Author : Keyikarus

[Chapter 21]

 

Zino menundukkan kepalanya, berusaha menutupi separuh wajahnya. Dia memalingkan wajahnya ke arah yang berlawanan dari rute lari Mei.

“Abang, mengayuh lebih cepat. Lebih cepat.” Zino berbisik panik. Hanya beberapa meter lagi mereka akan berpapasan dengan Mei.

Jean mengernyit tidak suka. Apalagi ulah pemuda rusuh itu kali ini?

Berpikir seperti itu, Jean mengabaikannya.

“Abang, dikebut…. kebut bang… kebut.” Zino berbisik lagi tak sabar melihat Jean tidak meresponnya.

Meski dia dalam penampilan seorang gadis, wajahnya masih wajahnya. Mei tak mungkin luput mengenalinya. Terlebih gadis itu tak akan menyangka dia memiliki kembaran perempuan. Otak rusak Mei pasti akan berimajinasi terlalu liar jika Zino bekerja dengan tampilan banci!

“Apa yang begitu kamu cemaskan?” Kali ini Zinan yang bertanya.

Dia mengamati sekitar, mencari apa yang membuat Vivian tiba-tiba bertingkah aneh. Sejujurnya gadis ini selalu aneh.

Zino yang tidak mendengarkan pertanyaan Zinan karna panik melihat Mei semakin dekat, membuat keputusan cepat.

Memperhitungkan jika kali ini dia menggunakan celana dan sepatu kets, juga laju sepeda yang bisa diikuti kecepatan orang berjalan kaki, Zino memeluk Mio erat sebelum lompat dari sepeda.

Sialnya, kakinya mendarat ditempat yang tidak pas dan membuatnya terjungkal ke rerumputan.

“Vivian!” Zinan yang terkejut juga langsung melompat turun.

Gerakan mereka membuat sepeda oleng dan tak terkendali. Jean harus menahan diri agar tidak terlalu histeris saat sepedanya membentur pembatas jalan dan rubuh.

Jean yang jatuh nyaris tidak bisa mengangkat wajahnya saat beberapa orang datang menolongnya.

Betapa memalukannya!

Dia menoleh ke arah sumber kesialannya. Lain kali dia benar-benar harus meletakkan Zino didepan matanya hingga dia bisa mencekiknya lebih dulu sebelum dia membuat ulah.

Namun raut wajahnya berubah cemas saat melihat Mio-nya merangkak keluar dari bawah Zino dan duduk di rerumputan. Yang mengherankan, Mio justru terkikik seolah melihat sesuatu yang lucu.

Mengabaikan Mio yang terlihat baik-baik saja, Jean meraih dan memeriksa gadis kecilnya. Dia bernafas lega saat tak menemukan luka dimanapun.

“Kau! Kenapa membuat ulah di hari tenang! Bagaimana bisa kau lebih menyusahkan dari pada Zinan?” Jean menunjuk Zino yang bangun dengan waspada dibantu Zinan.

Untunglah fokus Zinan lebih pada tingkah aneh Zino dibanding mendengarkan umpatan Jean.

Wajah Zino semakin cemas melihat beberapa orang mulai berhenti dan membentuk kerumunan untuk melihat apa yang terjadi.

Dan itu termasuk Mei!

Zino merangkak ingin pergi namun dipegangi Zinan.

“Apa sih yang kamu cemaskan?”

Zino memelototi Zinan yang kepo tanpa tahu situasi. Ini terlalu genting! Dia harus menyelamatkan diri secepatnya atau masa depannya sebagai pria dipertaruhkan!

Tanpa memakai pakaian wanita saja Mei sudah menganggapnya tak layak menjadi pria. Apalagi jika gadis dengan kerusakan otak itu melihatnya berpakaian wanita! Zino tak akan bisa menampakkan wajahnya seumur hidup!

Tapi dia tidak bisa melampiaskan kemarahannya pada Zinan, karna Mei sudah menyeruak di kerumunan dan berdiri ditempat yang paling dekat dengannya. Gadis itu kan memiliki rasa keingintahuan yang merepotkan dibeberapa waktu yang tak tepat.

Zino mengalihkan wajahnya menghindari bertatapan langsung dengan Mei. Dia bahkan tak akan membiarkan meski secuil dari wajahnya dilihat Mei.

“Aku pergi. Aku harus pergi, Zinan.” Zino berbisik dan berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Zinan.

“Apa? Kenapa?”

Zino merengut. Dia sungguh ingin mengacak-acak isi kepala Zinan. Kenapa harus bertanya sekarang? Terlebih sejak kapan Zinan begitu baik hati dan mau bertanya tentangnya.

“Aku melihatnya melompat. Sepertinya ada yang salah dengan otaknya.” Suara Mei bicara ditengah kasak-kusuk mereka.

“Apa maksudmu?” Yang menyahuti adalah si pemilik senyum menawan, Zinan. Namun siapapun yang mendengar tekanan pada nada bicaranya akan tahu jika Zinan tak menyukai ucapan Mei.

Zino mengenal Mei, dia juga mengenal Zinan. Dua orang ini memiliki temperamen buruk. Jadi dia tidak ingin membiarkan mereka berdebat dan menjadi tontonan orang.

“Zinan, jangan berdebat. Ayo ayo kita pergi.”

Pemuda itu tidak lagi memberontak melainkan bermaksud menyeret Zinan pergi.

Tindakannya itu membuat Zinan bertanya-tanya, kenapa Vivian begitu ingin menghindari gadis ini? Apa mereka memiliki masalah? Lalu matanya melirik pria yang meraih tangan gadis bermulut jelek itu.

Atau apakah mereka memperebutkan pria ini dan Vivian kalah? Itu meragukan. Sekali pandang akan jelas perbedaan kelas sosial mereka.

Meski begitu tetap saja pemikiran itu membuat Zinan cemberut. Bagaimana bisa Vivian menyukai pria biasa ini?

“Mei, jangan tidak sopan.” Tegur pria itu lalu menatap Zinan untuk meminta maaf.

“Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Ada yang salah dengan otaknya. Dia….” Ucap Mei acuh tak acuh.

“Mei!” Potong pria itu membentak.” Tolong ย maafkan kami.”

Pria itu menyeret Mei pergi dengan cepat. Betapa berbahaya membiarkan Mei lepas kendali dikeramaian asing. Di sini tidak ada yang mengenal Mei, itu berarti mereka akan langsung berpikir buruk tentang Mei. Meskipun dia tahu maksud Mei adalah gadis itu membahayakan anak kecil di gendongannya.

Tapi penyampaian yang dilakukan Mei nyaris selalu menciptakan perang.

Melihat pria itu membawa pergi Mei, Zino cemberut. Sepertinya bukan hanya dia yang mengerti Mei. Siapa pria itu?

Zinan melirik Vivian semakin curiga. Mungkinkah dugaannya benar?

Setelah kepergian Mei dan pria itu, orang yang berkerumun juga berangsur-angsur pergi.

“Sepertinya aku pernah melihat gadis itu. Aku akan mencari tahu dan menuntutnya.” Dengus Jean.

Saat ini Zino adalah Vivian, bagaimana bisa dia membiarkan adiknya dihina.

Zino yang mendengarnya refleks berteriak dengan panik. Mei bisa terpuruk jika berurusan dengan tuan muda ini. Terlebih gadis itu sangat sulit untuk dibuat mengaku salah jika dia tak merasa salah.

Mei adalah orang miskin yang sombong!

Sungguh mengkhawatirkan.

“Abang, kalau berani melakukan itu, aku tak akan tinggal diam!”

Zinan terkejut melihat Vivian mengancam Jean demi orang asing. Dia pikir hubungan Jean dan Zinan seharusnya cukup dekat, namun sepertinya itu perlu dipertanyakan. Ini seolah-olah memperkuat dugaannya.

Tiba-tiba dia merasa suasana hatinya memburuk.

“Memang apa yang bisa kau lakukan?” Tantang Jean yang merasa superior.

Zino memiringkan wajahnya dan memasang ekspresi manis yang menggemaskan. Sudut matanya melirik Zinan. “Sungguh ingin tahu apa yang bisa ku lakukan?”

Jean ingin menginjak-injak wajah Zino saat ini! Adiknya tak akan memasang ekspresi menjengkelkan itu padanya! Zino ini semakin hari semakin menyimpang dari perannya.

Di sisi lain Zinan sangat menyukai apa yang dilihatnya. Dia memuji dirinya karna memutuskan menghabiskan akhir pekan dengan abang beradik ini sehingga bisa melihat ekspresi menggemaskan Vivian.

Gadis itu bukan gadis tak berdaya dengan banyak gangguan kesehatan!

Dalam sekejap suasana hatinya yang buruk menjadi baik.

Tapi bukan berarti dia akan melepaskan pria tadi. Secepatnya dia akan menyuruh orang melakukan penyelidikan.

Jean mendesah dalam hati. Dia kalah lagi. Jadi kemana rasa superior yang dimilikinya tadi?

Mereka pulang begitu saja. Jean sudah tak memiliki minat jalan-jalan. Zino takut bertemu Mei lagi. Zinan dan Mio tentu saja menjadi pengikut setia Zino.

Saat tiba dirumah, Jean pergi memandikan Mio.

Bisa dibilang Jean adalah ayah yang baik. Dia memanfaatkan waktu saat Mio berada dirumahnya dengan baik. Mengurus segala hal keperluan Mio secara pribadi. Tentu saja itu dilakukan saat weekend juga sebelum dan sesudah kerja.

Saat Jean kerja, Mio akan banyak bersama Zino. Tapi karna Jean tahu bagaimana tidak bisa diandalkannya Zino, dia menempatkan seorang baby sitter untuk berjaga-jaga.

Sementara Jean membentuk ikatan harmonis antara anak dan ayah, Zino sedang memelototi Zinan didepan pintu kamarnya.

Pria ini sama sekali tak memberinya privasi dengan ingin menerobos masuk ke kamarnya. Sangat tidak sopan.

“Bagaimana hatimu begitu dingin dengan tak membiarkan tunanganmu masuk?”

Zino mendengus. Sekali lagi dia berusaha menutup pintu namun ditahan Zinan.

“Tolong berkaca.” Zino menatap Zinan dengan jijik. Orang ini tidak sadar diri seperti apa perlakuannya padanya. Tunangan apanya?!

“Maka biarkan aku masuk dan aku akan berkaca.” Zinan dengan kalem menjawab.

“Kau! Tak tahu malu! Pergi! Bagaimana bisa kau memaksa masuk ke kamar seorang gadis!” Zino menendang-nendang kaki Zinan dengan membabi-buta.

Zinan meringis kesakitan berusaha menghindari tendangan Zino tanpa melepaskan tangannya dari menahan pintu.

“Kau tahu, ini menyakitkan. Sebagai ganti rugi, minggu depan aku akan menjemputmu untuk berkencan.”

“Aku tidak mau!”

“Jangan khawatir, saat tiba waktunya kau akan mau.” Dengan senyum percaya diri Zinan melepaskan tangannya yang menahan pintu.

Pintu tertutup dengan debaman kuat. Zino yang tadinya mendorong pintu sekuat tenaga seolah kehilangan penahan dan menabrak daun pintu. Dahinya terbentur dengan bunyi yang cukup keras. Pemuda malang itu mengerang sementara Zinan tertawa geli diluar sana.

Dengan amarah yang membludak, Zino membuka pintu kamar. Namun sebelum dia bisa memaki-maki Zinan, dia lebih dulu membeku.

Zinan menangkup wajahnya dan mencium dahinya yang memar dengan sangat lembut. Seolah dia berbeda dengan sosok monster yang menyebabkan memar Zino beberapa saat lalu.

“Lihat, kau membuka pintu untukku. Jadilah patuh dan kita berkencan minggu depan.”

Zinan tersenyum tulus sebelum berbalik dan melangkah pergi.

Tubuhnya Zino seolah mendapatkan vitalitasnya lagi setelah Zinan pergi. Jantungnya berdegup sangat kencang dan wajahnya merah padam. Tidak jelas itu karna sangat marah atau hal lain.

“Bajingan! Sialan! Pria sesat! Terkutuklah!” Umpat Zino membabi buta sambil menendangi pintu kamarnya.

Ah sepertinya reaksi tubuhnya karna marah. Kan ya?

*****

<< Peran Pengganti 20

Recommended Articles

0 Comments

  1. Wkwkwkwk…. Marah atau malu nih….

  2. Aarghhhh dobel penutup cerita yg manis >~<

  3. Aw, so sweet. Wkwkwk

  4. Benih benih cinta mulai tumbuh~~ ๐Ÿ’ž

  5. Awwww…. ๐Ÿ˜๐Ÿ˜

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!