Sabtu merupakan hari libur pasti bagi Nayandra. Lelaki berusia 23 tahun yang telah hidup sebagai jomblo abadi.
Pagi sebelum matahari nampak di ufuk timur, lelaki jomblo ini sudah berkeliling kompleks. Kegiatan rutinnya berolahraga di setiap pagi. Hanya sekedar jogging untuk mempertahankan kesispekkannya.
Jika hari libur seperti ini, lelaki jomblo ini akan lama berada di luar. Ia akan lebih jauh berkeliling kompleks perumahannya. Ia juga akan ikut bermain bola di lapangan. Setelahnya ia akan kembali berlari.
Tubuhnya tak begitu tinggi namun cukup atletis untuk ukuran lelaki Asia. Apalagi untuk ras Jawa sepertinya.
Kulitnya yang eksotis, seringkali menarik perhatian. Tapi sayang, bukan kaum hawa yang memperhatikannya. Melainkan kaum adam lah yang selalu mendekat dengan memancarkan aura-aura mengerikan.
Sembari berlari kecil, ia pandang langit. Warna biru mulai nampak. Terlihat di ufuk timur cahaya Oren telah memenuhi cakrawala. Tanda apabila sang mentari akan segera muncul dengan segala kehangatannya.
Seperti kehangatan cintanya yang sudah lama lapuk dan usang.
“Hahahah heran aja sih, orang ganteng begini kok ndak ada yang suka.”
Ia bermonolog. Ia tak menyadari jika dirinya sudah berada di tempat awal. Yaitu di depan rumahnya.
“Lah? Kok balik lagi ke rumah?”
Begitu ia tersadar, larinya terhenti. Ia seka keringat yang mengalir di pelipisnya menggunakan handuk kecil yang melingkar di leher.
“Lari lagi, ah ” Lirihnya, kemudian memutar tubuh namun ia berhenti karena mendapati sosok lelaki dengan celana boxer bermotif bunga-bunga keluar dari sebuah rumah yang tepat berada di samping rumahnya.
Ya, lelaki itu tetangganya. Seorang duda beranak satu diusianya yang baru menginjak 32 tahun.
Bisa dikatakan, seorang duda muda.
Naya diam memperhatikan. Entah apa yang sedang ia lakukan. Bisa-bisanya ia berhenti hanya untuk memperhatikan seorang duda yang hanya mengenakan boxer motif bunga dan kaos dalam berwarna putih di sana. Duda beranak satu yang sedang membawa seplastik sampah. Duda muda yang mendadak terpaku diam karena keberadaannya.
“Ah, kaget. Saya pikir siapa, ternyata Naya.”
“Ah!”
Apa sih yang sedang ia lakukan? Masa memperhatikan seorang duda seperti sedang memperhatikan cantik dan seksinya artis porno.
Batin Naya. Tak jauh di depannya, duda yang ia kenal sebagai Mas Regi itu tersenyum.
“Naya rajin ya olahraga.”
“Hahah, iya Mas.”
Mengapa perasaannya malu? Bukankah Mas Regi bertanya seperti biasa.
“Ya sudah, selamat berolahraga.”
“Mas ndak mau ikut saya olahraga?”
Ah ! Naya tersadar. Apa yang baru saja dilakukannya???!
Bisa-bisanya ia menawarkan hal seperti itu kepada seorang duda beranak satu yang tentu tidak akan memiliki waktu untuk berolahraga.
“Lain kali aja mas ikut. Sekarang mas harus ngurus Rega dulu.”
“Aahh iya Rega! Ada Rega ya! Ahahahah!”
Ia menjadi grogi. Salah tingkah sendiri. Jelas sekali jika Mas Regi di depannya bingung dengan sikap anehnya. Naya sendiri bingung dengan sikapnya sendiri.
“Mas masuk dulu ya.”
“Ya.”
Mas Regi tersenyum manis sementara dirinya mengulum sebuah senyum miris.
Mendadak Naya frustasi. Tidak tahu apa yang sedang terjadi dalam dirinya. Apalagi pada hatinya.
Mendadak ia menjadi malu dan suka tersipu ketika melihat Mas Regi. Jantungnya menjadi berkerja lebih cepat dari biasanya. Hatinya menjadi melow hanya karena duda muda itu.
“Argh, Jancookk! Persetaann sama dudaaa ! Persetaaaannn sama dudaaaaa !!!!!”
Ia kembali berlari dengan meneriakkan hal tersebut berulangkali.
Untunglah, sepertinya Mas Regi tak mendengarnya karena sudah masuk kedalam rumah.
———
Lelaki yang mencintai sesamanya itu dinamakan Gay. Lelaki yang berperilaku seperti wanita itu dinamakan banci. Banci dan Gay itu berbeda.
Gay itu ibarat lelaki sejati namun kesukaannya adalah bermain pedang-pedangan.
Sementara Banci adalah lelaki yang tak bisa menerima jika mereka memang terlahir sebagai lelaki. Bukan wanita dengan dua buah biji.
Banci tidak memiliki dua buah gunung menggoda, tetapi mereka memiliki dua buah biji ternama.
Setelah selesai berolahraga Naya mengurung diri di dalam kamar hanya untuk mencari informasi mengenai perbedaan antara Gay dan Banci.
Ah, tidak. Sebenarnya ia hanya mencari tahu tentang apa itu gay. Sementara pikirannya tiba-tiba beralih kepada banci. Jadilah ia membandingkan sendiri antara keduanya.
Sembari melihat-lihat ke-Gay-an, tiba-tiba matanya terfokus pada sesuatu di luar sana. Dari balik jendela kamarnya yang tepat menghadap ke rumah Mas Regi, ia lihat sosok mas Regi yang sudah berpakaian rapi namun santai.
ia tahu, hari sabtu juga merupakan hari libur wajib bagi Mas Regi. Hari dimana biasanya duda muda tampan itu mengajak putra semata wayangnya, Rega bermain ke luar.
“Aahhh, sampean ganteng banget sih Mas.”
Tanpa sadar, mulut itu berucap. Pipinya bersemu. Sudah seperti tomat terlalu matang hingga terkesan busuk.
“Aahhhh.” Ia topangkan wajah pada kedua telapak tangannya. Matanya tetap fokus pada Mas Regi yang sedang membenarkan pakaian Rega. Putra yang sangat mirip dengannya.
Naya tidak mengerti, mengapa hatinya ikut bersemu. Musim semi seperti datang dalam hidupnya.
Jantungnya tak mau bekerja normal seperti biasa ketika dihadapkan pada Mas Regi.
Khayal yang biasanya terlupa, kini selalu mengalir dengan derasnya hanya karena Mas Regi.
Lama ia termenung seperti itu. Terpesona karena duda tampan tetangga rumahnya.
“Aahhh, Mas kok pergi…” Begitu lirihnya ketika Mas Regi sudah menjalankan mobilnya. Keluar dari rumah dan pergi untuk berlibur.
Selepas kepergian Mas Regi, ia terdiam. Sejenak.
Ia putar kembali memorinya beberapa saat lalu. Ia putar berulang-ulang.
Hening.
Berpikir.
Kemudian ia alihkan pandangan matanya kepada layar komputer dimana di sana terdapat bermacam manusia Gay dengan keseksiannya.
Hening.
Sepi memenuhi kamarnya.
Ia menggeleng.
Mencoba menyadarkan diri dari alam khayal.
Lirih, hatinya menyebut nama Mas Regi dan seketika pipinya bersemu kembali.
Tersadarlah ia.
Kemungkinan yang sedang terjadi padanya.
Ketidakmungkinan yang mungkin akan menjadi mungkin.
Ah kemustahilan yang mungkin akan menjadi nyata.
Bagaimana kata-kata yang tepat untuk kasus dari seorang Nayandra ini?
Jomblo yang tak pernah merasakan cinta.
Jomblo yang hanya mencintai artis-artis seksi.
Namun kini pipi dan hatinya bersemu hanya karena seorang duda beranak satu?
Seseorang yang bahkan memiliki satu pedang dan dua biji sepertinya??
“Tunggu…”
Lirihnya.
“Jadi…”
“Aku hidup selama dua puluh tiga tahun cuma buat nunggu kepastian kalo ternyata aku ini, GAY?!”
“AKU GAY?!”
“AKU??? GAY??!!”
“YANG BENAR AJA DONG !!!”
“BAHKAN BANCI MASIH PUNYA DUA BIJI ! TERUS KENAPA AKU HARUS MENGORBANKAN DUA BIJI ASETKU BUAT MAIN PEDANG SAMA KAUM PELANGIII?!!”
Siapa yang nyuruh kamu main pedang sama kaum pelangi?
Emang dua bijimu itu semenarik apa?
Alam bawah sadarnya membalas. Ia terpaku diam.
Benar.
Kemudian tertawalah ia.
“BENAARR!! SIAPA JUGA YANG NYURUH SAYA MAIN PEDANG PEDANGAN SAMA KAUM PELANGI !”
“OWALAAAAH JANCOOKK JANCOOKKK!”
Sepertinya Naya sudah mulai gila dan terjerumus dalam dunia yang sangat ia takuti itu sendiri.