xiao tidak berani menjawab dan mengungkapkan pengabdiannya, “Hambamu adalah hamba Yang Mulia. Yang Mulia adalah Tuan pelayan ini”
“Hanya ini dan tidak lebih?” Kaisar menatap lurus ke arahnya.
Apa maksud Kaisar? Ling Xiao menelan air liurnya, dengan suara serak menjawab, “Loyalitas pelayanmu bisa dinilai oleh langit dan bumi”
Kaisar memejamkan mata, lalu melepaskannya. Dia mengambil kertas dari dalam pakaiannya dan melemparkannya ke depan Ling Xiao.
“Ini ditemukan di kotak besimu, bacalah untuk Zhen dengar”
Ling Xiao terkejut, tapi mengangkat dan membukanya. Tertegun, matanya melebar. Hanya ada empat kata, dan itu ada dalam tulisan tangannya.
‘Aku menyukai Yang Mulia…’
[…] Chapter 22 – […]