Di sebuah ruangan mewah yang berada dalam gedung besar, Bai Feng sedang sibuk menandatangi setumpuk dokumen perjanjian dengan klien. Sampai He Qing- sekretaris pribadi sekaligus tangan kanannya menghampirinya dengan sebuah tablet di tangannya.

“Bai Feng, maaf ganggu.” ucap He Qing.

“Ada apa He Qing?” Bai Feng menghentikan gerakan penanya. He Qing menunjukkan sebuah berita yang ada di tabletnya. Bai Feng mengangkat alisnya melihat apa yang dibacanya.

Sebuah seringai muncul di bibirnya. “Haha… sepertinya kau memang ditakdirkan untuk tetap di sekitarku Shao Nan. He Qing siapkan mobil, aku harus menjemput kelinci nakalku dan meminta penjelasan darinya.” ucap Bai Feng dengan mata penuh rencana.

*****

Setelah pelajaran berakhir Shao Nan bergegas menuju gerbang kampus, ia berdiri menunggu jemputan sang ayah. Karena bosan, ia pun memainkan salah satu permainan yang ada di handphonenya.

“Waah… bodyguard siapa itu?”

“Iya, mereka banyak sekali.”

“Hei, lihat mereka menghampiri Shao Nan!”

“Apa? Bagaimana bisa? Bukannya keluarga Shao Nan sudah bangkrut ya? Tak mungkin mereka bisa menyewa bodyguard sebanyak itu.”

“Benar sekali.”

“Psstt… diam! Kita lihat apa yang akan terjadi selanjutnya.”

Mendengar bisik-bisik yang menyebut-nyebut namanya Shao Nan pun menghentikan game yang sedang ia mainkan. Ia mendongak dan melihat sekelilingnya. Alisnya bertaut melihat banyak bodyguard yang berjalan ke arahnya dan sekumpulan mahasiswa yang memandangnya dengan berbagai tatapan. Dimasukannya kembali handphonenya ke dalam saku bajunya. Shao Nan berdiri dengan tenang, menunggu penjelasan dari kedatangan sekelompok pria berseragam hitam putih dengan kacamata hitam itu.

Akhirnya salah satu bodyguard tersebut sampai di depannya sedangkan lainnya berdiri rapih di belakangnya. Pria itu merentangkan tangannya sopan sebagai isyarat menyuruhnya ikut bersamanya. Ia berkata, “Tuan Shao Nan silahkan ikut dengan saya. Tuan besar ingin bertemu dengan Anda.” Shao Nan memiringkan kepalanya menatap mobil sport berwarna biru dongker yang terparkir di depan kampusnya dan di belakangnya terdapat belasan mobil berwarna hitam yang ia yakini milik para bodyguard ini. Shao Nan bertanya-tanya siapa tuan besar yang dimaksud bodyguard di depannya ini? Shao Nan membulatkan matanya begitu sosok familiar melintas di pikirannya. Tidak mungkin dia kan?

“Baik saya akan ikut dengan Anda.” ucap Shao Nan. Ia berjalan cepat agar para mahasiswa tidak semakin menggosipkannya.

Bodyguard tersebut membukakan pintu mobil sport berwarna biru dongker dan mempersilahkan Shao Nan untuk masuk. Shao Nan masuk dan saat itu juga matanya bertemu dengan sosok yang tak asing lagi. Benar saja dugaannya. Siapa lagi yang bisa membawa begitu banyak bodyguard dan seenaknya menyuruhnya ikut begitu saja kalau bukan Bai Feng.

Shao Nan mengumpat dalam hati. Tujuan Bai Feng menjemputnya pasti karena rumor tersebut. Shao Nan melirik pria yang sangat tampan itu, sedangkan yang ditatap hanya diam dan mulai menyalakan mesin mobil lalu pergi entah kemana.

Setelah berkendara selama satu jam lebih akhirnya mobil berhenti di sebuah apartement super besar dan mewah. Bai Feng keluar dari mobil dan berkata, “Ikuti aku.” Shao Nan pun dengan cepat mengikutinya. Sesekali matanya menatap kagum barang-barang di dalam apartement besar tersebut. Ia dapat memastikan semua itu dibeli dengan harga yang sangat mahal.

Mereka pun sampai di sebuah kamar yang didominasi dengan warna biru tua dan putih. Shao Nan membulatkan matanya menyadari dirinya kini berada di dalam kamar Bai Feng hanya berdua pula dengan pemilik kamar. Mengagumi isi apartement ini membuatnya lengah dan mau saja dituntun ke ruangan yang menurutnya tak pantas untuk ia masuki.

“Aku pulang sekarang.” ucap Shao Nan tiba-tiba menuju pintu kamar. Bai Feng dengan santai duduk di sofa kamarnya dan berkata, “Silahkan keluar dari kamar ini kalau kau memang ingin dituntut atas penyebaran rumor yang tak berdasar itu.”

Sontak kaki Shao Nan berhenti melangkah padahal hanya tinggal menggapai kenop pintu lalu ia bisa keluar dari ruangan yang membuatnya tak nyaman.

“Kesini dan duduk. Kau perlu menjelaskan rumor tersebut kan.” perintah Bai Feng. Shao Nan pun dengan enggan menghampiri Bai Feng lalu duduk di sofa single yang berseberangan dengan sofa yang diduduki olehnya.

“Sepertinya kau berbeda sekarang?” ucap Bai Feng. Sebenarnya saat Shao Nan masuk ke dalam mobilnya tadi, ia merasa sedikit terkejut melihat penampilan naturalnya. Ia terlihat imut dan membuatnya tertarik tanpa riasan smokey-nya.

Bai Feng mengangkat alisnya mengisyaratkan Shao Nan untuk memulai penjelasannya. Shao Nan kesal dengan situasi ini. Padahal yang menyebarkan rumor itu bukan dia mengapa ia harus mengalami semua ini.

“Baiklah, akan aku jelaskan. Aku bukanlah orang yang menyebarkan rumor tersebut.” kata Shao Nan mengawali penjelasannya. Bai Feng mengusap dagunya dan menatapnya dengan senyum remeh. Ia berkata, “Benarkah? Tapi, bisa saja kan kau berbohong.” Perkataannya membuat amarah Shao Nan meledak.

“Dengar baik-baik tuan Bai. Hari itu aku sedang bertengkar denganmu. Jadi, tak mungkin kan aku yang mengambil foto tersebut.”

“Bagaimana dengan kemungkinan kau menyewa seseorang untuk mengambil foto kita berdua saat bertengkar?” tanya Bai Feng. Shao Nan menarik napas dan mengeluarkannya kembali untuk meredam kekesalannya.

“Aku tak akan melakukan hal itu, karena aku sudah berjanji untuk tak mendekatimu lagi. Jadi, tolong jangan menuduhku sembarangan seperti ini.”

“Tapi, aku masih tak percaya dengan penjelasanmu. Bagaimana dong?” tanya Bai Feng dengan senyum menyebalkannya.

Shao Nan tertawa marah melihat Bai Feng yang terus tak mempercayai dirinya. Apanya yang CEO berwajah dingin dengan sifat kejam. Shao Nan malah berpendapat bahwa Bai Feng adalah orang yang sangat menyebalkan hingga dapat membuat darah tingginya naik.

“Itu urusanmu mau percaya padaku atau tidak, yang jelas aku sudah memberikan penjelasan kalau aku bukanlah orang yang menyebarkan rumor tersebut. Kurasa dengan koneksimu kau bisa mencari tahu darimana sumber awal berita tersebut di dapat.” ucap Bai Feng tegas.

“Karena penjelasanku sudah selesai, aku pamit dulu.” ucap Shao Nan hendak berdiri dari sofa yang didudukinya.

Tiba-tiba saja Bai Feng berdiri dan berjalan mendekatinya. Ia menundukkan tubuhnya menatap Shao Nan yang masih duduk karena tak jadi berdiri. Shao Nan terkejut saat tangan Bai Feng memegang dagunya. Sekujur tubuhnya merinding merasakan usapan dari jari-jarinya yang kasar di pipi kirinya. Pria tampan itu menatapnya tajam dan berkata, “Kalau aku berkata kau tidak bisa pergi sekarang… gimana, hm?” tanyanya dengan suara rendah dan seringai yang membuat Shao Nan gemetar takut.

Recommended Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!