Chapter 2. Keanu, Reanda dan Norwen (2)

Sementara itu, anak klub voli telah berkumpul di halaman sekolah menunggu kedatangan Irza tetapi beberapa menit lalu Irza mengabarkan apabila dirinya tidak bisa mengikuti kegiatan lomba antar sekolah tersebut. Jelas membuat sang kapten. kenji, marah dan sekarang mereka sedang beradu mulut diantara kumpulan anak voli yang bingung harus berbuat apa ketika sang kapten dan wakilnya bertengkar. 

“Santai aja sih Ken, ntar gue minta tolong siapa kek buat gantiin” Irza berucap santai. Khas dari seorang Irza. Hidupnya penuh dengan kesantaian. 

“Kebiasaan lo. Ngegampangin hal penting begini”

“Hahah ada Adam kan. Pasti menang”

“Bukan itu, Cuma lo kebiasaan”

“Iya, sorry kapten” Irza tertawa. 

“Sialan lo emang” Emosi kenji menurun begitu melihat Norwen dating dengan santainya Irza memeluk Norwen bahagia. Mengecup lembut pipi Norwen. Norwenpun terkikik geli. 

“Malaikat Norwen dateng! Yeeeeyyyyyy! Gue bebas deeehhhh!” Irza bahagia. Menari dengan menggerakkan tangannya ke kanan dan ke kiri. Menggerakkan pinggulnya tanpa henti. 

“Si  Irza makin hari makin gila gue rasa” Kenji mengumpat sendiri. Disampingnya Adam hanya diam melihat tanpa ekspresi. 

Norwen tertegun begitu melihat banyaknya anak yang berkumpul dihadapannya. Memangnya anak klub voli sejak kapan jadi sebanyak ini? pikirnya. Karena saat ini dihadapannya tidak hanya ada  anak klub voli yang berkumpul tetapi para anak klub basketpun ikut.  

“Lho kok si Keanu nggak ada?”Norwen mengernyitkan dahi. Kenji segera menggerakan tangan menunjuk seorang pedagang gorengan yang selalu ada di depan sekolahnya. Disana berdiri dua makhluk tinggi, Keanu dan Reanda. 

“Si cengeng ikut juga?” Bisiknya untuk dirinya tetapi seorang makhluk IPA bernama Isaiah menjawab. 

“Memangnya sejak kapan ada si Anu nggak ada si cengeng?”

“Ohiya” Norwen mengangguk setuju. Isaiah tertawa. 

“Sama aja kayak Irza, ada Irza pasti ada Nana”

“Iya sih”

“Yaudah ya, gue mau balik ke rumah kedua gue.” Irza pamit. Semua mengiyakan dan semua seketika merasa mual ketika partner terbaik irza,nana, datang. Penuh sayang Irza memeluk Nana. Menciumi wajah bersih Nana. Dimana Nana terkikik geli. 

“Gila irza! Udah ah, geli” Nana berusaha mendorong tubuh Irza menjauh darinya tetapi Irza semakin terlihat bernafsu menciumi Nana. 

“Jangan disini Za, ntar aja ah di rumah” Nana hangat membalas kecupan Irza di bibirnya. 

“Beneran ya?”

“Iya”

Irzapun tersenyum bahagia. 

“Liat, lo juga bakal jadi kayak mereka Dam?” Kenji melirik adam yang diam disampingnya. 

“Udah ayo jalan” Adam mengabaikan pertanyaannya. Merekahkan tawa kenji. 

“Mau gimanapun kalian, hak lo kok itu hahah”

 

“Mereka homo betulan?” Norwen masih saja shock dengan kebiasaan Irza-Nana. Meski tidak memungkiri dirinya juga sering seperti itu jika sedang bersama Keanu-Reanda. Tetapi tetap saja, 

“Aahhhh siaaalll! Gue sekolah di sekolah homo!”

“Lo sendiri juga homo” Isaiah menyahut. Norwen hanya mengangguk angguk. 

“Yaapp betuull! Norwen seme gue” Seruan riang, khas milik sahabat cengengnya. Datang dan segera memeluknya. Mengecup pipinya manja. 

“Bikin orang salah paham aja” Norwen tertawa kecil. Mengacak surai hitam Reanda. Pemandangan yang membuat kapten Kenji segera memberi titah kepada pasukannya untuk segera pergi dan meninggalkan mereka. 

“Gue doang kayaknya yang normal” Batin Kenji, menyadari orang-orang disekelilingnya seperti itu. Penuh kehomoan. 

3 jam berlalu sejak mereka pergi untuk mengikuti lomba pada pukul 08.45 wib tadi dan sekarang mereka sudah berada kembali di sekolah. Wajah mereka kusam penuh amarah. Suasana kantin yang seharusnya damai sekarang menjadi gelap penuh emosi. Hanya karena kebodohan satu anak cengeng yang menghancurkan konsentrasi mereka hingga menyebabkan kekalahan dalam lomba. Para penjaga kantin diam seribu bahasa, tak ada yang berani bertanya atau hanya menyapa para makhluk tampan yang sedang mengeksekusi Reanda. Memojokkan anak itu. Anak yang sedang menangis sambil terus menerus memeluk Keanu erat. 

“Lo liat ! Pasti bakal begini kejadiannya kalo nekad bawa si Reanda!” Kenji benar-benar marah. Tangannya rasanya gatal ingin memukul tetapi dia tahu itu dilarang. Sepuluh anak disekelilingnya diam, melihat bagaimana sang kapten marah. Jarang sekali Kenji marah, karena itulah tak ada yang berani meredam. Bahkan Adam sekalipun. Anak yang selalu disebut sebagai malaikat sekolah. 

Mereka tahu, amarah itu hanya untuk Norwen dan Keanu. Karena merekalah yang mengizinkan Reanda ikut dan membiarkan Reanda menonton pertandingan mereka paling depan. 

Saat perlombaan berlangsung, tidak sengaja Keanu tersandung tali sepatunya sendiri ketika akan melompat melakukan blok lawan dan terjatuh dengan menghantam lapangan voli cukup keras sehingga menyebabkan luka baru di bagian lutut, tangan kiri dan sedikitnya di bagian wajah sebelah kiri. 

Keanu terjatuh, manusia yang pertama terdengar teriakannya paling nyaring adalah Reanda. Begitu mata hitamnya melihat aliran darah mengalir dari luka Keanu cepat anak itu histeris. Menangis, memeluk Keanu begitu erat. Tak membiarkan Keanu dibawa keluar lapangan untuk diobati. 

Karena kejadian itu, klub voli sekolahnya dinyatakan kalah karena terlalu lama mengulur waktu. Norwen sebenarnya sudah mengira-ngira, kejadian apalagi nanti jika Reanda ikut bersama mereka dan ternyata seperti ini. Ingin rasanya dia tertawa, tetapi sang kapten sedang begitu emosi karena satu sahabatnya itu. 

“Udah berkali-kali gue bilang kalo ada perlombaan gausah ajak si aaarrrggghh! brengsek! sekarang kita udah kelas 3 dan nggak mungkin nanti ada izin lagi buat ikut lomba!”

“Udah ken, nggak sepenuhnya itu salah Reanda kok” sang malaikat, Adam mencoba menenangkan. 

“Lagian tadi lo juga diem aja pas tau Reanda ikut”

“Berapa kali kejadian begini ada gara-gara si sialan ini!”

“Iya, tapi lo juga nggak bisa gitu aja nyalahin Reanda”

“Lo juga harusnya marah dam!”

“Kalo gue jadi lo nggak bakal marah”

“Huh?” Kenji diam. Menatap adam. 

“Gue juga pasti begitu kalo seandainya Anam atau Aram yang luka” malaikat itu mengulum senyum manis, Kenji mengerti saat ini Adam pasti sedang mengingat bagaimana imut kedua saudara kembarnya. Bagaimana malaikat itu menyayangi mereka. Mungkin, seperti itulah perasaan Reanda terhadap Keanu. 

“……….”

“Udah nggak usah emosi lagi, kasihan kan Reandanya” Adam menepuk pundak Kenji pelan. Melangkah mendekati Reanda yang masih saja terisak dengan memeluk Keanu. 

“Jangan nangis lagi Re, Keanu nggak apa kok”

“Hahah  kayaknya lo doang yang manggil nama gue bener Dam” Keanu tertawa. Dibelakangnya, Reanda semakin erat memeluknya. 

“Udah la Re, gue nggak apa kok. Luka gini doang nggak bakal mati gue.”

“Iya, nggak bakal mati kok si Anu” Norwen menyambung. Semuapun mengiyakan. Membujuk agar Reanda tenang. Jangan lagi menangis. Sang kaptenpun sepertinya sudah memaafkan. Adam memang sangat berpengaruh bagi Kenji. 

“Iya Re” disusul Isaiah dan yang lainnya. kenji merasa terlalu berlebihan tadi, ucapan Adam memang sangat memengaruhi emosinya. Julukan  malaikat memang pantas sekali untuk adam. Emosinya teredam begitu anak itu membuka suara untuknya. 

“Udah berhenti nangisnya.” Keanu mengusak rambut hitam Reanda, dimana anak itu masih terisak dalam kuat lengan besarnya memeluk Keanu. 

Norwen mendekat, menarik Reanda dari Keanu. Membelalakan mata kelam Reanda. Meski tubuhnya lebih tinggi dari Norwen tidak dapat dipungkiri Reanda sangat lemah terhadap wajah serius Norwen. Mereka berhadapan, bagaimana kuat jemari Norwen mencengkram kedua pergelangan tangan Reanda. Mata hitamnya lekat menatap mata kelam Reanda. Semakin membuat tangis Reanda memuncak. 

“Diem” tegas ucapan Norwen seketika membuat tangisan Reanda berhenti. Terlihat sangat jelas anak itu menahannya sekuat tenaga. Hanya tersisa isakan kecil. 

“Mau jadi apa kalo terus cengeng begini?” lagi, ucapan tegas Norwen cukup mengheningkan keadaan. 

“Luka itu biasa. Keanu laki. Nggak bakal mati cuma karena itu” lagi, ucapan Norwen sangat membuat Reanda diam juga, semua temannya tak dapat mengucapkan apapun. 

“Masih mau nangis?” 

Perlahan sekali Reanda menggeleng. 

“Jawab. Jangan cuma geleng.”

Dan sangat lirih terdengar Reanda menjawab “…….nggak”

Saat itulah, terlihat sebuah senyum bahagia tergambar diwajah Norwen. Semua diam. Melihat. Bagaimana jemari panjang Norwen tergerak mengusap sayang pipi Reanda dan bagaimana bibir merah itu mengecup bibir Reanda lembut. 

“Nah, begini kan ganteng.” Norwen tertawa lirih dan Reanda hanya diam terpaku akan perlakuan Norwen padanya.Jelas sekali. Semua menyadari. Ada yang aneh dengan hubungan mereka. Bahkan Kean un menyadarinya dengan sangat baik.

 

__

 

Sementara Irza dan Nana di ruang guru,

 

“Lo bego Za, pasti semua orang nyangka kita homo beneran” Nana memukul Irza menggunakan tumpukan kertas yang dia gulung menjadi satu. Disampingnya Irza tertawa. Menatap mata hitam Nana yang tidak cukup lebar, Nana terlihat khawatir karena tingkah gilanya kepada anak itu. Menyadari kekhawatiran Nana, makin tertawalah Irza. Semangat mengacak-acak rambut Nana. Mengambil gulungan kertas dari tangan kanan Nana, dan memukulkannya ke meja berulang kali. Irza cukup merasa geli dengan semuanya,akan tingkah gilanya antara dia dan Nana. 

Saat ini hanya ada mereka di ruang guru, wali kelas mereka meminta mereka membantu memasukkan data nilai ulangan harian anak kelasnya juga anak kelas lain. Banyak sekali data yang belum mereka masukkan karena sibuk bercanda. 

Semua guru sedang sibuk mengajar, tetapi mungkin sebentar lagi akan kembali karena waktu istirahat akan  segera tiba. 

“Si keparat Irza malah seneng” Nana hampir saja emosi jika saja Irza tidak mengatakan sesuatu tentang Nami.  Gadis yang mereka berdua sukai.Mereka sedang bersaing untuk mendapatkan Nami tetapi keduanya memutuskan untuk berpura-pura menjadi pasangan gay dihadapan Nami agar gadis itu menjauh. Irza berpikir jika seperti itu maka Nami  pasti akan menjauhi Nana dan Nana pikir jika mereka seperti itu maka otomatis Nami akan menjauhi Irza. Karena keduanya berpikir jika Nami tertarik kepada salah seorang dari mereka. Cara konyol yang membuat mereka menjadi sorotan gossip sekolah. Tidak berbeda jauh seperti Keanu, Reanda dan Norwen. 

“Gue nggak mau kalo lo sampe dapetin Nami” Nana  seakan mengancam. Tetapi Irza dengan santainya tertawa. 

“Gue juga sebenernya nggak rela lo sama Nami hahah”

“Gue lebih nggak rela”

“Hahahah daripada ribet begini kita beneran jadi homo aja Na, terus nikah. Ngadopsi anak dua. Cewek cowok. Beres deh”

“Ogah”

“Serius”

“Mau nikah dimana bego?”

“Di hongkong bisa kok”

“Ahahahah sialan. Lo niat beneran mau kita nikah”

“Ahahah daripada ribet gini. Bikin pusing aja”

“Ogah amat gue”

“Gue juga ogah tapi daripada lo sama Nami mending gue relain nikah sama lo”

“Jijik sialan”

“hahah”

 

Recommended Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!