Publish at Kenzterjemahan.com
Bab 1 – Pangeran Yang Bodoh
Author : Keyikarus
***
Kerajaan Prada adalah negri kecil yang makmur dibawah naungan kekaisaran Da Luo Yan. Memiliki perbukitan hijau dan dikelilingi sungai besar. Penduduknya tidak lebih dari dua juta jiwa.
Meski dibawah naungan Da Luo Yan, Prada terletak di bagian paling ujung wilayah kekaisaran memiliki budaya dan tradisinya sendiri. Memiliki banyak hal yang berbeda dengan tradisi dan budaya Da Luo Yan.
Sebagai kerajaan di wilayah terujung, sebelah barat Prada bersinggungan langsung dengan kerajaan Tetrasatya yang berada di wilayah bebas.
Wilayah bebas adalah wilayah luas yang memiliki kerajaan-kerajaan kecil sebagai pemiliknya. Mereka tidak berada pada naungan kekaisaran manapun. Mereka bekerja sama mengusir para penjajah saat dibutuhkan, dan mengurusi kepentingan kerajaan masing-masing saat masa damai.
Disebelah Utara, Prada besinggungan dengan wilayah kekaisaran Xu. Lalu di timur dan Selatan adalah wilayah Kekaisaran Da Luo Yan.
Terkenal sebagai negri kecil yang makmur tentu saja tidak lepas dari peran seorang raja. Bukan hanya rakyatnya yang mengelu-elukan bagaimana bijaksana dan berwibawanya raja mereka, negri tetangga bahkan kekaisaranpun mengakui kemampuan raja negri Prada dalam mengatur pemerintahannya.
Karna begitu dipuja, setiap desas-desus yang keluar dari istana selalu menjadi berita hangat. Bahkan penyair jalanan dengan senang hati menciptakan karya epik dengan tema terbaru tentang berita anggota kerajaan. Terlepas dari itu benar atau salah, semua hal yang terjadi di istana selalu mendapatkan tanggapan positif dari rakyatnya.
Salah satunya tentang putra-putri raja. Djayapati Inggeh, yang terkenal penyayang dan setia hanya memiliki satu permaisuri dan satu selir.
Dari permaisuri, Raja Inggeh memiliki putra mahkota berusia tujuh belas tahun yang diberi nama Djayapati Aris. Seperti namanya, dia adalah orang yang lemah lembut dan baik hati. Sikapnya santun dan berwibawa. Memiliki banyak prestasi dari kunjungan diplomatik antar negri sampai menyelesaikan masalah berbagai daerah di kerajaannya.
Dalam satu tahun, pangeran Aris hanya tinggal di istana kerajaan tidak lebih dari lima bulan. Sisanya dia gunakan melakukan perjalanan diplomasi atau berkeliling negri untuk mengetahui permasalahan rakyatnya. Tentu saja karna kebiasaannya itu ada istana kecil tempat persinggahan disetiap daerah di wilayah Prada.
Selain pangeran mahkota, permaisuri juga melahirkan seorang putri yang masih berusia tiga tahun. Putri pertama kerajaan Prada diberi nama Djayapati Calya. Ini adalah nama pemberian permaisuri sendiri. Dia berharap, saat besar kelak, Putri Calya akan tumbuh seperti namanya.
Berbeda dengan permaisuri yang merupakan orang asli Prada, selir raja adalah putri dari kaisar terdahulu kekaisaran Xu.
Wilayah kekaisaran Xu hanya sedikit lebih kecil dari kekaisaran Da Luo Yan. Namun kondisi alamnya lebih keras. Memiliki hanya sedikit lahan hijau, sisanya adalah lahan tandus yang sulit menumbuhkan tanaman. Wilayah kekaisaran Xu juga hanya sedikit memiliki perairan, jadi ikan adalah barang yang langka.
Kaisar terdahulu kekaisaran Xu adalah seorang yang jujur dan adil. Begitu pemikir dan lurus. Untuk memperbaiki suplai makanan diwilayahnya, dia membuat kerja sama dengan negara sekitar yang lebih makmur.
Kerja sama dan perjanjian membutuhkan ikatan daripada hanya sekedar tinta diatas kertas. Karna kaisar Xu memiliki banyak selir yang menghasilkan lebih banyak putra dan putri, dia menggunakan perkawinan sebagai jaminan kerja sama yang damai dan saling menguntungkan.
Kekaisaran Da Luo Yan tentu saja mendapatkan tawaran itu sebagai yang pertama. Setelah itu, sebagai salah satu negri dengan pemerintahan terbaik di wilayah Da Luo Yan, dan yang memiliki jarak terdekat dengan Kekaisaran Xu, kerajaan Prada adalah satu-satunya kerajaan dalam wilayah kekaisaran Da Luo Yan yang mendapatkan tawaran terhormat itu secara pribadi.
Putri dari selir ke tujuh puluh kaisar Xu, Xu Jin Ni diantarkan untuk menjadi selir raja Prada. Sebagai gantinya, kerajaan diminta menjual lima ratus ton gandum dan lima ratus ton ikan setiap tahunnya pada kekaisaran Xu.
Bukan jumlah yang besar, namun kaisar Xu berpikir tidak ada ruginya memiliki kerjasama yang baik dengan raja yang kepiawaiannya memerintah sudah diakui oleh kaisar Da Luo Yan sendiri. Terlebih wilayah Prada dan wilayah kekaisaran Xu hanya dipisahkan oleh sungai besar dan seribu hektar hutan yang setengahnya sudah masuk wilayah kekaisaran Xu.
Lalu dari selir Jin Ni, raja memiliki seorang putra. Memikirkan dirinya yang telah memberi nama untuk pangeran mahkota dan permaisuri yang telah memberikan nama untuk putri Calya, maka raja membebaskan selir Jin Ni memberikan nama untuk putranya.
Dengan sukacita selir Jin Ni memberi putranya nama Jeha, Djayapati Jeha. Tidak ada arti khusus, selir Jin Ni hanya menyukai nama itu.
Untuk pangeran kedua yang saat ini berusia tiga belas tahun, tidak ada berita yang diketahui rakyatnya selain anggun dan menawan.
Itu benar. Tapi tidak sepenuhnya.
Aris melangkah menyusuri halaman Bramila, istana dimana Jeha dan ibunya tinggal.
Sebenarnya dia sudah kembali dari daerah barat kerajaan sejak tiga hari yang lalu. Namun dia harus mendiskusikan sesuatu dengan raja, menghadiri sidang, juga mengunjungi permaisuri terlebih dulu. Barulah hari ini dia bisa mengunjungi adik tersayangnya yang tidak tahu kepulangannya itu. Jika tahu, dia akan berlari ke Janitra tanpa berpikir panjang. Lalu raja akan mengomel karna tidak memiliki waktu berdiskusi dengannya.
Bramila memiliki taman mawar yang indah. Berbagai warna dari bunga favorit selir Jin Ni dirawat dengan hati-hati dan penuh perhatian. Tidak jarang selir Jin Ni yang lembut merawat sendiri bunga-bunga itu.
Ditengah rumpun mawar yang tertata apik tersebut terdapat kolam besar dengan ikan-ikan yang didatangkan dari negri jauh. Ikan dengan corak merah dan oranye berenang ke sana kemari, sangat menarik perhatian.
Diatas kolam, dibangun sebuah gazebo berukuran tiga kali tiga meter. Memiliki atap berbentuk kubah dengan pot-pot kecil nan cantik digantung mengelilinginya. Disetiap tiang diberi pot dengan tumbuhan merambat yang sulurnya melilit tiang gazebo. Memberi kesan hijau yang cantik pada bangunan berwarna putih tulang itu.
Disana, ditengah gazebo, sosok dengan jubah kuning duduk menghadap meja. Rambut panjangnya yang hanya diikat separuh meliuk-liuk saat angin sepoi-sepoi bertiup. Wajahnya yang putih seperti giok terlihat kontras dengan bibir merahnya. Kelopak mata yang memiliki bulu lentik turun, terlihat serius mengerjakan sesuatu dimeja.
Bukankah itu gambaran pangeran anggun dan menawan sesuai dengan yang rakyat ketahui?
Dilantai papan sekitar gazebo, terlihat tiga dayang dan dua ksatria khusus miliknya berdiri diam menunggu.
Aris diikuti lima dayang dan tiga ksatria miliknya melewati jembatan datar diatas kolam menuju gazebo dimana Jeha berada.
Mendengar suara langkah, Jeha mendongak. Memperlihatkan wajah manis yang menggemaskan khas remaja. Dia tersenyum lebar dan beranjak bangun, berniat menyambut kakaknya.
“Pangeran.” Bisik kepala dayangnya mengingatkan.
Jeha cemberut. Tubuhnya yang tadinya seperti akan melesat bergerak perlahan. Dia berdiri dengan anggun menanti kakaknya tiba didepannya.
“Salam pangeran mahkota, semoga keberuntungan selalu menyertaimu.” Jeha sedikit membungkukkan tubuhnya. Memberi penghormatan kepada putra mahkota Prada.
Yang diberi penghormatan justru tersenyum geli. Dia melambaikan tangannya, lalu berkata: “Semoga keberuntungan selalu menyertaimu juga adikku. Bukankah aku sudah mengatakan kau tidak perlu melakukannya?”
Mendengar ucapan Aris, Jeha langsung melompat ke pelukannya. Dengan wajah menyedihkan dia mengadu.
“Kakak, kepala dayang menindasku. Dia memelototiku jika aku tak melakukannya. Ayo cepat hukum dia untukku.” Rengeknya.
Sementara Aris tertawa geli sambil mengusap sayang kepala Jeha, kepala dayang yang dibicarakan memucat. Dia menunduk dalam-dalam menyembunyikan ekspresi ketakutannya.
Ini adalah perintah selir Jin Ni agar selalu mengingatkan pangeran Jeha untuk memberi salam dengan benar setiap bertemu anggota kerajaan. Namun pangeran muda ini akan selalu melebih-lebihkan ceritanya saat mengadu pada Baginda raja maupun pangeran mahkota. Itu membuat kepala dayang ketakutan setengah mati.
“Kau akan menangis jika aku melakukannya. Jangan meminta hal-hal yang tak bisa kau tanggung.”
Aris benar. Meski Jeha selalu mengadu dan meminta hukuman untuk kepala dayangnya, sebenarnya dia tak bermaksud benar-benar meminta hukuman itu.
Dulu, ketika Jeha berusia delapan tahun, ada dayang yang lalai membuat Jeha terjatuh dan kakinya terluka. Itu memicu kemarahan selir Jin Ni.
Karna terbiasa dengan hukum kekaisaran Xu yang kejam, selir Jin Ni meminta kematian sebagai hukuman bagi dayang itu. Jeha yang mengetahui itu menangis ketakutan dan memohon pada ibunya agar tidak melakukannya.
Tak tega melihat putranya terus menangis, selir Jin Ni meringankan hukumannya menjadi tiga puluh kali pukulan. Selama dayang itu belum sembuh, selama itu juga Jeha selalu menangis dan mengintip dari pintu saat tabib sedang mengobati.
Setelah sembuh, dayang itu tidak lagi dipekerjakan untuk Jeha. Melainkan dipindahkan ke bagian dapur.
“Tapi…”
“Kenapa kita tidak melihat apa yang kau kerjakan saja?”
Wajah cemberut Jeha segera berubah riang, dia bergegas naik kembali ke gazebo. Tingkahnya itu membuat dayang dan ksatria miliknya memasang wajah terpelintir karna khawatir tanpa sengaja Jeha akan terjatuh dan terluka.
Yang dikhawatirkan sama sekali tidak menyadari pikiran orang-orang. Dia dengan bangga meraih kertas diatas meja dan menyodorkannya pada Aris.
“Tadi pagi aku belajar menggambar kupu-kupu diatas rumpun mawar. Guru bilang gambarku lebih baik dari yang kemarin, tapi kenapa ibu bilang gambarku masih buruk? Bagaimana menurutmu, kakak?”
Jeha menatap Aris penuh harap. Matanya berkilauan saat menunggu jawaban kakaknya yang sedang mengamati gambarnya. Ini gambar ke dua puluh setelah pelajarannya selesai. Gurunya menyuruhnya mengulang-ulang agar lebih baik, karna itu Jeha melakukannya.
Sedangkan Aris meringis dalam hati. Dia tidak bisa mengenali garis absurd ini sebagai kupu-kupu di rumpun mawar. Lebih bisa diterima jika ini adalah wajah monster. Meski begitu dia sama sekali tidak menunjukkannya.
Tersenyum lembut, dia mengusap kepala Jeha. Memilih mengatakan pendapatnya dengan sedikit tidak jelas, “kau sudah mengalami perbaikan. Lain kali aku akan menemanimu belajar menulis dengan baik.”
Jeha tertawa riang. “Lihat. Bahkan kakak yang hebatpun mengatakannya. Ibu hanya tidak menghargai usahaku.”
Aris tersenyum tak berdaya. Adiknya ini entah kenapa sangat sulit jika harus menulis dan melukis dengan baik. Padahal dia selalu bekerja keras.
********
[…] Bab 1 – Pangeran Yang Bodoh […]
[…] << Jeha 1 […]